Pengembangan prototipe perangkat pembelajaran kurikulum 2013 pada kelas V dengan teman 3 `Kerukunan dalam Bermasyarakat`.

(1)

ABSTRAK

Wulandari, S. (2015). Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 pada Kelas V dengan Tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang berawal dari adanya potensi dan masalah terkait dengan Kurikulum 2013. Potensi yang ada adalah penerapan Kurikulum 2013 yang mengembangkan pendidikan karakter dan pendekatan saintifik. Masalah yang dihadapi guru adalah kesulitan dalam: merumuskan kegiatan pembelajaran, penyediaan media, dan melakukan penilaian. Oleh sebab itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan prototipe perangkat pembelajaran Kurikulum 2013. Tujuannya untuk mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran dan mendeskripsikan kualitas prototipe perangkat pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan enam langkah yang meliputi: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain prototipe produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain dan (6) uji coba desain. Model pembelajaran yang digunakan adalah discovery learning. Prototipe perangkat pembelajaran divalidasi oleh tiga validator dengan skor rata-rata 4,69 (sangat baik). Dengan demikian perangkat tersebut layak diujicobakan.

Uji coba dilakukan di SDN Depok 1 dari tanggal 17 - 22 November 2014. Setelah uji coba, peneliti melakukan wawancara akhir. Dari hasil wawancara akhir didapatkan data bahwa prototipe perangkat pembelajaran membantu guru dalam: (1) merumuskan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran discovery learning, (2) menyediakan dan memfasilitasi siswa untuk membuat media, dan (3) melakukan penilaian KI 1 (sikap spiritual), KI 2 (sikap sosial), KI 3 (pengetahuan) dan KI 4 (keterampilan).

Kata kunci: Penelitian dan Pengembangan, Kurikulum 2013, discovery learning, prototipe perangkat pembelajaran


(2)

ABSTRACT

Wulandari, S. (2015). Developing Learning Materiel of Curriculum 2013 for Grade V students on Theme 3 "Harmony in Society". Thesis. Yogyakarta: Sanata Dharma University.

This research and development was based on the potential and problems associated with Curriculum 2013. The potential was the implementation of Curriculum 2013 that developed character education and scientific approach. The problems faced by teachers were some difficulties in formulating learning activities, providing media, and assessing results. Therefore, the researcher was encouraged to do a research and development on learning materiel of Curriculum 2013. The purpose of this research was to develop prototype of learning materiel and to describe the quality of the prototype.

This used six steps of R&D namely: (1) potential and problems, (2) data collection, (3) prototype product design, (4) design validation, (5) design revision, and (6) design trials. The learning model used was discovery learning. The learning materiel prototype was validated by three validators and received an average score of 4.69 (excellent). Therefore, the prototype learning materiel was f teasible to be tested.

The trials were done in Depok 1 State Elementary School from 17 - 22 November 2014. From the final interview conducted after the trials, the researcher gathered some data that showed the prototype learning materiel prototype created help teachers in: (1) formulating learning activities based on scientific approaches and “discovery learning” model, (2) providing and facilitating students to make learning media, and (3) conducting assessment on KI 1 (spiritual attitude), KI 2 (social attitudes), KI 3 (knowledge), and KI 4 (skills).

Keywords: research and development, Curriculum 2013, discovery learning , prototype learning materiel.


(3)

KURIKULUM 2013 PADA KELAS V DENGAN TEMA 3

“KERUKUNAN DALAM BERMASYARAKAT”

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Sriyani Wulandari NIM: 111134129

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

i

KURIKULUM 2013 PADA KELAS V DENGAN TEMA 3

“KERUKUNAN DALAM BERMASYARAKAT”

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Sriyani Wulandari NIM: 111134129

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(5)

SKRIPSI

PENGEMBANGAN PROTOTIPE PERANGKAT PEMBELJARAN

KIIRIKULW 2013 PADA KELAS V DENGAN TEMA

KERUKUNAN DALAM BERMASYARAKAT"

01eh:

Pcmbimbing II

11111341


(6)

SKRIPSI

PENGEMBANGAN PROTOTIPE PERANGKAT PEMBELAJARAN

KtHKIILIIM 2013 PADA KELAS V DENGAN TEMA

KERII― AN DALAM BERMASYARAKAT"

Dipersiapkan dan disusun oleh :

Sriyani Wulandari

NIM: ll1l34l29

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi

pada tanggal 27 April20ls, dan dinyatakan memenuhi syarat.

