Batasan Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Penelitian yang Relevan

B. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada penggunaan Mind Mapping dalam mata pelajaran IPA dalam pembelajaran tematik pada tema 3 mengenai Kerukunan dalam Bermasyarakat, subtema 1 mengenai Hidup Rukun pada pembelajaran 2 dan 5 yang terfokus pada mata pelajaran IPA mengenai rangkaian listrik di SDN 1 Kebondalem Lor. Batasan masalah tersebut digunakan karena sebagian besar siswa kelas VA memiliki kemampuan pemahaman konsep, rasa ingin tahu, dan kreativitas siswa yang perlu ditingkatkan dalam mempelajari tema ini.

C. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penggunaan Mind Mapping dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran IPA kelas VA di SDN 1 Kebondalem Lor? 2. Bagaimana penggunaan Mind Mapping dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa dalam mata pelajaran IPA kelas VA di SDN 1 Kebondalem Lor? 3. Bagaimana penggunaan Mind Mapping dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam mata pelajaran IPA kelas VA di SDN 1 Kebondalem Lor?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan peningkatan pemahaman siswa dalam mata pelajaran IPA kelas VA di SDN 1 Kebondalem Lor. 2. Untuk mendeskripsikan peningkatan rasa ingin tahu siswa dalam mata pelajaran IPA kelas VA di SDN 1 Kebondalem Lor. 3. Untuk mendeskripsikan peningkatan kreativitas siswa dalam mata pelajaran IPA kelas VA di SDN 1 Kebondalem Lor.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang metode Mind Mapping yang dapat meningkatkan pemahaman, rasa ingin tahu, dan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru Penelitian ini menjadikan salah satu contoh metode pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk materi pokok lain. b. Bagi Siswa Penelitian ini menciptakan cara baru dalam pembelajaran IPA kelas VA menggunakan metode Mind Mapping sehingga tercipta pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan inovatif. c. Bagi Peneliti Penelitian ini merupakan pengalaman yang dangat berharga menerapkan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA.

F. Batasan Pengertian

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Pemahaman

Pemahaman adalah sebuah kemampuan metokognitif yang dimiliki oleh siswa secara sadar sebagai salah satu proses yang di dapatkannya ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran.

2. Rasa Bngin Tahu

Rasa ingin tahu adalah kemampuan yang timbul dalam diri seseorang untuk mengajukan pertanyaan dan menggunakan daya imajinasinya, mengajukan masalah-masalah sendiri, mencari jawaban-jawaban terhadap masalah-masalah nonrutin atau menunjukkan banyak inisiatif ketika menjumpai permasalahan dalam lingkungan siswa.

3. Kreativitas

Kreativitas adalah sebagai sebuah kemampuan yang mecerminkan kelancaran, keluwesan fleksibilitas, dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi mengembangkan, memperkaya, memperinci suatu gagasan.

4. Mind Mapping

Mind Mapping merupakan peta visual yang berupa gambar atau catatan dan dibuat dengan cara kreatif secara individual ataupun kelompok untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran, atau merencanakan penelitian baru. Bentuk catatan dari Mind Mapping berupa catatan yang bersifat visual dan penuh dengan kreasi. Siswa dapat menghemat waktu, menyusun tulisan dengan teratur, menggali lebih banyak gagasan, lebih banyak bersenang-senang, dan mendapatkan nilai yang lebih baik dengan peta pikiran 9 BAB BB KAJBAN TEORB Pada bab ini akan dibahas landasan teori, kerangka berpikir, penelitian yang relevan, dan hipotesis tindakan.

A. Landasan Teori 1.

Kurikulum 2013 a. Pengertian Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 adalah salah satu unsur yang memberikan konstribusi untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas peserta didik dan menjadi langkah lanjutan berbasis kompetensi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran tematik pada sistem belajarnya. Pembelajaran tematik integratif sebelumnya hanya dilaksanakan pada kelas rendah saja dan pada kelas tinggi setiap mata pelajaran tampak terpisah atau berdiri sendiri. Dalam Kurikulum 2013, siswa tidak lagi mempelajari masing-masing mata pelajaran secara terpisah. Pembelajaran berbasis tematik integratif yang diterapkan pada tingkatan pendidikan dasar ini menyuguhkan proses belajar berdasarkan tema untuk kemudian dikombinasikan dengan mata pelajaran lainnya. Untuk itu, Kurikulum 2013 menjadi salah satu unsur yang memberikan konstribusi untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi anak. Kurikulum 2013 dikembangkan berbasis pada kompetensi yang sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan siswa menjadi 1 manusia berkualitas yang mampu proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah, 2 manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan 3 warga negara yang demokratis, bertanggung jawab. Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar, yang akan menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya Mulyasa, 2013:7. Dalam implementasinya, pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum. Pendidikan karakter menekankan pada keteladanan, penciptaan lingkungan, dan pembiasaan melalui berbagai tugas keilmuan dan kegiatan kondusif. Melalui implementasi Kurikulum 2013 dan pendidikan karakter menggunakan pendekatan tematik dan kontekstual diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji yang memberikan penilaian secara individu mengenai nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari siswa. Dalam prosesnya, pembelajaran Kurikulum 2013 terdiri atas pembelajaran intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Pembelajaran intrakurikuler yaitu proses pembelajaran yang berkenaan dengan mata pelajaran dalam struktur kurikulum dan dilaksanakan di kelas, sekolah, dan masyarakat. Pembelajaran ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas yang diransang sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin setiap minggu.

