pendapat atau gagasan dengan fakta yang mendukungnya, sehingga pembaca mengetahui kebenaran suatu pendapat. Berbeda dengan karangan persuasi. Dalam
membaca karangan persuasi, seseorang lebih memaksimalkan emosi atau perasaannya ketika memutuskan untuk mengikuti atau menolak ajakan penulis.
Hal ini tidak terlepas pula dari permainan logika. Seorang pembaca karangan persuasi menggunakan sedikit logikanya untuk mengetahui kebenaran suatu hal,
sehingga pada akhirnya ia akan ikut tertarik dengan ajakan penulis. Dengan kata lain, yang dikerjakan karangan argumentasi adalah benar salahnya gagasan atau
pendapat, sedangkan karangan persuasi lebih pada bagaimana mempengaruhi pembaca agar tertarik mengikuti kehendak penulis. Keduanya saling berhubungan
karena pembaca tidak mudah dipengaruhi dan diajak apabila belum diyakinkan. Karangan argumentasi mempunyai daya argumentasi karena dalam karangan
tersebut memuat adanya data, fakta, dan kesaksian. Bukti-bukti berupa data, fakta, dan kesaksian ini akan membantu penulis untuk menjadikan pembaca percaya
pada hal yang dibicarakan dalam karangan. Begitu pula dengan karangan persuasi. Karangan persuasi merupakan karangan berdaya persuasi, tetapi di dalamnya
terdapat pula daya argumentasi. Daya argumentasi dalam karangan persuasi mempengaruhi daya persuasi yang ada, sehingga karangan persuasi mengandung
fakta-fakta yang berusaha meyakinkan pembaca hingga pembaca mengikuti ajakan yang ditawarkan penulis.
b. Ciri karangan argumentasi
Karangan merupakan sebuah produk yang dihasilkan dari kegiatan menulis. The Liang Gie 2002:83-86 mengatakan bahwa ada enam asas dalam karang
mengarang, yaitu kejelasan, keringkasan, ketepatan, kesatupaduan, pertautan, dan pengharkatan. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing asas tersebut.
1 Kejelasan
Suatu karangan akan dipahami oleh pembaca jika mempunyai maksud yang jelas dan tidak mungkin disalahtafsirkan oleh pembaca karena setiap gagasan
dipaparkan secara jelas. Ciri karangan yang jelas adalah a mudah dimengerti oleh pembaca; b menggunakan kalimat yang sederhana; c karangan tidak
berbelit-belit; d dapat melukiskan secara benar ide yang terdapat dalam pikiran penulis.
2 Keringkasan
Pengarang tidak perlu mengulang-ulang ide, tidak bertele-tele dalam menyampaikan gagasannya, dan tidak berlebih-lebihan dengan kata redundan
sehingga asas keringkasan dapat terpenuhi. 3
Ketepatan Suatu karangan dapat menyampaikan maksud kepada pembaca sesuai dengan
maksud dari pengarang itu sendiri tidak ambigu. Supaya karangan tepat, pengarang harus menaati berbagai aturan dan ketentuan tata bahasa, ejaan, tanda
baca, dan kelaziman memakai bahasa tulis yang ada. 4
Kesatupaduan Sebuah karangan yang baik adalah karangan yang dibuat dari sebuah topik
utama. Setiap paragraf harus saling berhubungan sehingga tidak menyimpang dari pembicaraan sebelumnya. Sebuah paragraf yang baik adalah paragraf yang hanya
memuat satu gagasan pokok yang didukung dengan beberapa penjelasan yang terpadu.
5 Pertautan
Dalam suatu karangan, antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain harus saling terkait, baik dalam satu paragraf maupun antarparagraf yang lain.
6 Pengharkatan
Setiap gagasan yang penting diungkapkan dengan penonjolan tertentu sehingga pembaca dapat mengingat informasi tersebut dengan baik.
Berkaitan dengan keenam asas di atas, karangan argumentasi termasuk dalam jenis karangan yang memiliki beberapa ciri khas. Ciri karangan argumentasi
terkandung dalam pengertian karangan argumentasi, yaitu 1 menjelaskan pendapat agar pembaca merasa yakin terhadap tulisan tersebut; 2 memerlukan
fakta untuk pembuktian berupa gambar, grafik, atau data lainnya; 3 penutup berupa simpulan yang diambil penulis dari hasil mengkaji data dan fakta yang
dicantumkan; 4 data dan fakta yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan; dan 5 penjelasan yang disampaikan bersifat logis dan sesuai dengan data dan fakta
yang dimiliki. Hal serupa dikatakan Keraf 2007:4-5. Menurutnya, ciri karangan
argumentasi adalah 1 berusaha membuktikan kebenaran masalah; 2 mengajak dan mempengaruhi pembaca untuk mengikuti jalan pikiran penulis; 3 gaya
penulisan yang meyakinkan; dan 4 adanya fakta-fakta yang digunakan untuk membuktikan kebenaran. Ciri karangan argumentasi berkaitan dengan tujuannya
yaitu menerima atau menolak suatu ide. Pernyataan pendapat ini nantinya akan
dipaparkan dengan fakta yang akurat baik secara induktif maupun deduktif. Pamaparan secara induktif adalah pemaparan dari hal-hal yang khusus dan
akhirnya diambil simpulan yang bersifat umum. Sementara itu, pemaparan deduktif diambil dari sebuah pernyataan yang bersifat umum dan digunakan untuk
mengamati hal-hal khusus sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan. Seorang penulis karangan argumentasi harus dapat membatasi persoalan yang
dikemukakannya dan menetapkan di mana terletak titik atau sasaran ketidaksesuaian pendapat antara pengarang dan pembaca. Dengan demikian ia
dapat mengubah keyakinan dan mempengaruhi tindakan pembaca. Keraf 2007:103-104 menjelaskan bahwa untuk membatasi persoalan dan menetapkan
titik ketidaksesuaian, maka sasaran yang harus ditetapkan untuk diamankan oleh setiap pengarang argumentasi adalah 1 argumentasi harus mengandung
kebenaran untuk mengubah sikap dan keyakinan orang mengenai topik yang akan diargumentasikan; 2 pengarang harus berusaha untuk menghindari setiap istilah
yang dapat menimbulkan prasangka tertentu; 3 tujuan argumentasi adalah menghilangkan ketidaksepakatan, maka penulis harus membatasi istilah yang
digunakan pada awal penulisan; dan 4 sejak awal penulisan, penulis harus mengungkapkan dengan jelas di mana terletak perbedaan-perbedaan yang akan
diargumentasikan itu. Karangan argumentasi merupakan karangan yang bersifat semi ilmiah, maka
dalam tulisannya disajikan fakta atau data yang dapat teruji dari segi kosistensi tidak ada satu evidensi yang bertentangan atau melemahkan evidensi lain dan
koherensi semua fakta harus koheren dengan pengalaman dan pandangan yang
berlaku. Seorang penulis karangan argumentasi harus menuliskan hal-hal yang tidak boleh mengandung prasangka autoritas tidak boleh memperoleh
keuntungan pribadi dari data-data eksperimentalnya. Baik tidaknya karangan argumentasi dinilai dari bobot argumen atau pendapat yang disajikannya, ada
tidaknya fakta atau data, kebakuan bahasa yang digunakan, penggunaan ejaan yang disempurnakan, keterikatan atau relevansi antarkalimat dan paragraf, dan
sistematika penyajian karangan.
c. Kerangka karangan argumentasi