Kepuasan Masyarakat Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Publik
yaitu pencapaian kepuasan konsumen consumer satisfaction atau kepuasan pelanggan costumer satisfaction. Terciptanya kepuasan pelanggan dapat
memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan antara penyedia layanan dan pelanggannya menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi
pembelian ulang dan terciptanya loyalitas, dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut word-of-mouth yang menguntungkan bagi pihak penyedia
Tjiptono, 1994.
Ada beberapa pakar yang mendefinisikan kepuasanketidakpuasan pelanggan. Day dalam Tse dan Wilton, 1988 menyatakan bahwa kepuasan atau
ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian disconfirmation yang dirasakan antara harapan sebelum dan
sesudah pemakaian. Wilkie dalam Tjiptono, 1997 mendefinisikan kepuasan sebagai suatu tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi
suatu produk atau jasa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pengertian kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja
atau hasil yang dirasakan. Pengertian ini didasarkan pada disconfirmation paradigm dari Oliver dalam Tjiptono, 1997.
Adapun konsep kepuasan pelanggan dapat dilihat pada gamabar berikut :
Sumber : Fandy Tjiptono, 1997: 25
Gambar 2.1 Konsep Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan dapat terbentuk dari penilaian terhadap kinerja suatu perusahaan dalam merumuskan tujuan dan manfaat produk atau pelayanan yang
diberikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan. Sehingga dapat dikatakan bahwa kepuasan terjadi karena terpenuhinya kebutuhan
dan harapan pelanggan. Pada umumnya manajemen puskesmas mengira, bahwa dengan
memberikan suatu pelayanan akan membuat pasien puas dan loyal. Ternyata, tidak semua jenis pelayanan ketika diberlakukan akan memuaskan pasien.
Adakalanya pasien menganggap pelayanan itu sebagai keharusan must-be, Tujuan Perusahaan
Nilai Produk Bagi Pelanggan
Produk
Tingkat Kepuasan Pelanggan Harapan Pelanggan Terhadap
Kebutuhan dan Keinginan
sehingga jika pelayanan yang diberikan ada, pasien tidak akan meningkat kepuasannya. Namun jika pelayanan tersebut di Puskesmas tidak maka pasien
tidak akan puas. Ada pelayanan yang bersifat one-dimension, dimana pasien akan merasa puas jika jenis pelayanan ini ada, dan sebaliknya pasien tidak akan merasa
puas jika jenis pelayanan ini tidak ada. Selain itu, ada pelayanan yang bersifat attractive. Jika jenis pelayanan ini ada maka pasien puas sekali, sebaliknya jika
tidak ada pasien tidak akan kecewa. Jika manajemen puskesmas mengetahui jenis pelayanan mana termasuk kategori apa, manajemen dapat menentukan strategi
yang lebih baik untuk mencapai hasil yang maksimal.