b. Kurikulum 2013 di SD

Kurikulum 2013 lebih fokus dan berangkat dari karakter serta kompetensi yang akan dibentuk, baru memikirkan untuk mengembangkan tujuan yang akan dicapai. Kemendiknas dalam Mulyasa, 2013:85 mengungkapkan bahwa struktur kurikulum SD berbasis tematik integratif sampai kelas V dan menggunakan pendekatan sains dalam proses pembelajaran mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan menciptakan semua mata pelajaran. Taksonomi yang dikembangkan dalam kurikulum 2013 meliputi: a kompetensi kognitif, yaitu pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran spesifik; b kompetensi afektif, yaitu nilai, sikap, interest, dan apresiasi yang saling berhubungan; c kompetensi kinerja, yaitu perilaku yang didemonstrasikan; d kompetensi konsekuensi atau hasil, yaitu kemampuan yang menghasilkan perubahan lain dan didemonstrasikan; dan e kompetensi eksploratori atau ekspresif, yaitu pengalaman yang bermanfaat Mulyasa, 2013:84. Berikut adalah tabel strukutur Kurikulum di SD: Tabel 2.1 Struktur Kurikulum 2013 No Komponen B BB BBB BV V BV A Kelompok A Tematik 1 Pendidikan Agama 4 4 4 4 4 4 2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 5 6 6 6 6 6 3 Bahasa Indonesia 8 8 10 10 10 10 4 Matematika 5 6 6 6 6 6 B Kelompok B 1 Seni Budaya dan Prakarya 4 4 4 6 6 6 2 Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan 4 4 4 4 4 4 Jumlah 30 32 34 36 36 36 tumber :draft. Kurikulum m013 Kurikulum 2013 memberikan beban belajar yang berbeda di setiap tingkatan kelas. Beban belajar merupakan aplikasi dari struktur kurikulum yang menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran. Jam belajar pada SDMI adalah 35 menit. Semakin tinggi tingkatan kelasnya, beban belajarnya akan semakin meningkat. Berikut adalah tabel alokasi waktu beban belajar tingkat SD dalam 1 minggu: Tabel 2.2 Alokasi Waktu Struktur Kurikulum 2013 tumber :draft. Kurikulum m013 Berdasarkan penjelasan diatas, maka yang dimaksud Kurikulum 2013 adalah sebuah Kurikulum yang menggunakan pembelajaran tematik sebagai sebuah sistem belajarnya sehingga sangat menekankan pada tercapainya pendidikan karakter. Pembelajaran tematik kini dipelajari oleh semua tingkatan sekolah dengan beban belajar yang berbeda. Setiap MATA PELAJARAN ALOKASB WAKTU BELAJAR PER MBNGGU Kelompok A I II III IV V VI 1 Pendidikan Agama 4 4 4 4 4 4 2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 5 6 6 6 6 6 3 Bahasa Indonesia 8 8 10 10 10 10 4 Matematika 5 6 6 6 6 6 Kelompok B 1 Seni Budaya dan Prakarya 4 4 4 6 6 6 2 Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan 4 4 4 4 4 4 Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 30 32 34 36 36 36 mata pelajaran yang dipelajaripun memiliki tingkatan waktu pelajaran yang berbeda.

2. Belajar dan Pemahaman

a. Pengertian Belajar

Secara sederhana, Robbins dalam Trianto, 2009:17 mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara pengetahuan yang sudah dipahami dan pengetahuan yang baru. Jadi, dalam makna belajar bukan berawal dari sesuatu yang benar-benar belum diketahui nol, tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru. Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa pengalaman dapat dikembangkan sehingga makna dari pembelajaran tersebut dapat tersampaikan dan tercapainya proses belajar siswa. Sudjana 1989:5 mengemukakan bahwa belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi berkat adanya pengalaman. Belajar merupakan tugas utama seorang pelajar. Salah satu kegiatan belajar yang dilakukan siswa yaitu di lingkungan sekolah melalui pembelajaran. Pembelajaran adalah kegiatan yang membelajarkan siswa. Ciri dari kegiatan pembelajaran adalah adanya unsur kesengajaan sehingga disadari dan mempunyai tujuan. Agar pembelajaran menjadi menyenangkan, maka guru harus mempunyai metode. Metode adalah cara atau atau teknik yang digunakan dalam mencapai tujuan Sudjana, 2010:22. Hal itu mengakibatkan guru perlu menggunakan siasat tertentu dalam pembelajaran metode. Metode pembelajaran harus diimbangi dengan kemampuan guru dalam teknik belajar mengajar dan kemampuan memilih prosedur Syaiful, 2002:9.

