Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

98 untuk melakukan kegiatan belajar. Hal tersebut juga sejalan dengan tujuan pokok belajar kooperatif yang dikemukakan oleh Johnson dan Johnson dalam Trianto, 2011:57 yaitu memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru siklus I, pada kegiatan awal pembelajaran guru sudah melaksanakan perannya dengan baik, baik dalam memberikan apersepsi maupun menjelaskan aturan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dengan jelas. Pada tahap Think, guru sudah tegas meminta siswa untuk mengerjakan soal latihan secara individu. Guru juga dapat menjaga suasana kelas tetap kondusif ketika memberikan lembar soal latihan kepada setiap siswa. Ketika tahap Pair berlangsung, guru kurang maksimal dalam membimbing belajar siswanya. Hal itu disebabkan guru sempat meninggalkan ruang kelas karena disibukkan oleh kepentingan sekolah. Selain itu, guru belum menggunakan waktu dengan tepat sehingga menyebabkan pembelajaran berlangsung lebih lama dari alokasi waktu yang ditetapkan. Hal itu disebabkan karena guru kurang tegas dalam memberikan batas waktu pada tahap Think dan Pair. Pada tahap Share, guru sudah tegas menunjuk pasangan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Namun, guru belum memberikan kesempatan kepada semua pasangan untuk menanggapi hasil presentasi pasangan lain. Hal itu disebabkan karena guru khawatir jika waktu yang tersedia tidak cukup digunakan untuk memberikan kesimpulan dan kegiatan evaluasi posttest. 99 Pada setiap pertemuan, guru membimbing siswa mengulangi materi pembelajaran dengan tanya jawab hal yang belum diketahui atau masih belum paham, penarikan kesimpulan, dan mengerjakan soal evaluasi pada akhir pertemuan setiap siklusnya. Hal itu selaras dengan pendapat Sugiyanto 2009: 84- 93 bahwa beberapa strategi yang digunakan dalam pengulangan oleh siswa yaitu dengan membuat kesimpulan dan mengerjakan soal. Namun, pada saat pemberian kesimpulan, guru terlalu cepat dan terburu-buru membimbing siswa menyimpulkan materi sehingga kesimpulan yang diberikan tidak menyeluruh. Hal itu disebabkan guru khawatir jika waktu yang tersedia tidak cukup digunakan siswa untuk mengerjakan soal evaluasi posttest. Dalam memberikan pengakuan atas keberhasilan pasangan yang antusias dalam mempresentasikan hasil jawaban di depan kelas dengan benar, guru selalu memberikan reward hadiahpenghargaan di setiap pertemuan. Reward yang diberikan guru ada yang verbal berupa pujian “wah..pintar, hebat, kerja bagus” dan nonverbal berupa hadiah benda. Hadiah diberikan pada akhir setiap pertemuan siklus I berupa alat-alat tulis pensil, pulpen, penghapus, penggaris busur dan tepuk tangan bersama pada setiap pertemuan. Hal ini sesuai dengan pendapat De Porter, Rearon, dan Singer 2006: 93 bahwa hal yang layak dipelajari maka layak dirayakan misalnya dengan nyanyian, pameran, pesta kelas, dan pemberian reward. Namun, ketika kegiatan pemberian penghargaan selesai, guru masih kurang memberikan motivasi kepada pasangan yang belum berani menanggapi hasil presentasi pasangan lain. Hal itu disebabkan guru masih belum 100 menguasai tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran sehingga kadang lupa tahap- tahap pembelajaran yang selanjutnya harus dilakukan. Setelah dilakukan refleksi dan perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, hasil observasi pada siklus II terlihat bahwa guru sudah mengingat lebih baik urutan kegiatantahap-tahap pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berjalan secara efektif. Selain itu, guru sudah mampu untuk menyesuaikan waktu kegiatan dengan alokasi waktu yang terdapat dalam RPP. Guru juga sudah mengimplementasikan pembelajaran yang mengaktifkan seluruh siswa dengan memberi kesempatan yang sama kepada siswa untuk berbicara dan mengeluarkan pendapat. Kegiatan pembelajaran pada siklus II dengan adanya langkah perbaikan tersebut secara keseluruhan sudah berjalan dengan baik. Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas guru, dapat disimpulkan bahwa guru mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi siswa yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Kegiatan pembelajaran yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share tahap pendahuluan, tahap Think, tahap Pair, tahap Share dapat diterapkan dengan baik oleh guru sehingga kegiatan belajar dapat berjalan efektif. Selain hasil tes matematika pokok bahasan menyelesaikan soal cerita matematika materi waktu, jarak dan kecepatan, peningkatan dapat diketahui melalui hasil observasi aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan model kooperatif tipe Think Pair Share. Hasil observasi terhadap aktivitas siswa, pada siklus I banyak siswa yang tidak memperhatikan ketika guru menyampaikan materi pembelajaran. Masih ada beberapa siswa yang tidak 101 mencatat hal-hal penting dari penjelasan yang disampaikan oleh guru. Hal itu disebabkan siswa kurang memperhatikan dan kurang mempedulikan perintah dari guru untuk mencatat. Pada tahap Think, siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru dengan tenang dan bersungguh-sungguh. Namun, ketika guru mengakhiri tahap ini, banyak siswa yang mengeluh karena mereka merasa belum siap untuk melangkah dari tahap Think ke tahap Pair. Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru tentang batasan waktu tahap Think think time. Pada tahap Pair, ketika guru memasangkan siswa, banyak siswa yang mengeluh tidak bisa menerima siswa lain sebagai pasangannya. Hal itu disebabkan karena siswa yang menjadi pasangannya bukan teman sebangkusepermainannya sehingga siswa terlihat kurang aktif dalam bertukar pendapat pada saat diskusi berpasangan. Pada akhir tahap ini, banyak pasangan yang mengeluh ketika guru mengakhiri tahap ini. Hal itu disebabkan karena mereka merasa belum siap untuk melangkah ke tahap Share. Ketika tahap Share berlangsung, pasangan yang ditunjuk oleh guru untuk mempresentasikan hasil diskusinya maju ke depan kelas dengan senang hati. Akan tetapi, pasangan lain terlihat kurang antusias dalam menanggapi hasil diskusi yang telah dipresentasikan oleh pasangan tersebut. Hal itu disebabkan guru kurang maksimal dalam memberikan kesempatan kepada pasangan lain untuk menanggapi hasil diskusi pasangan tersebut. Pada saat guru mengoreksi presentasi hasil diskusi, para siswa terlihat menyimak penjelasan guru dengan seksama. Siswa terlihat tertib selama proses pemberian penghargaanhadiah. 102 Hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan bahwa sudah terlihat adanya peningkatan keaktifan siswa di kelas. Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan guru saat apersepsi berlangsung. Selain itu, siswa juga mulai terbiasa melakukan kegiatan diskusi berpasangan. Hal itu terlihat dari antusias siswa dalam bertukar pendapat dengan pasangannya. Melalui diskusi tersebut terlihat adanya unsur kerjasama dan tukar pikiran antar siswa sehingga tingkat pemahaman siswa yang satu dengan siswa yang lain menjadi lebih merata. Siswa yang mengalami kesulitan tidak malu untuk bertanya dengan temannya, begitu juga sebaliknya siswa yang sudah bisa memberitahu dan membantu siswa yang belum bisa. Hal ini sependapat dengan Shaw Suprijono, 2009:57 yang menyatakan bahwa “As two or more people who interact with and influence one another ”, yaitu salah satu ciri yang dipunyai oleh semua kelompok adalah anggotanya saling berinteraksi, saling mempengaruhi satu sama lain. Unsur keegoisan yang ada dalam diri siswa tidak terlihat dalam pembelajaran ini. Selain itu, siswa juga terlihat lebih kompak pada saat mempresentasikan hasil diskusi bersama pasangannya. Pada siklus II ini tidak ada kendala yang berarti pada aktivitas siswa. Peningkatan persentase skor rata-rata aktivitas siswa berdasarkan hasil observasi dengan model kooperatif tipe Think Pair Share pada siklus I dan siklus II siswa kelas V SD Negeri Sukoreno dapat dilihat pada tabel berikut. 103 Tabel 15. Peningkatan persentase skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II No Pelaksanaan Tindakan Persentase Hasil Observasi Aktivitas Siswa 1 Siklus I 72,50 2 Siklus II 92,50 Hasil observasi aktivitas siswa selengkapnya tersaji pada lampiran 6 halaman 139 dan lampiran 10 halaman 161. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus I mengalami peningkatan sebesar 20 terhadap persentase skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus II. Berikut disajikan diagram batang peningkatan persentase skor rata-rata aktivitas siswa berdasarkan hasil observasi dengan model kooperatif tipe Think Pair Share. Gambar 5. Diagram Batang Peningkatan Persentase Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan model koperatif tipe Think Pair Share, persentase skor rata-rata aktivitas siswa 92,50 72,50 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 siklus I siklus II Peningkatan Persentase Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I dan Siklus II 104 yang diperoleh pada siklus I yaitu 72,50 dan berada pada kategori cukup. Kemudian dilakukan tindakan pada siklus II, persentase skor rata-rata aktivitas siswa mengalami peningkatan menjadi 92,50 dan berada pada kategori sangat baik. Persentase tersebut sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan yaitu sebesar 80. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran yang telah dilakukan yaitu pembelajaran matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share pokok bahasan menyelesaikan soal cerita matematika materi waktu, jarak dan kecepatan pada siswa kelas V SD Negeri Sukoreno dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan di kelas V SD Negeri Sukoreno ini memiliki keterbatasan yaitu setelah siswa mengerjakan posttest, guru tidak melakukan pembahasan jawaban posttest tersebut karena keterbatasan waktu. 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa model kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan hasil dan proses belajar matematika pokok bahasan menyelesaikan soal cerita Matematika materi waktu, jarak dan kecepatan di kelas V SD Negeri Sukoreno, Kulon Progo. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari adanya peningkatan hasil tes pada siklus I dan siklus II. Persentase ketuntasan belajar siswa pada saat pratindakan pretest yaitu 12,50, pada siklus I meningkat menjadi 62,50, dan pada siklus II meningkat menjadi 100. Sedangkan peningkatan proses belajar dapat dilihat dari adanya peningkatan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I persentasenya mencapai 72,50, kemudian pada siklus II persentase aktivitas siswa meningkat menjadi 92,50.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka beberapa saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut.