Susunan Panitia Penguj

i

Nama Lengkap Ketua

Sekretaris Anggota Anggota Anggota

G.Ari Nugrahanta,SJ。 ,S.S.,B.S.T.,M.A Christiyanti Aprin■stuti,S.Si.,M.Pd Dra.Ignatia Esti SIIIIIlarah,M.Hllm Thercsia Yuma Sctyaw観,S.Pd.,M.Hum G.Ari Nug透an亀 SJ。,S.S.,BoS.T.,M.A

Yogyaka*a" 27 Apil2}15

Fakulhs Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma


(7)

PERSEⅣIBAIIAN

Slaipsi ini dipersembahkan untuk :

1.

Kedua orang tua: Bapak Suwarsono dan Ibu Lucia Rukmiyarsi yang selalu memberi perhatian, motivasi dan kasih sayang yang tulus.

2.

Kedua kakak tersayang: Silvester Bimo Wicaksono dan Rafael Galih

Permadi Siwi yang selalu memberi motivasi.

3.

Orang-orang terdekat yang selatu memberilan perhatiau dao semangat.

4.

Universitas Sanata Dharrra.


(8)

MOTTO

"Belajar dari masa lalu, hidup untuk masakini

dan berharap untuk ftNa yang akan datang'.

(Alb€rt Eistein)

"Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat".

(Winston Chuchill)

ooFormula dari

sebuatr kesuksesan

adalah kerja keras dan tidak pernah menyerah". (Sriyani Wulandari)


(9)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa slaipsi yang daya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutrpan atau daftar pustakq sebagaimana layaknya kaya ilmiah.

Yogyakam 27 ApFi12015

Peneliti


(10)

LEMBAR PER}TYATAAN PERSETUJUAI{

PUBLIKASI KARYA

ILMIAII

UNTUK KEPEI{TINGAhI AKADE}IIS

Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dhamra:

Narna : Sriyani Wulandari

NIM

:

llll34l29

Demi pengembangan ilmu pengetahuag saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :

PENGEMBAI\iGAII

PROTOTIPE PERANGKAT

PEMBELAJARAN KTIRIKT.]LT'M 2013 PADA KELAS

V

DENGAN TEMA 6'KERUKT]NAI\I DALAM BERMASYARAKAT'.

Demikian saya memberikan kepada peryustakaao Universitas Sanata Dharma hak

untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalaln

bentuk

pangkalan

data"

mendistibusikan

secara

terbatas,

dan

mempublikasikannya

di

intemet atau media lain uotuk kepeutingan akademis

tanpa perlu meminta

ijin

dari sata maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap menyantumkan ftlma saya sebagai psneliti.

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 27 April 2015 Yang menyatakan


(11)

ABSTRAK

Wulandari,

S.

(2015). Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran

Kurikulum 2013 pada Kelas

v

dengan Tema

3

"Kerukunan dalam Bermasyarafral ". Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang berawal dari adanya potensi dan masalah terkait dengan Kurikulum 2013. Potensi yang ada adalah penerapan Kurikutum 2013 yarg mengembangkan pendidikan karakter dan

pendekatan saintifik. Masalah yang dihadapi guru adalah kesulitan dalam: merumuskan kegiatan pembelajaran, penyediaan media, dan melakukan penilaian.

Oleh sebab itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan

prototipe

perangkat pembelajaran

Kurikulum 2013.

Tujuannya untuk

mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran

dan

mendeskripsikan

kualitas prototipe per wrykat pembelaj aran.

Penelitian

ini

menggunakan enam langkah yang meliputi: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data (3) desain prototipe produk, (4) validasi desain,

(5) revisi desain dan (6)

uji

coba desain. Model pembelajaran yang digunakan adalah discovery learning. Prototipe perangkat pembelajaran divalidasi oleh tiga

validator dengan skor rata-rata 4,69 (sangat baik). Dengan demikian perangkat tersebut layak diuj icobakan.