b. Cara Belajar Siswa

Sarjuli 2002:6 mengungkapkan ada berbagai macam cara peserta didik dalam cara belajarnya. Pertama, ada siswa yang lebih senang belajar dengan cara melihat orang lain. Mereka akan lebih antusias dengan presentasi orang lain, mencatat informasi dari pengajar. Kedua, siswa yang menyukai cara belajar yang bersifat auditory. Siswa akan lebih mengandalkan kemampuan nya dalam mendengar dan mengingat. Ketiga, siswa yang menyukai cara belajar yang bersifat kinestetik. Siswa akan lebih senang apabila terlibat secara langsung dalam aktivitas.

c. Sumber Belajar

Dalam proses pembelajaran idealnya dikembangkan ruang kelas yang dilengkapi dengan fasilitas dan sumber belajar untuk pembentukan kompetensi dan karakter siswa dan pencapaian tujuan pembelajaran. Sumber belajar dipilih apabila dalam penggunaanya sesuai dan menunjang tercapainya kompetensi. Mulyasa 2013:52 mengemukakan dua cara memanfaatkan fasilitas dan sumber belajar dalam menyukseskan implementasi kurikulum. Pertama, membawa sumber belajar ke dalam kelas. Kedua, membawa kelas ke lapangan tempat sumber belajar berada. Dalam kurikulum ini fasilitas dan sumber belajar yang memadai akan membuat pembelajaran menjadi lebih optimal.

d. Kemampuan Pemahaman

Pemahaman merupakan sesuatu yang penting dan merupakan salah satu target yang akan dicapai dalam setiap pembelajaran. Bank dalam Sapriya, 2011:158-165 menyebut bahwa kemampuan yang dimaksud sering dikenal dengan istilah kesadaran metakognitif metacognitive awareness. Metakognitif sering diartikan “mengetahui tentang mengetahui” atau “mengetahui bagaimana untuk mengetahui”. Metakognitif merupakan kesadaran terhadap apapun yang dilakukan ketika belajar. Dengan adanya kesadaran yang dimiliki inilah siswa dapat mengetahui apakah dia cukup paham ataupun tidak. Bank juga mengemukakan empat langkah untuk memonitor pemahaman siswa yaitu : Pertama, siswa harus mengetahui kapan ketika mereka harus melakukan sesuatu; Kedua, siswa harus mengetahui apa yang mereka ketahui; Ketiga, siswa harus mengetahui apa yang harus mereka perlukan untuk mengetahui; Keempat, siswa harus mengetahui kegunaan dari teknik-teknik yang dapat membantu mereka dalam belajar. Empat langkah tersebut mampu berjalan sempurna dengan adanya monitoring yang dilakukan oleh siswa sendiri dan mengevaluasi dirinya sendiri. Dalam pembelajaran IPA, metode Mind Mapping mampu membantu siswa dalam pemahaman. Mind Map berupa gambar digunakan untuk mengungkapkan pemikiran sebagai simbol pemberian makna. Gambar juga mampu membantu dalam meningkatkan ketrampilan berinkuiri siswa. Pemahaman siswa dipengaruhi oleh waktu time dan kesempatan engagement. Waktu dan kesempatan yang dimiliki oleh setiap individu berbeda sehingga akan berpengaruh terhadap perbedaan kemampuan peserta didik Mulyasa, 2013:192. Faktor eksternal yang mempengaruhi pemahaman adalah faktor sosial yang menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial seperti lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyarakat. Selain itu ada faktor non-sosial yang berhubungan dengan lingkungan fisik dan alam seperti keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber, dan sebagainya. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses yang dialami oleh siswa dalam kegiatannya untuk memperoleh pengalaman barunya. Ketika mendapatkan sebuah pengalaman baru, maka siswa telah dikatakan mampu mencapai suatu pemahaman. Pemahaman dipengaruhi oleh adanya waktu dan kesempatan yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik.

3. Rasa Bngin Tahu

a. Pengertian Rasa Bngin Tahu

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif, berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara relatif tetap terhadap obyek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif Mulyasa, 2013:192. Untuk itu, sikap merupakan indikator yang tampak ketika siswa mengembangkan ketrampilan rasa ingin tahunya. Rasa ingin tahu adalah rasa yang dimiliki oleh siswa dalam upaya untuk memperoleh pengetahuan barunya. Salah satu contoh siswa memiliki rasa ingin tahu adalah dimilikinya ketrampilan bertanya pada siswa. Ketrampilan bertanya tercermin dalam pembelajaran konstektual yang pada dasarnya merupakan pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa Ngalimun, 2012:162. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi. Agar siswa menjadi pemikir yang baik, kita harus memberikan sesuatu untuk dipikirkan. Rasa ingin tahu biasanya diperoleh dari kemampuan bertanya siswa.

