26
khalayak ramai untuk lebih mengetahui produk perusahaan sampai akhirnya pelanggan baru tersebut masuk ke dalam lingkup perusahaan. Kemudian push
strategy, sebagai contoh adalah bentuk kepemimpinannya. Jika perusahaan A dipimpin oleh seorang pemimpin yang ramah, mengenali karyawannya satu
persatu dan tidak memberikan jeda antara karyawan dan atasan pasti perusahaan akan lebih baik ketimbang dipimpin oleh seorang yang angkuh dan hanya bisa
memerintah tetapi tidak mengenali karyawannya. Selanjutnya adalah profile strategy, contohnya dengan mengadakan jamuan bersama klien yang telah
menjadi langganan perusahaan. Dikutip dari buku milik Onong Uchjana Effendy 2004 yang berjudul
Dinamika Komunikasi terdapat fungsi ganda dari strategi komunikasi yaitu menyebarluaskan pesan komunikasi yang bertujuan untuk menginformasikan,
mengintruksi secara terperinci kepada sasaran untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Kemudian untuk menjembatani kesenjangan budaya atau dengan kata lain
fungsi ini terjadi akibat mudahnya diperoleh penggunaan terhadap media massa yang dapat merusak moral budaya.
23
Sebagai contoh saat ini televisi menjadi saluran komunikasi untuk memberikan informasi. Meski hanya bisa
berkomunikasi satu arah, namun televisi memberikan pengaruh besar pada kehidupan masyarakat. Apabila tontonan yang ditayangkan tidak baik maka anak-
anak yang menonton akan mengikuti. Ini jelas akan merusak moral masyarakat. Tujuan strategi komunikasi dituturkan oleh R. Wayne Pace, Brent D.
Peterson dan M. Dallas Burnett dalam bukunya yang berjudul Techniques for
23
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004, h. 28
27
Effective Communication, dikutip dari buku milik Onong Uchjana Effendy, yaitu yang pertama adalah to secure understanding, memastikan bahwa penerima pesan
mengerti pesan yang diterimanya. Dan apabila sudah dapat mengerti dan menerima, maka yang diterima tersebut itu harus dijalin atau dibina to establish
acceptance. Yang pada akhirnya setelah di mengerti, kemudian dijalin atau dibina, maka selanjutnya kegiatan dimotivasikan to motivate action.
24
B. Karekteristik Event Organizer
Dalam penyelenggaraan event, event yang dibuat oleh event organizer harus memiliki beberapa karakteristik atau ciri tersendiri. Karakteristik tersebut di
antaranya: keunikan, perishability, intangibility, suasana dan pelayanan, interaksi personal.
25
Keunikan diartikan sebagai sebuah pengembangan ide, karena sebuah keunikan biasanya muncul dari ide dan jika ide-ide tersebut direalisasikan dalam
sebuah event, maka event tersebut akan memiliki keunikan tersendiri. Karakteristik berikutnya adalah perishability yang berarti berbeda. Jadi event yang
sudah berlangsung harus tidak boleh sama jika dibuat lagi dalam satu pelanggan, sesuatu yang tidak dapat kembali terulang lagi. Berikutnya adalah intangbility, di
mana diharapkan setelah pengunjung menghadiri event memiliki persepsi tersendiri terhadap event tersebut seperti menjadikan sebuah pengalaman bagi
para pengunjung, dan ini merupakan tantangan bagi penyelenggara event. Selain itu karakteristik berikutnya adalah suasana dan pelayanan, dengan pemilihan
24
Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007, h. 32.
25
Any Noor, Manajemen Event. Bandung: Alfabeta, 2009. Cet ke-1, h. 13, 14, 15
28
suasana dan pelayanan yang tepat maka akan menghasilkan event yang sukses, begitupun sebaliknya. Lalu karakteristik yang terakhir adalah interaksi personal,
di sini penyelenggara event melibatkan pengunjung untuk terjun dan mengajak berinteraksi pengunjung, semisal pertandingan basket terdapat bagian di mana
pengunjung melakukan three point dengan hadiah yang telah disiapkan.
26
Menurut William O’toole dikutip dalam bukunya yang berjudul Corporate Event
Management, mengenai
hal yang
harus diperhatikan
untuk menyelenggarakan sebuah event yang baik diantaranya pemahaman terhadap
budaya perusahaan yang akan di tangani, kemudian perbedaan budaya perusahaan dan kecocokan tema event.
27
Pemahaman terhadap budaya, di sini dimaksudkan agar event yang dijalani sukses. Selaku pihak penyelenggara, event organizer
harus memperlajari mengenai apa-apa saja yang menjadi kebiasaan dan pantangan dalam perusahaan yang akan mereka tangani. Selanjutnya mengenai perbedaan
budaya perusahaan, di sini dimaksudkan perusahaan satu dengan lainnya pasti memiliki budaya serta kebiasaan yang berbeda-beda, oleh karena itu event yang
dirancang untuk satu perusahaan belum tentu cocok untuk perusahaan lainnya. Lalu kecocokan tema event, ini menjadi hal perlu diperhatikan, sebab apabila
event yang dibuat tidak cocok dengan tujuan serta sasaran yang diharapkan perusahaan maka perusahaan akan merasa merugi telah menggunakan jasa event
organizer tersebut.
26
Any Noor, Manajemen Event. Bandung: Alfabeta, 2009. Cet ke-1, h. 13, 14, 15
27
William O’toole dan Phyllis Mikolaitis. Corporate Event Management, Jakarta: PPM, 2007. Cet ke-1, h.17
29
C. Mempertahankan Loyalitas Pelanggan
Loyalitas pelanggan menjadi hal yang lebih dapat diandalkan untuk melihat keberhasilan sebuah perusahaan. Menurut penulis loyalitas berbeda
dengan kepuasan yang merupakan sikap, loyalitas dapat didefinisikan berdasarkan tingkah laku membeli. Keloyalitasan pelanggan bukan hanya sekedar
untuk diraih melainkan harus dipertahankan.
Menurut Sofjan Assa uri loyalitas pelanggan adalah ‘pelanggan yang
memiliki kecondongan untuk memilih nilai organisasi yang ditawarkan di atas alternatif tawaran organisasi pesaing‟.
28
Kemudian Sofjan Assauri melanjutkan bahwa
„pendorong utama bagi loyalitas pelanggan adalah dengan kepuasan pelanggan. Pelanggan yang telah merasa puas akan menjadi tinggi kemungkinan
membeli dan menjadi pelanggan yang baik‟.
29
Dari penjabaran di atas penulis memahami bahwa loyalitas pelanggan adalah sebuah kesetiaan dari pelanggan
yang didalamnya telah terbangun kecenderungan untuk memilih suatu perusahaan yang ditawarkan meskipun banyak perusahaan sejenis yang menjadi pesaing yang
menawarkan produk yang sama. Terciptanya pelanggan-pelanggan yang loyal terhadap suatu perusahaan diawali dengan adanya kepuasaan pelanggan.
Kemudian loyalitas pelanggan terbentuk diawali dari adanya rasa kepuasan pelanggan. Jika pelanggan telah merasa terpuaskan maka peluang akan semakin
besar untuk membeli kembali bahkan terus menerus.
28
Prof. Dr. Sofjan Assauri, MBA. Strategic Marketing, Depok: PT. Raja Grafindo Persada, 2012. Cet ke-1, h. 3
29
Prof. Dr. Sofjan Assauri, MBA. Strategic Marketing, h. 12