138
Pada gambar 4 guru mengarahkan kepada siswa secara individu. Guru membimbing siswa bagaimana cara menulis kembali karangan narasi berdasar
pada film kartun yang telah ditonton. Perbedaan pada siklus I, pada siklus II ini siswa sudah berani untuk ke meja guru untuk bertanya atau melakukan bimbingan
dengan guru, seperti tampak pada gambar 4. Berdasarkan hasil dokumentasi yang telah dijabarkan dapat disimpulkan
bahwa pada siklus II siswa melakukan kegiatan pembelajaran lebih baik daripada siklus I. Seluruh siswa mengamati film kartun dengan serius, sikap siswa pada
saat mengamati film kartun jauh “lebih manis” dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus II ini, aktivitas diskusi juga jauh lebih ramai dengan pendapat siswa.
Siswa yang pada siklus I masih malu dan enggan untuk berkomentar, pada siklus II ini mereka lebih berani unjuk gigi. Selain itu, perilaku negatif yang ditunjukkan
siswa berkurang. Siswa yang sebelumnya masih binggung untuk memulai menulis kembali, menengok pekerjaan teman, atau pun siswa yang benggong dan diam
melamun, sudah berkurang.
4.1.3.3 Refleksi Siklus II
Hasil kemampuan tes menulis kembali karangan narasi pada siklus II telah mengalami peningkatan dari siklus I dan prasiklus. Hasil tersebut sudah
mencapai ketuntasan belajar dengan nilai ≥70 sebanyak 17 siswa atau sebesar
85, sedangkan nilai rata-rata 80,63 atau berkategori baik. Hasil tersebut sudah mencapai target yang diharapkan.
139
Peningkatan kemampuan menulis kembali karangan narasi tersebut merupakan bukti keberhasilan penggunaan metode IKP dengan media film kartun
dalam meningkatkan kemampuan menulis kembali karangan narasi pada kelas III MI Muhammadiyah Purwodadi. Sebelum dilaksanakan pembelajaran
menggunakan metode IKP dengan media film kartun, kemampuan menulis kembali karangan narasi siswa masih dalam kategori cukup. Namun, setelah
dilaksanakan pembelajaran menggunakan metode IKP dengan media film kartun pada siklus I, nilai rata-ratanya meningkat walaupun masih pada kategori cukup.
Perbaikan yang dilakukan dalam siklus II membuat adanya peningkatan nilai rata- rata dan tentu saja perubahan kategori dari kategori cukup menjadi kategori baik.
Grafik 4.7 Peningkatan Rata-rata Skor Kemampuan Menulis Kembali Karangan Narasi dari Tiap Aspek
Pada siklus II ini, berdasarkan hasil nontes, perilaku negatif siswa sudah jauh berkurang dan hampir hilang. Perilaku negatif yang masih ada dapat pula
dikatakan sudah agak positif. Siswa mengikuti pembelajaran dari awal hingga akhir dengan sikap yang baik. Hal ini juga didukung data yang berasal dari catatan
140
harian guru. Data catatan harian guru menunjukkan kesan positif yang dirasakan guru selama pembelajaran. Siswa lebih antusias pada pembelajaran. Siswa juga
lebih berani bertanya atas penjelasan guru. Wawancara yang dilakukan kepada beberapa siswa menunjukkan bahwa
siswa senang terhadap pembelajaran menggunakan metode dan media yang disediakan. Mereka menyatakan bahwa pembelajaran sangat menyenangkan.
Siswa juga merasa lebih paham terhadap materi yang dipelajari. Adapun mengenai hasil nontes yang berupa dokumentasi foto, dapat
diketahui bahwa pembelajaran semakin kondusif. Siswa sangat aktif mengikuti pembelajaran. Siswa sudah mampu menyelesaikan tugasnya tanpa melihat
pekerjaan teman. Keberanian siswa juga semakin tampak pada kegiatan diskusi.
4.2 Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian prasiklus, siklus I, dan siklus II. Pembahasan hasil tersebut meliputi hasil tes dan
nontes. Pembahasan hasil tes mengacu pada pemerolehan nilai yang dicapai oleh siswa dalam menulis kembali karangan narasi menggunakan metode IKP dengan
media film kartun. Pembahasan hasil nontes mengacu pada pemerolehan data yang diperoleh dari siklus I dan siklus II yang terdiri atas hasil observasi, catatan
harian guru, sosiometrik, wawancara, dan dokumentasi foto. Kondisi awal atau prasiklus adalah kondisi siswa sebelum dilaksanakan
pembelajaran menggunakan metode IKP dengan media film kartun. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis kembali karangan narasi sebelum