b. Bndikator Rasa Bngin Tahu

Rasa ingin tahu merupakan salah satu ciri-ciri yang yang menjadi penentu dalam prestasi belajar maupun prestasi kreatif seorang siswa Munandar, 1985:51. Indikator siswa memiliki rasa ingin tahu adalah : 1 Siswa mampu merespon secara positif terhadap unsur-unsur yang baru, aneh, tidak layak, dan misterius di lingkungan mereka dengan cara mendekati, memeriksa, ataupun memperhatikannya. 2 Siswa memperlihatkan kebutuhan atau keinginan yang tingginya untuk mengetahui tentang dirinya atau lingkungannya. 3 Mengamati lingkungan untuk mencari pengalaman baru. 4 Penuh perhatian memeriksa dan menyelidiki ransangan yang ada. Indikator yang paling utama adalah kemampuan siswa dalam bertanya dan mengutarakan pendapat. Kemampuan anak dalam mengajukan pertanyaan dan menggunakan daya imajinasinya, mengajukan masalah-masalah sendiri, mencari jawaban-jawaban terhadap masalah-masalah nonrutin atau menunjukkan banyak inisiatif menjadi ciri-ciri pula dalam kegiatan kemampuan rasa ingin tahu siswa Munandar, 1985:52. Anak tidak akan takut membuat kesalahan dan mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui orang lain Munandar, 2004:35. Apabila siswa mampu meningkatkan kemauannya dalam bertanya untuk mengetahui pengetahuan barunya, maka siswa akan turut meningkatkan aktivitas belajarnya di kelas Sudjana, 2009:31.

c. Rasa Bngin Tahu dalam Pembelajaran

Dalam pembelajaran terutama IPA, banyak aktivitas yang dapat memancing rasa ingin tahu siswa. Hal itu tercermin dari banyaknya permasalahan yang melibatkan siswa dalam pemecahan solusinya. Rasa ingin tahu merupakan hasil belajar dalam ranah afektif yang ditunjukkan dalam perilaku atau perbuatan dalam ranah psikomotoris Sudjana, 2009:32. Rasa ingin tahu tidak hanya tampak ketika siswa melakukan diskusi bersama guru saja, namun ketika siswa diberikan penugasan dan diminta melakukan eksperimen atau ketrampilan mengembangkan diri yang lainnya. Salah satu contoh ketrampilan rasa ingin tahu adalah menggali informasi dari guru. Kemauan terlibat dalam pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajaran perlu ditanamkan kepada anak didik sejak dini. Hal itu dimaksudkan agar anak didik mampu meningkatkan rasa ingin tahunya dalam kelas ketika pelajaran IPA. Dengan adanya pengembangan pada ketrampilan rasa ingin tahu siswa diharapkan siswa mampu memiliki pengalaman-pengalaman yang berguna dalam proses meningkatkan prestasi belajar siswa. Mengingat pentingnya keterampilan dalam mengembangkan rasa ingin tahu bagi siswa maka guru IPA dalam mengajar selalu memberikan rangsangan pada siswanya untuk meningkatkan keingin-tahuannya dalam pembelajaran mereka sehingga nantinya akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Jadi rasa ingin tahu adalah kemampuan yang timbul dalam diri seseorang untuk mengajukan pertanyaan dan menggunakan daya imajinasinya, mengajukan masalah-masalah sendiri, mencari jawaban-jawaban terhadap masalah-masalah nonrutin atau menunjukkan banyak inisiatif ketika menjumpai permasalahan dalam lingkungan siswa. Indikator terpenting dalam ketrampilan rasa ingin tahu adalah kemauan siswa dalam bertanya. Ketrampilan siswa akan semakin tampak apabila dalam kegiatan pemecahan solusi siswa aktif dalam menanyakan hal-hal baru dalam pemecahan masalahnya. Pembelajaran IPA merupakan suatu pembelajaran yang sering memberikan kontribusi aktif dalam menyalurkan ketrampilan rasa ingin tahu siswa.

4. Kreativitas

a. Pengertian Kreativitas

Menurut Munandar 1985:50, kreativitas adalah sebuah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan fleksibilitas, dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi mengembangkan, memperkaya, memperinci suatu gagasan. Kemampuan memberikan penilaian atau evaluasi terhadap suatu obyek atau situasi juga mencerminkan kretivitas, jika dalam penilaiannya seseorang mampu melihat obyek, situasi, atau masalahnya dari sudut pandang yang berbeda-beda. Munandar 1985:45 mengatakan bahwa kreativitas penting dipupuk pada anak karena 1 Anak mampu mewujudkan dirinya melalui kegiatan berkreasi, 2 Kreativitas atau berpikir kreatif menjadi kemampuan untuk melihat macam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap sebuah masalah sehingga mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang dan mampu melahirkan banyak gagasan, 3 Dengan bersibuk diri secara kreatif akan mampu memberikan kepuasan diri kepada diri anak. Hal itu nampak apabila kita mengamati kegiatan anak-anak yang sedang bermain balok kayu atau dengan permainan konstruktif lainnya. Mereka akan sangat senang membuat kombinasi-kombinasi baru dari balok-baloknya, 4 Kreativitas akan mampu meningkatkan kualitas hidup.

