101
Bagan 4.11 menunjukkan bahwa dalam aspek siswa yang paling usil gaduh, menganggu teman, dan tidak memperhatikan penayangan film kartun
versi kelompok tiga. R-11 adalah siswa yang paling usil dengan perolehan suara sebanyak tiga siswa. Selanjutnya, R-9, R-17, R-2 tiap-tiap dipilih oleh dua siswa.
Sedangkan R-4 dipilih oleh satu siswa.
Bagan 4.12 Hasil Sosiometrik Siklus I Kelompok 4 Aspek Siswa Paling Usil gaduh, menganggu teman, dan tidak
memperhatikan penayangan film kartun
Bagan 4.12 menunjukkan bahwa dalam aspek siswa yang paling usil gaduh, menganggu teman, dan tidak memperhatikan penayangan film kartun
versi kelompok empat. R-19 adalah siswa yang paling usil dengan perolehan suara sebanyak tiga siswa. Selanjutnya, R-15, R-7, dan R-5 tiap-tiap dipilih oleh dua
siswa. Sedangkan R-18 dipilih oleh satu siswa.
4.1.2.2.4 Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran. Wawancara dapat dilakukan di dalam kelas dan atau di luar kelas. Kegiatan wawancara
dilakukan dengan cara peneliti bertanya jawab dengan siswa yang telah dipilih, R-18
1 R-19
3
R-15 2
R-7 2
R-5 2
102
kemudian mencatat hasilnya. Sasaran wawancara difokuskan kepada siswa yang mendapatkan nilai tertinggi, sedang, dan terendah pada hasil tes menulis kembali
karangan narasi. Wawancara ini berisi lima butir pertanyaan, yaitu 1 minat siswa
terhadap pembelajaran menulis kembali karangan narasi; 2 pendapat siswa terhadap metode IKP yang dilakukan guru dalam pembelajaran menulis kembali
karangan narasi; 3 pendapat siswa tentang film kartun yang dihadirkan guru; 4 pemahaman siswa terhadap media film kartun yang diberikan guru; dan 5
kesulitan siswa dalam menulis kembali karangan narasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa tersebut, diperoleh
informasi bahwa kegiatan pembelajaran menulis kembali karangan narasi sangat disukai siswa. Diperoleh informasi dari siswa dengan nilai tertinggi, bahwa minat
siswa terhadap pembelajaran menulis kembali karangan narasi cukup baik. R-16 menyatakan bahwa dia merasa tertarik, bersemangat, dan senang dengan
pembelajaran ini. Begitu juga dengan siswa yang memperoleh nilai sedang, dia menyatakan bahwa dia merasa senang dan tertarik mengikuti pembelajaran
menulis kembali karangan narasi. Pendapat lain disampaikan oleh siswa dengan nilai terendah, dia menyatakan kurang suka dengan pembelajaran ini karena dia
tidak bisa menulis kembali karangan narasi. Siswa juga merasa mudah memahami penjelasan yang disampaikan oleh
guru. Apalagi dengan adanya media film kartun, menurut R-16, hal ini sangat membantu dan mempermudah dalam menulis kembali karangan narasi. Jadi,
pembelajaran tidak sekadar guru menjelaskan materi dan siswa mendengarkan,
103
tetapi kegiatan belajar terintegrasi dalam suatu kegiatan yang disukai siswa, salah satunya dengan menonton film kartun. Siswa yang memperoleh nilai sedang juga
merasa mudah memahami penjelasan yang disampaikan oleh guru. Siswa ini sangat terbantu dengan adanya media film kartun. Dia mengungkapkan bahwa
kemampuan menulis kembali dia lebih optimal dengan adanya media film kartun, jika dibandingkan dengan media gambar seri yang biasa dipakai oleh gurunya.
Siswa dengan nilai terendah masih merasa sulit dalam mengikuti pembelajaran. Namun, dia terbantu dengan adanya metode IKP, proses imitasi lebih bisa
memahamkan dia dengan materi pembelajaran. “Saya harus diberi contoh dulu Bu” demikian kata siswa ini.
Film kartun yang dihadirkan juga sangat disukai siswa. R-16 mengatakan bahwa film kartun ini sangat menarik. Dia juga paham dengan film kartun yang
ditayangkan. Demikian halnya dengan siswa yang memperoleh nilai sedang dan nilai rendah. Mereka menyukai film kartun yang ditayangkan, film kartun yang
ditayangkan juga lucu, sehingga semangat mereka dalam menulis kembali bertambah besar.
Siswa masih mengalami kesulitan dalam menulis kembali karangan narasi. Kesulitan-kesulitan yang mereka alami disebabkan karena mereka kurang
memahami kesistematisan dan kelengkapan isi karangan. Metode IKP memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami hal tersebut. R-16
mengungkapkan bahwa dia tidak merasa kesulitan dalam menulis kembali karangan narasi. Siswa dengan nilai sedang menyatakan memiliki kesulitan dalam
menuangkan peristiwa yang runtut dan sedikit kesulitan dalam penggunaan tanda
104
baca dan huruf kapital. Siswa dengan nilai rendah merasa kesulitan dalam menuangkan ke dalam tulisan. Dia hanya bisa bercerita lewat lisan. Apalagi dalam
penggunaan tanda baca dan huruf kapital, dia merasa sangat sulit. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dijabarkan dapat disimpulkan
bahwa pada siklus I, sebagian besar siswa berminat dan menyukai pembelajaran menulis kembali karangan narasi menggunakan metode IKP dengan media film
kartun. Siswa juga menyukai dan paham dengan film kartun yang dihadirkan. Walaupun demikian, masih terdapat siswa yang merasa kesulitan dalam menulis
kembali karangan narasi. Aspek yang menjadi hal yang tersulit adalah penggunaan tanda baca dan huruf kapital.
4.1.2.2.5 Hasil Dokumentasi