1. Bagi Siswa

Siswa sebaiknya lebih aktif dalam pembelajaran dan menerapkan nilai- nilai positif bekerjasama, menghargai pendapat, dan melatih kekompakan yang didapat melalui proses pembelajaran dengan model kooperatif tipe Think Pair Share di dalam kehidupan sehari-hari. 106

2. Bagi Guru

Guru diharapkan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share dalam proses pembelajaran matematika, khususnya pada pokok bahasan menyelesaikan soal cerita Matematika materi waktu, jarak dan kecepatan, karena dengan hasil dari penelitian ini model kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita tersebut.

3. Bagi Kepala Sekolah

Kepala sekolah hendaknya memotivasi dan membina guru-guru untuk menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share agar siswa lebih aktif lagi dalam pembelajaran matematika. 107 DAFTAR PUSTAKA Aep Saepudin, dkk. 2009. Gemar Belajar Matematika 5: Untuk SDMI kelas V. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Akbar Sutawidjaja, dkk. 1992. Pendidikan Matematika III. Jakarta: Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Dirjen Dikti Depdikbud. Anita Lie. 2004. Cooperative Learning. Jakarta: Rosda Karya. Bambang Soehendro. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP. Cholis Sa’dijah. 1999. Pendidikan Matematika II. Jakarta: Dirjen Dikti. Dani K, dkk. 2002. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Dilengkapi dengan EYD. Surabaya: Putra Harsa. DePorter, Bobby, Reardon, and Singer. 2006. Quantum Teaching Mempraktekkan Pembelajaran Quantum di Ruang-Ruang Kelas. Penerjemah: Ary Nilandari. Bandung: Penerbit Kaifa. Dimyati Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud. Djamarah, B.S. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Dwi Priyo Utomo. 2009. Matematika V: Untuk Kelas V SDMI. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen pendidikan Nasional. Endang Setyo Winarni Sri Harmini. 2012. Matematika Untuk PGSD. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Endri Meylasari. 2012. Pengertian Kemampuan. http:cumanulisaja.blogspot.com201208 pengertian-kemampuan.html. Diakses pada hari Kamis, 21 Februari 2013 pukul 18.47 WIB. Era Megawati. 2008. Upaya Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika melalui Problem Solving Approach di Kelas IV SD Negeri Panjatan I Kulon Progo. Skripsi UNY. 108 Evi Yulita Ratnaningsih. 2011. ”Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika pada Materi Pecahan dan Urutannya melalui Pendekatan Matematika Realistik pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri I Sigaluh Banjarnegara”. Skripsi. UNY. Firmanawaty Sutan. 2003. Mahir Matematika melalui Permainan. Jakarta: Puspa Swara. H. Isjoni. 2012. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Keterampilan Kecerdasan Komunikasi antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hardi, dkk. 2009. Pandai Berhitung Matematika 5 : Untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Kelas V. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Martianty Nalole. 2008. Penerapan Model Skemp dalam Pembelajaran Soal Cerita Matematika di Sekolah Dasar. Jurnal Inovasi. Vol 5 No. 4. Mas Titing Sumarmi Siti Kamsiyati. 2009. Asyiknya Belajar Matematika 5: Untuk SDMI Kelas V. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Miftahul Huda. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknis, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Milman Yusdi. 2011. Pengertian Kemampuan. http:milmanyusdi.blogspot.com201107pengertian-kemampuan.html. Diakses pada hari Kamis, 21 Februari 2013 pukul 18.56 WIB. Muhammad Royani. 2008. Pendekatan Realistik Dalam Soal Cerita Pada Buku Matematika Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Kependidikan dan Kemasyarakatan Vol. 3 No. 1. Mulyani Sumantri Nana Syaodih. 2009. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka. Muncarno. 2008. Penerapan Model Penyelesaian Soal Cerita dengan Langkah- Langkah Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas 1 SMP. Jurnal Nuansa Pendidikan FKIP Universitas Lampung Vol. VI No.1. Nana Sudjana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika di Sekolah Menengah Pertama

0 12 193

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan teknik think pair squre

0 4 174

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated reading and composition) terhadap kemampuan menyesaikan soal cerita matematika (studi eksperimen di SMPN 238 Jakarta)

0 5 88

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PENALARAN DAN KOMUNIKASI MELALUI PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PENALARAN DAN KOMUNIKASI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) (PTK Pada Siswa Kela

0 1 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK.

0 0 5

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

0 0 9

Meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa madrasah tsanawiyah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share

0 0 8

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 2 SUMBANG

0 0 14

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VA SD NEGERI MANDIRANCAN

0 0 14