b. Bndikator Kreativitas

Aspek kreativitas anak tergantung pada kepribadiannya. Anak yang memiliki ciri-ciri kreatif adalah memiliki sikap ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran aktivitas yang inovatif Munandar, 2004:35. Anak yang memiliki kreativitas biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Selain itu anak dengan kemampuan berpikir kreatif memiliki kemampuan melihat masalah dari berbagi sudut tinjau dan memiliki kemampuan untuk bermain dengan ide, konsep, atau kemungkinan-kemungkinan yang dikhayalkan Munandar, 2004:35. Kreativitas mampu terjadi apabila orang memiliki minat untuk melakukan analisis dan mengembangkannya. Ketrampilan berpikir kreatif perlu ditanamkan kepada anak didik sejak dini. Hal itu dimaksudkan agar anak didik mampu meningkatkan kreativitas dalam menangkap, menyimpan, dan yang paling penting adalah mampu mengolah pengetahuan-pengetahuan yang didapatnya dari berbagai sumber ketika mempelajari pelajaran IPA. Dengan adanya pengembangan pada ketrampilan berpikir kreatif siswa diharapkan siswa mampu memiliki pengalaman-pengalaman yang berguna dalam proses meningkatkan prestasi belajar siswa. Mengingat pentingnya keterampilan berpikir kreatif bagi siswa maka guru dalam mengajar selalu memberikan rangsangan pada siswanya untuk meningkatkan daya berpikir kreatif mereka sehingga nantinya akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan penjelasan diatas kreativitas adalah sebuah ketrampilan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan sebuah hasil pembelajaran yang lebih inovatif. Indikator siswa memiliki ketrampilan ini adalah adanya sikap ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran aktivitas yang inovatif. Kreativitas juga sering dikembangkan lewat pembelajaran IPA melalui kegiatan eksperimen.

5. Pembelajaran BPA di SD

Winataputra dalam Samatowa, 2011:3 mengemukakan bahwa IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah. Pada dasarnya IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Untuk itulah IPA dapat dikatakan sebagai ilmu alam. Materi IPA merupakan materi pembelajaran yang akan lebih mudah apabila dipelajari melalui kegiatan langsung praktik, pengamatan, eksperimen, dan sebagainya sehingga siswa akan lebih paham. Samatowa 2006:5 menyatakan bahwa beberapa aspek penting yang dapat diperhatikan guru dalam memberdayakan anak melalui pembelajaran IPA yaitu: 1 pentingnya memahami bahwa pada saat memulai kegiatan pembelajarannya, anak telah memiliki berbagai konsepsi, pengetahuan yang relevan dengan apa yang mereka pelajari; 2 aktivitas anak melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi hal utama dalam pembelajaran IPA; 3 bertanya menjadi bagian yang penting dalam setiap pembelajaran IPA, bahkan menjadi bagian yang paling utama dalam pembelajaran; 4 pembelajaran IPA memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menjelaskan suatu masalah. Menyikapi hal tersebut, IPA sebagai salah satu bidang studi harus mampu menjadi sarana untuk meningkatkan kemampuan berpikirnya dalam menjelaskan suatu masalah. Pembelajaran IPA atau sains di sekolah dasar merupakan salah satu pelajaran pokok. IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. Fenomena alam tersebut diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. IPA adalah sebuah mata pelajaran yang dapat diimplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran SD IPA sudah diajarkan pada siswa kelas I SD. IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif mengenai alam semesta dengan segala isinya Hendro Darmojo dalam Samatowa, 2011:2. Dalam pelajaran IPA, siswa dituntut untuk tidak hanya mampu menghafalkannya namun dapat memahami dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Untuk itu siswa perlu untuk mendalami konsep-konsep yang ada dalam pelajaran ini. Penanaman konsep pada pelajaran ini tidaklah mudah, apalagi siswa masih belum dapat berpikir secara abstrak. Menurut Samatowa 2011:4, IPA melatih anak berpikir kritis dan objektif. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif. Rasional berarti masuk akal dan logis sehingga teorinya dapat diterima secara akal sehat. Objektif artinya sesuai dengan objeknya, yaitu sesuai dengan kenyataan pengalaman ataupun pengamatan melalui panca indera. Dalam memberikan pengajarannya seorang guru IPA harus benar mengetahui kegunaan dari pembelajaran IPA sehingga siswa mampu mengembangkan ilmu yang di dapatnya dalam kehidupan seharinya. Ada macam-macam tahap pembelajaran yang dilaksanakan siswa ketika berproses dalam pembelajaran IPA. Proses tersebut sangatlah dibutuhkan agar siswa tidak hanya mendapatkan ilmu baru, namun sampai pada tingkat mengaplikasikan ilmu baru tersebut. Samatowa 2011:7 membaginya menjadi 3 tahapan, yaitu: 1. Tahap Ekplorasi Tahap ekplorasi adalah tahap awal dalam proses pembelajaran. Dalam tahapan ini, guru berperan secara tidak langsung. Guru hanya sebagai pengamat yang memiliki pertanyaan-pertanyaan guna memancing siswa baik individu maupun berkelompok untuk membangun rasa ingin tahunya. Peranan murid dalam hal ini sangatlah aktif. 2. Tahap Pengenalan Konsep Tahap pengenalan konsep adalah tahapan yang berperan menampung informasi-informasi yang siswa telah gali. Informasi yang di dapat berkaitan dengan pengalaman mereka dalam berekplorasi. Bagian ini adalah waktu bagi siswa dalam penyusunan konsep. 3. Tahap Penerapan Konsep : Tahap Penerapan Konsep ini adalah tahap bagi guru menciptakan atau telah memiliki situasi permasalahan yang dapat dipecahkan berdasarkan pengalaman ekplorasi sebelum pengenalan konsep. Seperti hal lainnya pada tahap eksplorasi siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Lewat tahapan-tahapan yang ada, diharapkan siswa mampu mengembangkan aktivitasnya terutama dalam pembelajaran IPA. Pembelajaran akan lebih aktif dan inovatif dengan keterlibatan siswa. Hal ini dapat memberikan dampak positif bagi pemahaman siswa sehingga hasil belajar siswa akan lebih meningkat. Jadi, pembelajaran IPA di SD adalah pembelajaran yang menggunakan fenomena alam sebagai bahan belajarnya dan kemudian ditematikkan dengan pembelajaran lainnya. Pembelajaran IPA menjadi pembelajaran yang rasional dan objektif. Dalam pembelajaran IPA, terdapat 3 macam tahapan yaitu tahap eksplorasi, pengenalan konsep, dan penerapan konsep.

