63
6. Kerja sama Guru dengan GPK dalam Pemberian Layanan
Bimbingan Belajar bagi Anak Autistik
SDN Ngleri Playen mempunyai satu guru pembimbing khusus GPK. GPK tidak bisa mendampingi Amin setiap hari, karena GPK
datang ke sekolah hanya seminggu dua kali, yaitu hari Rabu dan Jumat. GPK membantu guru mendampingi Amin di kelas jika dibutuhkan, tetapi
kadang juga mendampingi anak berkebutuhan khusus di kelas lain. Pada saat pendampingan di kelas, GPK menjembatani perintah guru dan
membimbing Amin mengerjakan tugas. GPK juga mengendalikan perilaku Amin dan membantunya agar tetap konsentrasi dalam belajar.
Saat pembelajaran Amin asyik bermain sendiri, GPK menasehati dan menyuruh Amin untuk kembali mendengarkan penjelasan guru.
GPK juga sebagai konsultan bagi guru dalam pemberian layanan bimbingan belajar bagi anak autistik. Guru kelas dan guru Agama Islam
sering berdiskusi bersama GPK. Mereka berdikusi tentang partisipasi anak autistik saat pembelajaran, cara penyampaian materi dan cara
membuat anak autistik tertarik mengikuti pembelajaran. Guru Olahraga belum pernah berdiskusi langsung dengan GPK.
7. Peran Kepala Sekolah dalam Pemberian Layanan Bimbingan
Belajar bagi Anak Autistik
Kepala sekolah sebagai yang dituakan di sekolah, bertanggung jawab dalam pemberian layanan bimbingan belajar bagi anak autistik.
Kepala sekolah berperan menghubungi pihak SLB untuk melakukan
64
asesmen. Selain itu, kepala sekolah mewadahi forum diskusi bapakibu guru dan GPK tentang anak autistik. Biasanya setelah rapat, kepala
sekolah menanyakan kesulitan apa saja yang dialami bapakibu guru dalam memberikan layanan bimbingan belajar. Apabila bapakibu guru
mengalami kesulitan, kepala sekolah membantu mencarikan solusi termasuk melaporkan ke pengawas jika tidak mampu menyelesaikan
masalah. Kepala sekolah berperan melaporkan data anak autistik dan
mengusulkan beasiswa khusus untuk anak berkebutuhan khusus ke Disdikpora Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga. Beasiswa yang
diperoleh dari dinas dapat mendukung pemberian layanan bimbingan belajar. Beasiswa tersebut tidak diserahkan ke anak dalam bentuk uang,
tetapi sekolah yang mengelola. Beasiswa yang diterima digunakan untuk membeli seragam, perlengkapan olahraga, dan termasuk membayar GPK.
Kepala sekolah juga mengusulkan diklat ke Disdikpora. Biasanya Disdikpora mengadakan diklat setahun sekali dengan mengundang
peserta secara bergilir, baik kepada kepala sekolah, GPK atau guru kelas. Melalui diklat tersebut, peserta mendapatkan pengertian dan penjelasan
tentang bagaimana pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus.
8. Kerjasama Sekolah dengan Orang Tua dalam Pemberian Layanan