Uji coba dilakukan di SDN Depok 1 dari tanggal 17 - 22 November

2Al4-Setelah uji coba, peneliti melalrukan wawancara akhir. Dari hasil wawancara akhir

didapatkan data bahwa prototipe perangkat pembelajaran membantu guru dalam:

(1) merumuskan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran discovery learning, (2) menyediakan dan memfasilitasi siswa untuk membuat media dan (3) melakukan penilaian

KI

I

(sikap spiritual), KI 2 (sikap sosial), KI 3 (pengetahuan) dan

KI4

fteterampilan).

Kata

kunci:

Penelitian

dan

Pengembangan, Kurikulum 2013, discovery I e arning, prototipe perangkat pembelaj aran


(12)

ABSTRACT

Wulandari, S. (2015). Developing Learning Materiel

of Curriculum

2013

far

Grade

V

students

on

Theme

3

"Harmony

in

Society". Thesis.

Yogyakarta: Sanata Dharma University.

This research and development was based on the potential and problems

associated

with Curriculum 2013. The potential was

the implementation

of

Curriculum 2013 that developed character education and scientific approach. The

problems faced

by

teachers were some diffrculties

in

formulating learning

activities, providing media and assessing results. Therefore, the researcher was encouraged to do a research and development on learning materiel of Curriculum

2013. The purpose of this research was to develop prototype

of

learning materiel

and to describe the quality of the prototype.

This used six steps of R&D namely: (1) potential and problems, Q) data

collection, (3) prototype product design, (4) design validation, (5) design revision,

and (6) design trials. The learning model used was discovery learning. The

learning materiel prototype was validated by three validators and received an average score of 4.69 (excellent). Therefore, the protofpe learning materiel was

f

teasible to be tested.

The

trials

were done in Depok

I

State Elementary School ftom 17 - 22

November

2014.

From the final interview conducted after the trials, the researcher gathered some data that showed the prototype learning materiel prototype created help teachers in: (1) formulating leaming activities based on

scientific approaches

and

o'discovery leaming" model,

(2)

providing and

facilitating students to make learning medi4 and (3) conducting assessment on

KI

1 (spiritual attitude),

KI2

(social attitudes),

KI3

(knowledge), and

KI4

(skills).

Keywords: research and development, Curriculum 2A13, discovery lear:ring ,

prototype learning materiel.


(13)

PRAKATA

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (YME),

karena atas rahmat dan l€runia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul

PENGEMBAI\iGAIY

PROTOTIPE

PERANGKAT PEMBELAJARAN KURIKT]LUM 2013 PADA KELAS V DENGAN TEMA "KERUK[

NAII

DALAM

BERMASYARAKATD. Stripsi

ini

disusrlr dalam rangka memenuhi persyaxatan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru

Sekolah Dasar, Fakultas Kegrruan dan

Ilmu

Pendidikaru Universitas Sanata

Dharma

Peneliti menyampaikan perhargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu serta memberikan

motivasi sehingga slaipsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan

ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1.

Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sanata Dharma.

2.

Gregorius

Ari

Nugrahanta, SJ., S.S., BST.,

MA.,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma

3.

Cluistiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma

4.

Dra. Ignatia

Esti

Sumaralr, M.Hum., Dosen Pembimbing

I

yang telah membimbing

dan

memberikan

motivasi

sehingga

peneliti

dapat menyelesaikan slaipsi ini.

5.

The,resia Yunia Setyawan, S.Pd.,M.Hum., Dosen pembimbing

II

yang telah membimbing dan memberi masuH<an sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

6.

Para Dosen dan staffkaryawan PGSD Uniyersitas Sanata Dhafina yang telah melayani peneliti dengan baik.

7.

Sri Haryani Wahyu Lestari, S.Pd.,M.Pd., Kepala Sekolatr SD Negeri Depok


(14)

8.

Khusni

Mirati, S.Pd., guru kelas

V

SD Negeri

Depok

1

yang telah memberikan bantuan selama penelitian di sekolah.

9.

Para vatidator yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini.

10. Seluruh siswa kelas

V A

SD Negeri Depok

I

tahm ajaran 201312014 yang

telah membantu selama penelitian berlangsung.