6. Mind Mapping

Di kegiatan pembelajaran sehari-hari, metode Mind Mapping biasa dikenal dengan metode peta pikiran. Mind Mapping adalah sebuah peta visual yang berupa gambar ataupun catatan yang dibuat secara kreatif. Sarjuli 2002:188 mengemukakan bahwa Mind Mapping merupakan cara kreatif bagi peserta didik secara individual ataupun kelompok untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran, atau merencanakan penelitian baru. Metode Mind Mapping ini merupakan metode mencatat kreatif yang memudahkan siswa untuk dapat mengingat banyak informasi karena dengan peta pikiran siswa cukup mengingat ide atau gagasan utama untuk dapat merangsang ingatan dengan mudah. Mind Map dapat dikerjakan secara mandiri ataupun secara berkelompok. Bentuk catatan dari Mind Map berupa catatan yang bersifat visual dan penuh dengan kreasi. Dengan Mind Map siswa bebas menggambarkan hasil pengembangan materi mereka dengan gambar-gambar atau garis-garis berwarna yang mereka sukai, sehingga pelajaran akan lebih menyenangkan. Ketika membuat Mind Map siswa harus mengaitkan pengetahuan baru yang didapat dengan konsep-konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif Samatowa, 2011:21. Adanya metode pembelajaran Mind Mapping akan memberi nuansa baru dalam proses pembelajaran sastra baik bagi siswa maupun bagi guru. Mind Mapping akan memberikan keterampilan berpikir untuk menciptakan pengalaman belajar dengan cara merangkum poin-poin materi sehingga dapat meningkatkan daya ingat siswa tentang konsep yang dipelajari. Cara kerja peta pikiran adalah menuliskan tema utama sebagai titik sentraltengah dan memikirkan cabang-cabang atau tema-tema turunan yang keluar dari titik tengah tersebut dan mencari hubungan antar tema turunan. Berdasarkan konsep kerjanya Mind Mapping dapat membantu daya ingat. Dampak positif dari penggunaan Mind Map sebagai media adalah cara penyampaian materi pembelajaran lebih menarik dan lebih interaktif. Selain itu kualitas hasil belajar benar benar terbentuk dari siswa itu sendiri. Respon siswa terhadap pembelajaran juga akan lebih mengacu pada hal yang positif. Manfaat dari penggunaan Mind Map itu sendiri adalah untuk mengurangi terlalu banyak penjelasan guru sehingga interaksi dengan siswanya kurang. Dampak lain yang diperoleh apabila menggunakan metode Mind Mapping adalah siswa mampu terbantu dalam pemecahan permasalahan yang dihadapi baik dalam bidang pemahaman, keterampilan berpikir maupun ingatan. Mind Map mempunyai banyak keunggulan, dua di antaranya adalah 1 dengan Mind Map ide permasalahan diidentifikasi secara jelas 2 Mind Map membuat kita lebih mampu berkonsentrasi pada permasalahan yang sering kita hadapi. Berikut adalah contoh penggunaan Mind Mapping pada pembelajaran IPA: Gambar 2.1 Contoh Penggunaan Mind Mapping a. Perbedaan Peta Konsep dengan Mind Map Peta konsep dan Mind Map adalah dua hal yang berbeda. Ciri-ciri dari peta konsep adalah : 1 Biasanya digunakan untuk mewakili sebuah pengetahuan 2 Mengandung konsep umum yang tersusun lebih spesifik dan hierarkis. 3 Garis penghubung berisi kata kunci yang meringkas hubungan antar topik. Biasanya topiknya sebab-akibat. 4 Banyak topik yang terhubung dengan lebih dari satu ide sentral. Sedangkan ciri-ciri dari Mind Map adalah: 1 Sifatnya lebih fleksibel daripada peta konsep 2 Memuat gambar dan warna untuk lebih merangsang visual. 3 Hanya terdapat satu ide sentral saja. Ada beberapa macam peta konsep yang bisa digunakan Nur dalam Trianto, 2009:160 yaitu pohon jaringan network tree, rantai kejadian events chain, peta konsep siklus cycle concept map, dan peta konsep laba-laba concept map. 1 Pohon Jaringan Pada peta konsep ini ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata lain dituliskan pada garis-garis penghubung. Garis-garis pada peta konsep menunjukkan hubungan antara ide-ide itu. Pohon jaringan biasanya digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal sebagai berikut: a menunjukkan sebab akibat, b suatu hierarki, c prosedur yang bercabang, dan d istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan. Berikut adalah contoh dari peta konsep pohon jaringan: Gambar 2.2 Contoh Peta Konsep Pohon Jaringan Sistem Bilangan 2 Rantai Kejadian Nur dalam Trianto, 2009:161 mengemukakan bahwa peta konsep model ini cocok digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Dalam membuatnya, yang pertama kali dilakukan adalah mencari peristiwa awal yang terjadi. Kemudian, temukan peristiwa lain hingga mencapai suatu hasil. Berikut adalah contoh peta konsep rantai kejadian: Gambar 2.3 Contoh peta konsep rantai kejadian bilangan desimal bilangan primer 3 Peta konsep siklus Dalam peta konsep ini rangkaian kejadiannya tidak menghasilkan final. Kejadian akhir akan berkaitan dan terhubung kembali dengan kejadian awal. Karena itu siklus ini akan berulang secara terus-menerus. Peta konsep siklus biasa diterapkan untuk menunjukkan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu hal yang berulang-ulang. Berikut adalah contoh peta konsep peta siklus: Gambar 2.4 Contoh peta konsep siklus konversi sistem bilangan 4 Peta Konsep Laba-laba Peta konsep ini dimulai dari ide-ide sentral yang kemudian akan diperoleh sejumlah ide yang bercampur. Banyak ide yang berakitan dengan ide sentral itu namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Peta konsep ini dapat digunakan untuk menvisualisasikan hal-hal berikut: a tidak menurut hierarki, b kategori yang tidak paralel; dan c hasil curah pendapat. Berdasarkan ciri dari penggunaan dan bentuknya, peta konsep laba-laba ini termasuk dalam Mind Mapping. Berikut adalah contoh peta konsep konsep laba-laba: Dikali dengan 8 3 digit dikonversi menjadi 1 digit oktal dibagi 16 Tiap digit dikonversi jadi 4 digit biner Gambar 2.5 Contoh Peta Konsep Laba-laba Sumber: Buzan 2007

