menemukan harta karun akan tinggi karena peserta didik tidak membuang waktunya untuk menyelami area danau yang tidak ada apa-apanya.
Jika tujuan membaca telah ditetapkan oleh pendidik, peserta didik akan berpikir keras untuk memperoleh tujuan membaca mereka. Cara merumuskan
tujuan membaca yang ditujukan oleh pendidik akan menjadi model bagi peserta didik setiap saat membaca, yaitu merumuskan tujuan lebih dahulu, baru kemudian
menyesuaikan strategi membaca yang paling dianggap sesuai.
4. Prinsip dan Strategi Memahami Bacaan
a. Prinsip Membaca Pemahaman
Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan membaca. Menurut Mc. Laughin dan Allen, prinsip-
prinsip membaca yang didasarkan pada penelitian yang paling mempengaruhi pemahaman membaca ialah seperti yang dikemukakan berikut ini.
1 Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial.keseimbangan
kemahiran adalah
kerangka kerja
kurikulum yang
membantu perkembangan pemahaman.
2 Keseimbangan kemahiran adalah kerangka kerja kurikulum yang
membantu perkembangan pemahaman. 3
Guru membaca yang profesional unggul mempengaruhi belajar siswa. 4
Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna. 5
Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca.
6 Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada
berbagai tingkatan kelas. 7
Perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman membaca.
8 Mengikutsertakan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman.
9 Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan.
20
10 Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca
pemahaman.
26
b. Strategi Pemahaman Bacaan
Keberhasilan memahami bacaan dalam membaca pemahaman bukanlah persoalan mudah. Perlu suatu kiat atau strategi untuk dapat mencapainya. Strategi
yang digunakan bergantung pada masing-masing pembaca dan pada guru dalam upaya memilih strategi yang tepat. Pemilihan strategi berkaitan erat dengan
faktor-faktor yang terlibat dalam pemahaman, yaitu pembaca teks dan konteks. Dalam teori membaca dikenal beberapa strategi membaca. Pada dasarnya,
strategi membaca menggambarkan bagaimana pembaca memproses bacaan sehingga dia memperoleh pemahaman terhadap bacaan tersebut.
Model membaca sangat berkaitan dengan proses membaca. Para ahli membaca mencari penjelasan yang lebih terinci mengenai proses membaca dan
penjelasan teoretisnya mengenai hal tersebut. Model-model proses membaca memurut Harjasujana dapat dikelompokkan ke dalam tiga klasifikasi model,
yakni: 1.
Model Membaca Bawah- Atas MMBA atau bottom-up Pada MMBA struktur-struktur yang ada dalam teks itu dianggap sebagai
unsur yang mencerminkan peran utama. Struktur-struktur yang ada dalam pengetahuan sebelumnya merupakan hal sekunder. Sebaliknya, MMAB
beranggapan bahwa struktur-struktur yang ada dalam pengetahuan sebelumnya memainkan peran utama, sedangkan struktur-struktur yang ada dalam teks
merupakan unsur sekunder. Strategi pemahaman bawah atas umunya digunakan dalam pembelajaran
membaca awal. Mula-mula siswa memproses simbol-simbol grafis secara bertahap kemudian dia harus mengenali huruf, memahami rangkaian huruf
menjadi kata, merangkai kata menjadi frasa dan kalimat. Kemudian membentuk teks. Strategi ini juga digunakan pembaca apabila teks dihadapi agak sulit.
Kesulitan yang ditemui bisa menyangkut masalah bahasa, bisa pula isi teks. Seseorang pembaca yang sulit memahami isi teks, misalnya karena banyak
26
Jauharoti Alfin, dkk, Bahasa Indonesia I Edisi Pertama, Jakarta: UIN PRESS, 2008, h. 18
21
mengandung kata sulit, pembaca dapat menggabungkan kata-kata itu menjadi frasa, selanjutnya pemahaman atas frasa itu digunakan untuk memahami kalimat,
dan isi keseluruhan teks. 2.