11. Teman-terran satu penelitian kolaboratif yang telah melakukan kerjasama dan memberikan dukungan.

Peneliti menyadari bahwa skripsi

ini

masih banyak kekurangan dan keterbatasan. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 27 April 201 5


(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

PRAKATA ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Devinisi Operasional ... 8


(16)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

A. Kajian Pustaka ... 12

1. Kurikulum 2013 ... 12

a. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013 ... 15

b. Elemen Perubahan Kurikulum 2013 ... 20

2. Pendidikan Karakter ... 23

3. Pendekatan Tematik ... 28

4. Pendekatan Saintifik ... 31

5. Model Pembelajaran Discovery Learning ... 35

6. Perangkat Pembelajaran ... 39

a. Silabus ... 40

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 43

7. Media Pembelajaran ... 47

8. Siswa Kelas V SD ... 49

9. Tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat ... 52

10. Penilaian Otentik ... 53

B. Penelitian yang Relevan ... 55

C. Kerangka Berpikir ... 58

D. Pertanyaan Penelitian ... 59

BAB III METODE PENGEMBANGAN ... 61

A. Jenis Penelitian ... 61

B. Prosedur Pengembangan ... 65

C. Seting Penelitian ... 70

1. Subjek Uji Coba ... 70

2. Waktu Penelitian ... 70

D. Instrumen Pengumpulan Data ... 70

1. Wawancara ... 71


(17)

xiv

E. Teknik Analisis Data ... 79

BAB IV HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN ... 81

A. Hasil Penelitian dan Pengembangan ... 81

1. Proses Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran ... 81

a. Potensi dan Masalah ... 81

b. Pengumpulan Data ... 85

c. Desain Prototipe Produk ... 86

1) Silabus ... 87

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 88

3) Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 90

4) Pedoman Penilaian dan Kunci Jawaban ... 90

d. Validasi Desain ... 91

1) Data Hasil Validasi dan Revisi Prototipe Produk dari Dosen Ahli Kurikulum I dan II ... 95

2) Data Hasil Validasi Guru Kelas V ... 104

e. Revisi Desain ... 106

1) Revisi Desain Dosen I ... 106

2) Revisi Desain Dosen II ... 108

3) Revisi Guru Kelas V Sekolah Dasar ... 109

f. Uji Coba Prototipe Produk ... 112

1) Pembelajaran 1 ... 113

2) Pembelajaran 2 ... 118

3) Pembelajaran 3 ... 120

4) Pembelajaran 4 ... 121

5) Pembelajaran 5 ... 122

6) Pembelajaran 6 ... 123


(18)

xv

a. Analisis Data Penilaian ... 127

1) Data Hasil Penilaian Dosen Ahli Kurikulum I ... 127

2) Data Hasil Penilaian Ahli Kurikulum II ... 128

3) Data Hasil Penilaian Guru Kelas V ... 129

b. Wawancara Akhir... 132

c. Spesifikasi Prototipe Produk ... 135

B. Pembahasan ... 151

1. Prototipe Perangkat Pembelajaran yang Dikembangkan Menggunakan Pendekatan Saintifik dan Model Pembelajaran Discovery Learning ... 152

2. Prototipe Perangkat Pembelajaran Menggunakan Media yang Mendukung Proses Pembelajaran Kurikulum 2013 ... 157

3. Prototipe Perangkat Pembelajaran Memuat Deskriptor-deskriptor Penilaian KI 1, KI 2, KI 3, dan KI 4 ... 159

4. Kelebihan dan Kekurangan Produk ... 162

a. Kelebihan Produk ... 162

b. Kekurangan Produk ... 163

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN, DAN SARAN ... 164

A. Kesimpulan ... 164

B. Keterbatasan Pengembangan ... 165

C. Saran ... 165

DAFTAR PUSTAKA ... 167

LAMPIRAN ... 171


(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Identifikasi Kesenjangan Kurikulum ... 13

Tabel 2.2 Deskripsi Perilaku dari Sikap yang Dikembangkan ... 27

Tabel 2.3 Langkah Pembelajaran dan Kegiatan Mengajar ... 33

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara Analisis Kebutuhan ... 71

Tabel 3.2 Pertanyaan Wawancara Analisis Kebutuhan ... 72

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Wawancara Akhir ... 73

Tabel 3.4 Pertanyaan Wawancara Akhir ... 74

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Kuesioner Validasi ... 76

Tabel 3.6 Kuesioner Validasi ... 77

Tabel 3.7 Konversi Nilai Skala Lima ... 80

Tabel 3.8 Kriteria Skor Skala Lima ... 80

Tabel 4.1 Konversi Nilai Skala Lima ... 92

Tabel 4.2 Kriteria Skor Skala Lima ... 94

Tabel 4.3 Hasil Validasi RPP Pembelajaran 1 oleh Dosen Ahli Kurikulum 2013 ... 95