b. Penggunaan Metode Mind Mapping dalam pembelajaran BPA di SD

Seperti yang telah dipaparkan dalam pengertian pembelajaran IPA bahwa Pendidikan IPA merupakan mata pelajaran yang mempelajari berbagai kenyataan keadaan alam dalam kehidupan sehari hari yang bersumber dari biologi, fisika, dan kimia. IPA berfungsi sebagai ilmu pengetahuan untuk mengembangkan kemampuan dan sikap sadar diri terhadap lingkungan alam sekitarnya. Pembelajaran pendidikan IPA memerlukan suatu metode yang tepat supaya hasil yang dicapai maksimal dan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Guru harus mampu memilih metode-metode atau strategi yang sesuai dengan pokok bahasan yang disampaikan sehingga peserta didik mempunyai minat yang tinggi terhadap pendidikan IPA. Usaha guru dalam meningkatkan prestasi belajar IPA sebenarnya dapat dilakukan dengan metode pembelajaran yang lebih inovatif agar siswa lebih aktif. Metode Mind Mapping dianggap sesuai dengan pembelajaran IPA di SD. Hal itu didasarkan pada banyaknya manfaat yang diperoleh. Manfaat yang sangat tampak ketika metode Mind Mapping diterapkan dalam mata pelajaran IPA adalah semakin meningkatnya pemahaman siswa akan konsep pembelajaran IPA. Selain itu juga siswa tanpa sadar telah mampu mengembangkan kemampuan kreatifitasnya. Dengan demikian siswa belajar tidak hanya mendengarkan dan guru menerangkan di depan kelas saja, namun diperlukan keaktifan siswa dalam mengembangkan sikap rasa ingin tahunya pada materi pokok yang dipelajari ketika proses pembelajaran.berlangsung.