Model Membaca Atas-Bawah MMAB atau top-down Dalam MMAB kompetensi kognitif dan kompetensi bahasa mempunyai
peran pertama dan utama dalam penyusunan makna dari materi cetak. Kebanyakan model MMBA ini berpijak pada teori psikolinguistik, yakni
pandangan tentang interaksi antara pikiran dan bahasa. Kegiatan memba itu merupakan proses yang meliputi penggunaan isyarat kebahasaan yang dipilih dari
masukkan yang diperoleh melalui persepsi membaca. Pemilihan itu dilakukan dengan kemampuan memperkirakan atau menerka. Ketika informasi itu diproses,
terjadilah keputusan-keputusan sementara untuk menerima, menolak atau mungkin memperhalus masukan tersebut. Berlainan dengan MMAB, MMBA
menggunakan informasi grafis ini hanya untuk mendukung hipotesis mengenai makna yang sudah terbentuk ketika alat visual menangkap lambang-lambang
cetak. Kata-kata tidak dapat diserap daerah pandangan mata jika tidak cocok dengan isyarat-isyarat semantik dan sintaksis yang sedang diproses oleh pembaca
dan perkiraan hipotesis yang dibuatnya. Strategi-strategi untuk membuat prakiraan yang didasarkan pada
penggunaan isyarat semantik dan sintaksis, memungkinkan pembaca untuk memahami materi dan mengantisipasi apa yang akan tampak selanjutnya di dalam
materi cetak yang sedang dibacanya itu validitas prakiraan itu dicetak melalui penggunaan strategi-strategi konfirmasi. Jika prakiraan itu tidak cermat, maka
digunakanlah strategi mengkoreksi yang didalamnya terjadi pemrosesan isyarat tambahan untuk mencari makna bacaan.
3. Model Membaca Timbal-Balik MMTB atau interactive
27
Model Membaca Timbal-Balik MMTB mereaksi dua model membaca sebelumnya. Menurut model ini proses membaca tidak menunjukkan suatu proses
yang linear, tidak menunjukkan kegiatan yang berurut berlanjut, melainkan proses
27
Novi Resmini, dkk, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, Bandung: UPI PRESS, 2006, h. 91
22
timbal balik secara simultan. Pada suatu saat MMBA berperan dan pada saat lain MMAB yang berperan. Para penganut MMTB percaya bahwa pemahaman itu
tergantung pada informasi grafis atau visual dan informasi nonvisual atau informasi yang sudah tersedia dalam pikiran pembaca.
B. Pengertian Media Pembelajaran
“Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk Jamak dari kata “Madiam”, yang berarti perantara atau pengantar.”
28
Demikian, media dapat diartikan sebagai wadah penyalur informasi atau penyalur pesan kepada peserta
didik untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Media merupakan alat bantu proses belajar mengajar untuk membantu tugas pendidik dalam
menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan kepada peserta didik. Setiap materi pelajaran mempunyai tingkat kesulitan yang bervariasi dan
untuk membantu menyederhanakan tingkat kesulitan tersebut diperlukan media pembelajaran sebagai alat bantu, seperti: globe, grafik, gambar, dan lain lain.
Yudhi Munadi, berpendapat bahwa media pembelajaran dapat dipahami “sebagai sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber
terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efes
ien dan efektif.”
29
Sedangkan Sadiman menyatakan bahwa media pembelajaran, yaitu “segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat, serta perhatian siswa
agar proses belajar terjadi.”
30
Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat atau perantara menyalurkan
informasi kepada peserta didik untuk dapat memahami pembelajaran dan dapat meningkatkan proses belajar yang terjadi.
28
Taufik, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Inti Prima, 2010, h. 102
29
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta: Gaung PersadaGP Press, 2012, h.8
30
Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, Bandung: UPI PRESS, 2007, h. 207
23