Tabel 4.4 Hasil Validasi RPP Pembelajaran 2 oleh Dosen Ahli Kurikulum 2013 ... 98

Tabel 4.5 Hasil Validasi RPP Pembelajaran 3 oleh Dosen Ahli Kurikulum 2013 ... 101

Tabel 4.6 Tabel Komentar Hasil Validasi Pembelajaran 1 ... 108

Tabel 4.7 Tabel Komentar Hasil Validasi Pembelajaran 2 ... 109

Tabel 4.8 Tabel Komentar Hasil Validasi Pembelajaran 4 ... 111

Tabel 4.9 Hasil Rekap Nilai Pembelajaran 1 ... 117

Tabel 4.10 Hasil Rekap Nilai Pembelajaran 6 ... 124


(20)

xvii

Tabel 4.12 Analisis Data Penilaian Dosen I... 128

Tabel 4.13 Analisis Data Penilaian Dosen II ... 129

Tabel 4.14 Analisis Data Penilaian Guru Kelas V ... 130

Tabel 4.15 Rekapitulasi Validasi ... 131

Tabel 4.16 Perumusan Indikator dari Kompetensi Dasar ... 136

Tabel 4.17 Contoh Kegiatan Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik ... 142

Tabel 4.18 Contoh Kegiatan Pembelajaran dengan Menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning ... 143

Tabel 4.19 Contoh Rublik Penilaian Sikap yang digunakan dalam Pembelajaran (Sikap Kemandirian) ... 148


(21)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Elemen Utama Perbaikan Kurikulum 2013 ... 20

Gambar 2.2 Elemen Perubahan ... 21

Gambar 2.3 Keseimbangan antara Sikap, Ketrampilan dan Pengetahuan untuk Membangun Soft Skills dan Hard Skills ... 21

Gambar 2.4 Rumusan Proses dalam Kurikulum 2013 ... 22

Gambar 2.5 Literatur Map dari Penelitian yang Relevan ... 57

Gambar 3.1 Langkah – Langkah R&D (Sugiyono, 2014) ... 62

Gambar 3.2 Prosedur Pengembangan Bahan Ajar ... 69

Gambar 4.1 Siswa Melakukan Wawancara dengan Siswa Lainnya ... 114

Gambar 4.2 Siswa Mengerjakan Soal Matematika ... 115

Gambar 4.3 Siswa Mencari Contoh Iklan ... 116

Gambar 4.4 Diagram Batang Rekapitulasi Balikan Siswa... 126

Gambar 4.5 Diagram Batang Penilaian Dosen I ... 128

Gambar 4.6 Diagram Batang Penilaian Dosen II ... 129

Gambar 4.7 Diagram Batang Penilaian Guru Kelas V ... 130

Gambar 4.8 Diagram Batang Rekapitulasi Penilaian Validasi ... 131

Gambar 4.9 Contoh Penerapan Tema ... 135

Gambar 4.10 Contoh Penilaian Otentik yang digunakan dalam Prototipe perangkat pembelajaran ... 147

Gambar 4.11 Siswa Mencoba Memainkan Alat Musik Ritmis... 153

Gambar 4.12 Siswa Membandingkan Data Jarak Perjalanan dan Waktu Perjalanan ... 156

Gambar 4.13 Siswa menggunakan Media Iklan dalam Majalah untuk Melakukan Pengamatan unsur Iklan ... 157


(22)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel Halaman

Lampiran 1: Pertanyaan Wawancara Awal ... 171 Lampiran 2: Instrument Validasi RPP ... 172 Lampiran 3: Pertanyaan Wawancara Akhir ... 176 Lampiran 4: Hasil Wawancara Awal ... 177 Lampiran 5: Lembar Penilaian Validasi Ahli I ... 199 Lampiran 6: Lembar Penilaian Validasi Ahli II ... 208 Lampiran 7:Lembar Penilaian Validasi Guru kelas V ... 217 Lampiran 8: Lembar Kerja Siswa ... 235 Lampiran 9: Balikan Siswa ... 249 Lampiran 10: Hasil Wawancara Akhir ... 250 Lampiran 11: Foto-foto Penelitian ... 253 Lampiran 12: Surat Ijin Penelitian ... 256 Lampiran 13: Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 257


(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan pengertian, dan spesifikasi produk yang dikembangkan. Tujuh hal tersebut dijelaskan secara berurutan dalam pembahasan berikut.

