Klasifikasi Anak Tunarungu Kajian tentang Tunarungu
14
b. Karakteristik dalam segi bahasa dan bicara
Kemampuan berbicara dan bahasa anak tunarungu berbeda dengan anak normal. Hal ini disebabkan perkembangan bahasa
sangat erat kaitannya dengan kemampuan mendengar. Anak tunarungu tidak bisa mendengar bahasa, kemampuan bahasa anak
tunarungu tidak akan berkembang bila tidak dididik atau dilatih secara khusus. Akibat dari ketidakmampuannya dibandingkan
dengan anak normal dengan usia yang sama, maka dalam perkembangan bahasanya akan jauh tertinggal.
c. Karakteristik dalam segi emosi dan sosial
Akibat ketunarunguan yang dialami oleh anak, dapat menimbulkan efek-efek negatif, antara lain: egoisentrisme yang
melebihi anak normal, mempunyai perasaan takut terhadap lingkungan yang lebih luas, ketergantungan dengan orang lain,
perhatian anak tunarungu sulit dialihkan, memiliki sifat polos, sederhana dan tanpa banyak masalah, serta lebih mudah marah dan
cepat tersinggung. Keadaan ini akan menghambat perkembangan kepribadian menuju dewasa.
Sutjihati Somantri 2007: 95-100 menyatakan bahwa karakteritik anak tunarungu meliputi karakteristik bahasa, kognitif, emosi, sosial dan
perilaku. Beberapa karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
15
a. Segi bicara dan bahasa
Segi bicara dan bahasa berkaitan erat dengan ketajaman pendengaran. Akibat mengalami gangguan pendengaran, anak
tunarungu tidak mampu mendengar dengan baik. Perkembangan kemampuan bahasa dan komunikasi anak tunarungu terutama yang
tergolong tunarungu total tentu tidak mungkin untuk sampai pada penguasaan bahasa melalui pendengarannya, melainkan harus
melalui penglihatannya dan memanfaatkan sisa pendengarannya. Oleh karena itu, komunikasi anak tunarungu mempergunakan segala
aspek yang ada pada dirinya. b.
Segi kognitif Intelgensi anak tunarungu secara potensial sama dengan anak
normal. Akan
tetapi, secara
fungsional perkembangannya
dipengaruhi oleh tingkat kemampuan berbahasa dan keterbatasan informasi yang mengakibatkan anak tunarungu mengalami hambatan
dalam proses
pencapaian pengetahuan
yang lebih
luas. Perkembangan
kognitif anak
tunarungu dipengaruhi
oleh perkembangan bahasa, sehingga hambatan pada bahasa akan
menghambat perkembangan intelegensi anak tunarungu. c.
Segi emosi Emosi anak tunarungu selalu bergejolak di satu pihak dan
sering kali menafsirkan sesuatu secara negatif. Hal tersebut, dikarenakan kekurangan akan pemahaman bahasa lisan atau tulisan.
16
Anak tunarungu bila ditegur oleh orang yang tidak dikenalnya akan tampak resah dan gelisah. Tekanan pada emosinya itu dapat
menghambat perkembangan pribadinya dengan menampilkan sikap menutup diri, bertindak agresif, atau sebaliknya menampakkan
kebimbangan dan keragu-raguan. d.
Segi sosial Manusia
sebagai makhluk
sosial selalu
memerlukan kebersamaan dengan orang lain. Demikian pula anak tunarungu yang
tidak terlepas dari kebutuhan tersebut. Akan tetapi karena anak tunarungu memiliki kelainan dalam segi fisik, maka akan
menyebabkan suatu kelainan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan. Dengan adanya hambatan dalam perkembangan sosial
mengakibatkan pula pertambahan minimnya penguasaan bahasa dan kecenderungan menyendiri serta memiliki sifat egosentris.
e. Segi perilaku
Perkembangan kepribadian terjadi dalam pergaulan dan diarahkan pada faktor anak sendiri. Faktor-faktor dalam diri anak
tunarungu, yaitu ketidakmampuan menerima rangsang pendengaran, kemiskinan berbahasa, ketidaktepatan emosi sehingga menghambat
perkembangan kepribadiannya. Berdasarkan uraian tentang karakteristik anak tunarungu menurut
beberapa ahli, maka dapat dimaknai bahwa karakteristik anak tunarungu meliputi karakteristik segi inteligensi, bahasa dan bicara, emosi dan