98 dan tanda titik tidak dilakukan. Hal ini akan mengakibatkan keterpaduan isi
antar kalimat tidak jelas. Hal ini perlu dijadikan bahan refleksi dengan segera mencari solusi yang tepat agar siswa yang belum dapat menulis paragraf
deskripsi dengan membentuk kohesi dan koherensi secara jelas dapat diatasi, sehingga dalam pembelajaran siklus II siswa sudah dapat menulis paragraf
deskripsi dapat menulis paragraf deskripsi dengan membentuk keterpaduan antarparagraf dan antarkalimat sangat jelas.
4.1.2.1.6 Kesan Hidup
Hasil tes dari aspek kesan hidup dapat dilihat pada tabel 13 berikut. Tabel 13. Hasil Tes Aspek Kesan Hidup
No Kategori Interval Frekuensi
Nilai Keterangan
1 2
3 4
5 Sangat baik
Baik Cukup
Kurang Sangat Kurang
Jumlah 85 – 100
75 – 84 60 – 74
40 – 59 0 – 39
3 5
20
28 261
400 1372
2033 10,71
17,86 71,43
0,00 0,00
100 2033
28 = 72,62
Kategori Cukup Baik
Data tabel 13 menunjukkan rata-rata skor dalam aspek kesan hidup sebesar 72,62 dan termasuk kategori cukup baik. Siswa yang memperoleh skor
dengan kategori sangat baik sebanyak 3 orang siswa atau 10,71. Siswa yang memperoleh skor dengan kategori baik sebanyak 5 orang siswa atau 17,86.
Siswa yang skor dengan kategori cukup baik sebanyak 20 orang siswa atau 71,43. Sementara itu, siswa yang memperoleh skor dengan kategori kurang
dan sangat kurang tidak ada satu pun siswa atau 0,00 yang memperolehnya.
99 Data tersebut menunjukkan bahwa siswa yang termasuk dalam
kategori sangat baik adalah siswa yang sudah dapat melukiskan objek tulisan secara nyata, yaitu melukiskan objek sesuai dengan keadaanya. Hal ini dapat
dijadikan teladan bagi siswa yang belum dapat menulis paragraf deskripsi dengan melukiskan objek tulisan secara nyata, dan harus dipertahankan dalam
pembelajaran siklus II. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup baik adalah siswa yang siswa kurang bisa melukiskan objek
secara sempurna. Siswa hanya menggunakan satu penginderaan dalam melukiskan suatu objek, sehingga objek tidak bisa terlukis secara sempurna
dalam karangan. Jadi, kesan hidup dalam karangan siswa tidak bisa dirasakan dengan jelas. Hal ini perlu dijadikan bahan refleksi dengan segera mencari
solusi yang tepat agar siswa yang kurang bisa melukiskan objek secara sempurna dapat diatasi, sehingga dalam pembelajaran siklus II siswa sudah
dapat melukiskan objek tulisan secara nyata, yaitu melukiskan objek sesuai dengan keadaanya.
4.1.2.1.7 Imajinasi
Hasil tes dari aspek imajinasi dapat dilihat pada tabel 14 berikut. Tabel 14. Hasil Tes Aspek Imajinasi
No Kategori Interval Frekuensi
Nilai Keterangan
1 2
3 4
5 Sangat baik
Baik Cukup
Kurang Sangat Kurang
Jumlah 85 – 100
75 – 84 60 – 74
40 – 59 0 – 39
2 7
19
28 174
560 1279
2013 7,14
25,00 67,68
0,00 0,00
100 2013
28 = 71,90
Kategori Cukup Baik
100 Data tabel 14 menunjukkan rata-rata skor dalam aspek imajinasi
sebesar 71,90 dan termasuk kategori cukup baik. Siswa yang memperoleh skor dengan kategori sangat baik sebanyak 2 orang siswa atau 71,14. Siswa yang
memperoleh skor dengan kategori baik sebanyak 7 orang siswa atau 25,00. Siswa yang memperoleh skor dengan kategori cukup baik sebanyak 19 orang
siswa atau sebesar 67,68. Siswa yang memperoleh skor dengan kategori kurang, dan sangat kurang tidak ada satu pun siswa atau 0,00 yang
memperolehnya. Data tersebut menunjukkan bahwa siswa yang termasuk dalam
kategori sangat baik adalah siswa yang sudah dapat mengolah idenya dengan sangat baik sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, dan ikut
merasakan hal-hal yang ditulis. Hal ini dapat dijadikan teladan bagi siswa yang belum dapat mengolah idenya dengan sangat baik dalam menyusun
paragraf deskripsi, dan harus dipertahankan dalam pembelajaran siklus II. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup baik adalah
siswa yang hanya dapat membuat pembaca seolah-olah melihat hal-hal yang ditulisnya. Kesalahan ini mengakibatkan karangan siswa tidak
menggambarkan objek secara sempurna, sehingga pembaca tidak bisa melihat, mendengar, dan merasakan objek yang ditulis siswa tersebut. Hal ini perlu
dijadikan bahan refleksi dengan segera mencari solusi yang tepat agar siswa yang kurang dapat mengolah idenya dengan baik dapat diatasi, sehingga
dalam pembelajaran siklus II sudah dapat mengolah idenya dengan sangat baik.
101
4.1.2.1.8 Keterlibatan Aspek Pancaindera