42
E. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar
Siswa kelas V Sekolah Dasar merupakan siswa kelas tinggi. Rita Eka Izzaty, dkk 2008: 116-117 menyebutkan bahwa ciri-ciri khas anak masa kelas tinggi
Sekolah Dasar adalah: 1.
Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari 2.
Ingin tahu, ingin belajar yang realistis 3.
Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus 4.
Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah
5. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peeergroup untuk
bermain bersama, mereka membuat peraturan tersendiri dalam kelompoknya.
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih 2009: 6.3
bahwa “Karakteristik yang menonjol pada anak SD ada empat, yaitu 1 senang bermain, 2 selalu bergerak, 3 bekerja atau bermain
dalam kelompok, dan 4 senantiasa ingin melaksanakan atau merasakan sendiri. ”
Dalam halaman yang sama, beliau juga mengemukakan bahwa “Anak SD, khususnya pada kelas tinggi kelas IV, V, dan VI biasanya akan
senang belajar dalam kelompok. Melalui belajar dalam kelompok, siswa dapat belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti:
belajar untuk mentaati peraturan kelompok, belajar setia kawan, belajar mandiri, belajar untuk bertanggung jawab, belajar bersaing secara sehat
sportif, belajar adil, dan belajar demokrasi.
” Berdasarkan pendapat para ahli di atas, salah satu karakteristik siswa kelas
V Sekolah Dasar adalah senang membentuk kelompok sebaya atau peergroup dalam belajar. Melalui belajar kelompok, siswa akan bekerja sama dengan
temannya dan merasa bertanggungjawab atas tugas yang diberikan. Salah satu teknik belajar kelompok yaitu melalui pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share.
43
F. Kerangka Berpikir
Pembelajaran Matematika bertujuan melatih siswa untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan mampu bekerjasama. Akan tetapi,
kenyataan menunjukkan bahwa pembelajaran matematika selama ini diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal rumus-rumus. Otak anak dipaksa
untuk mengingat berbagai rumus tanpa dituntut memahami rumus yang telah dipelajarinya serta menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu
kompetensi yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran matematika yang menghubungkan pemahaman konsep dengan kehidupan sehari-hari siswa adalah
menyelesaikan soal cerita matematika. Masih banyak siswa merasa kesulitan dalam mengerjakan soal cerita. Hal
itu disebabkan siswa kurang cermat memahami kalimat demi kalimat, tidak paham dalam menganalisis hal yang diketahui dan ditanyakan pada soal, dan
kesalahan dalam menentukan atau memilih operasi hitung beserta pengerjaan operasi hitung tersebut dalam menyelesaikan soal. Kesulitan yang mereka hadapi
dalam mengerjakan soal cerita tersebut akan berdampak buruk pada hasil belajar mereka, terlebih kompetensi soal cerita kerap sekali muncul pada setiap konsep
matematika. Hampir seluruh konsep matematika akan diakhiri dengan penyajian soal cerita atau penyelesaian masalah. Di dalam soal cerita, konsep-konsep
matematika akan dihubungkan dengan kehidupan siswa sehari-hari. Siswa yang belum paham dalam menyelesaikan soal cerita, akan canggung
bila bertanya langsung kepada guru. Sebagian siswa merasa takut untuk meminta penjelasan ulang dari guru. Mereka lebih merasa nyaman untuk bertanya dan
44 meminta kepada teman mereka yang sudah paham. Mereka dapat bertanya
langsung dan meminta bantuan kepada teman untuk mengajarkan materi tersebut secara santai tanpa ada rasa takut ataupun malu. Untuk mengatasi masalah dalam
pembelajaran tersebut, guru hendaknya memilih model pambelajaran yang cocok untuk diterapkan di kelasnya. Pemilihan model pembelajaran tersebut harus
disesuaikan dengan karakteristik siswa. Siswa kelas V SD termasuk dalam siswa kelas tinggi. Salah satu
karakteristik siswa kelas tinggi Sekolah Dasar adalah senang membentuk kelompok untuk bermain dan belajar. Model pembelajaran yang dapat digunakan
untuk mengatasi masalah di atas adalah melalui pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Pembelajaran Think Pair Share ini bertujuan untuk melatih
kemampuan berpikir siswa, membuat siswa bertanggung jawab, bekerjasama, dan memahami materi baik secara individu maupun melalui bantuan orang lain.
Penerapan pembelajaran Think Pair Share dilakukan dengan tiga langkah sebagai ciri khas dari pembelajaran ini yaitu Think berpikir, Pair berpasangan dan
Share berbagi jawaban. Dalam pelaksanaannya, proses pembelajaran menyelesaikan soal cerita
matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dilakukan
dengan langkah DIGEST. Wheeler dalam Abdillah, Suharto dan Nurcholif, 2013:
37 menyatakan bahwa DIGEST merupakan singkatan dari Decompose, Identify, Guess, Equate, Solve, dan Test. Siswa melakukan 3 tahapan penting yaitu: 1
Tahap Think, dalam tahapan ini siswa diberikan beberapa soal yang harus dipikirkan secara individu dan menuliskan jawabannya dengan langkah DIGEST