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Mind Mapping

Mind Map dalam penggunaannya sebagai metode mempunyai kelebihan dan kekurang pula. Kelebihan dari Mind Mapping adalah: 1 Cara membuat Mind Map mampu mengembangkan kreativitas 2 Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul di kepala anda 3 Proses menggambar bisa memunculkan ide-ide yang lain bagi siswa. 4 Gambar yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis Selain memiiki kelebihan, metode Mind Mappingpun tentu memiliki kekurangan. Berikut kekurangan dari metode Mind Mapping: 1 Hanya siswa yang aktif yang terlibat 2 Tidak sepenuhnya murid yang belajar 3 Membutuhkan waktu yang lama dalam pembuatannya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka Mind Mapping menjadi sebuah metode yang menjadi cara kreatif bagi peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran, atau merencanakan penelitian baru. Ada berbagai macam peta konsep, yaitu pohon jaringan, rantai kejadian, peta konsep siklus, dan peta konsep laba-laba yang serupa dengan Mind Map. Metode Mind Mapping cocok untuk digunakan dalam pembelajaran IPA, karena mampu memberikan pemahaman konsep lebih mendalam.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian pertama dilakukan oleh Sarjani, Marhaeni, dan Tika 2014 berjudul penelitian “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Teknik Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD 4 Tuban dengan Kovariabel Sikap Ilmiah”. Dalam penelitian ini digunakan peta konsep sebagai teori yang terkait dengan permasalahan hasil belajar yang ada. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa teknik peta konsep memberi pengaruh positif pada hasil belajar IPA siswa kelas V SD 4 Tuban. Hal itu dapat dilihat pada hasil penelitian yang mencatumkan skor bahwa Fhitung = 24,259 dan P = 0,00 p0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa Fhitung siginifikan. Oleh karena Fhitung signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar IPA siswa antara siswa yang mengikuti model kooperatif teknik peta konsep dan siswa yang mengikuti pembelajaran secara konvensional. Gede, Nyoman, dan Wayan 2013 melakukan penelitian berjudul “Penerapan Pendekatan Kontekstual Contextual Teaching And Learning untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV Tahun Pelajaran 20122013 di SD NO.3 Pegayaman Kecamatan Sukasada”. Keaktifan dan prestasi belajar siswa dijadikan teori yang relevan dengan permasalahan peneliti, karena siswa dikatakan memiliki pemahaman apabila siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Aktivitas siswa juga dapat dilihat dari keaktifan siswa di kelas. Hal tersebut tampak dalam hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang dapat disimpulkan menjadi beberapa hal sebagai berikut: 1 penerapan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Hal ini dapat terlihat dari rata-rata keaktifan belajar IPA siswa pada siklus I yaitu 3,40 dengan kriteria cukup aktif, sampai dengan siklus III menjadi 4,42 dengan kriteria aktif; 2 penerapan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan rata-rata prestasi belajar IPA siswa yaitu 55,35 dengan ketuntasan belajar klasikal 43,48 saat refleksi awal sampai dengan siklus III meningkat menjadi 80,43 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 100; 3 respon siswa terhadap pembelajaran IPA dengan pendekatan kontekstual tergolong positif. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata skor respon siswa sebesar 93,35. Nurroeni 2013 melakukan penelitian berjudul “Keefektifan Penggunaan Model Mind Mapping Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar IPA”. Hasil penelitian analisis uji independent sample t-tes diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,383. Artinya nilai signifikansi ˃ 0,05 sehingga Ho diterima. Selain itu juga diperoleh rata-rata persentase aktivitas belajar siswa pada kelompok kontrol sebesar 61,25 dan pada kelompok eksperimen sebesar 73,04. Dengan demikian, aktivitas belajar siswa pada pembelajaran dengan model Mind Map lebih baik daripada aktivitas belajar siswa pada pembelajaran model konvensional. Dari hasil yang telah di dapat tersebut, peneliti mengambil adanya peningkatan aktivitas belajar siswa sebagai teori yang relevan. Ketiga penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti ini mengungkapkan fakta bahwa metode Mind Mapping yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran secara efektif mampu meningkatkan pemahaman, rasa ingin tahu dalam pembelajaran, dan kreativitas belajar siswa. Kegiatan penelitian tersebut menghasilkan pembelajaran yang lebih menarik dengan adanya inovasi. Metode ini juga mampu meningkatkan secara aktif kegiatan belajar siswa di dalam kelas. Maka, peneliti tertarik untuk meneliti tentang penggunaan metode Mind Map pada siswa kelas VA semester 1 di SD Kebondalem Lor tahun pelajaran 20142015 terhadap pemahaman, rasa ingin tahu, dan kreativitas siswa. Berikut dapat digambarkan dalam literature map: Gambar 2.6 Literature Map Penggunaan Metode Mind Mapping pada Mata Pelajaran IPA untuk Meningkatkan Pemahaman, Rasa Ingin Tahu, dan Kreativitas Siswa Kelas VA di SDN 1 Kebondalem Lor.

C. Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

Melampaui Rasa Ingin Tahu

0 3 3

PENGGUNAAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VA SD NEGERI 1 PRINGSEWU UTARA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 24 50

PENDEKATAN INQUIRI UNTUK MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA.

0 1 33

PENGARUH PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI.

0 2 43

PENERAPAN METODE MIND MAPPING PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI SUSUNAN BUMI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS V MI DARUNNAJAH.

0 0 107

PENERAPAN PEMBELAJARAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA IPA KELAS IV SDN II KEPADANGAN - Repository Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

0 0 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Rasa Ingin Tahu - UPAYA MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI PERUBAHAN LINGKUNGAN FISIK BUMI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN MIND MAP

0 1 18

MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V MATERI AIR MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY DI MI MUHAMMADIYAH BESANI KABUPATEN WONOSOBO

0 0 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Rasa Ingin Tahu - UPAYA MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V MATA PELAJARAN IPA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN OUTDOOR STUDY DAN EKSPERIMEN DENGAN MEMANFAATKAN LINGKUNGAN DI SEKOLAH DA

0 0 39

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Rasa Ingin Tahu a. Pengertian Rasa Ingin Tahu - PENINGKATAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PRODUKSI, KOMUNIKASI DAN TRANSPORTASI MELALUI METODE MIND MAPPING DI KELAS IV SD

0 0 28