10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian tentang Tunarungu
1. Pengertian Anak Tunarungu
Tunarungu merupakan suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan,
terutama melalui indera pendengarannya. Deutsch smith and Tyler 2010: 332 menyatakan bahwa
People who are deaf those with profound hearing loss who cannot understand sounds with or without hearing aids and people who
are hard of hearing those with hearing losses that impair their understanding of sounds, including communication profit from
listening devices and other hearing technologies that enable them to comprehend oral speech and communication.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa anak tunarungu deaf tidak dapat memahami suara dengan atau tanpa alat bantu dengar dan orang-orang
yang mengalami kesulitan pendengaran tidak dapat memahami suara, termasuk tidak dapat keuntungan komunikasi dari mendengar perangkat
dan teknologi pendengaran lain yang memungkinkan tunarungu untuk memahami bahasa lisan dan komunikasi.
Haenudin 2013: 56 menyatakan bahwa anak tunarungu mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik
sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga anak tunarungu mengalami
hambatan dalam kehidupan sehari-hari.
11
Sutjihati Somantri 2007: 94 menyatakan bahwa tunarungu mengalami kehilangan pendengaran baik sebagian hard of hearing
maupun seluruh deaf yang menyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional di dalam kehidupan sehari-hari. Adapun
menurut Tin Suharmini 2009: 35 juga berpendapat, bahwa “tunarungu adalah anak yang mengalami kerusakan pada indera pendengaran,
sehingga tidak dapat menangkap dan menerima rangsang suara melalui pendengaran”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat diartikan bahwa anak tunarungu adalah individu yang mengalami gangguan pada pendengaran
baik secara struktural maupun fungsional sehingga indra pendengaran tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Oleh sebab itu, anak
tunarungu mengalami hambatan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Klasifikasi Anak Tunarungu
Mohammad Efendi 2006: 63-64, mengemukakan klasifikasi anak tunarungu berdasarkan lokasi terjadinya ketunarunguan yaitu tunarungu
konduktif, tunarungu perseptif, dan tunarungu campuran. Berikut penjelasan ketiga klasifikasi anak tunarungu, yaitu
a. Tunarungu konduktif , klasifikasi ini disebabkan kerusakan atau
tidak berfungsinya alat-alat penghantar suara pada telinga bagian tengah. Ketunarunguan ini terjadi karena pengurangan intensitas