A. Latar Belakang Masalah

Beberapa tahun belakangan ini pendidikan karakter secara umum hanya dikaitkan dengan pelajaran Agama, padahal pendidikan karakter yang sebenarnya sangat dibentuk dalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh siswa. Pada setiap perubahan kurikulum diadakan perbaikan dan pengembangan, seperti pada penerapan Kurikulum 2013. Pada Kurikulum 2013 peningkatan aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan dicapai dengan pembelajaran di ruang kelas, di lingkungan sekolah dan di lingkungan masyarakat. Berdasarkan pemahaman tentang kurikulum-kurikulum sebelumnya diharapkan Kurikulum 2013 dapat diterapkan untuk mengembangkan karakter siswa karena sistem pembelajarannya yang bersumber dari kehidupan yang dijalani siswa baik di rumah, sekolah maupun di lingkungan masyarakat disekitar siswa (Kemendikbud, 2013).

Kurikulum 2013 disusun dengan tujuan untuk mendidik karakter siswa mulai dari jenjang SD sampai SLTA. Kekhasan Kurikulum 2013 terdiri atas


(24)

kompetensi inti sikap (yang meliputi sikap spiritual dan sikap sosial), kompetensi inti pengetahuan dan kompetensi inti ketrampilan. Isi dari kurikulum berupa Kompetensi Inti (KI), secara lebih rinci dinyatakan dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi inti tersebut dirumuskan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran mengenai kompetensi dalam dalam aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus dipelajari oleh peserta didik. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema tertentu. Penetapan kompetensi lulusan didahului dengan mengidentifikasi apa yg hendak diberdayakan dalam diri peserta didik. Kompetensi lulusan terdiri dari tiga hal yaitu sikap (KI 1 dan 2), pengetahuan (KI 3) dan keterampilan (KI 4). Sikap mencangkup elemen antara lain proses, individu, sosial, dan alam. Pengetahuan mencangkup elemen proses, objek dan subjek. Keterampilan mencangkup proses, abstrak dan konkret (Kemendikbud, 2014).

Kurikulum 2013 mengacu pada pelajaran tematik terpadu yang mendukung seta memberi kemudahan bagi siswa untuk memahami konsep materi pembelajaran. Pembelajaran terdiri dari beberapa konsep materi yang tergabung dalam tema yang dapat menarik dan menambah semangat belajar siswa karena pembelajaran tersebut bersifat nyata atau kontekstual (Kemendikbud, 2014). Pembelajaran yang bersifat nyata memunculkan suatu proses ilmiah di mana terdapat penalaran deduktif yang melihat fenomena umum untuk menarik kesimpulan yang lebih spesifik. Proses ilmiah inilah


(25)

yang kemudian memunculkan suatu pendekatan ilmiah atau disebut juga pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik dijalankan dengan teknik-teknik investigasi atas suatu fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan yang baru, mengoreksi, dan memadukan dengan pengetahuan yang sebelumnya. Metode ilmiah pada umumnya memuat serangkaian aktifitas pengumpulan data melalui observasi atau experimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian menformulasi dan menguji hipotesis. Menurut Permendikbud No 81 Tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok 5M yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksperimen, mengasosialisasikan/mengolah informasi, dan mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2014).

Proses pembelajaran untuk membantu siswa mencapai 5M perlu mempertimbangkan tahap-tahap perkembangan intelektual anak. Perkembangan intelektual siswa sekolah dasar berada pada tahap oprasional konkret karena usia anak SD berkisar antara usia 7 atau 8 tahun hingga 11 atau 12 tahun yang ditandai oleh kemampuan untuk melakukan pengelompokan berbagai macam operasional terutama objek yang dimanipulasi karena anak sudah dapat mengenalinya dengan indra dengan cukup baik (Piaget, 2010). Pada tahap ini, perkembangan kemampuan berpikir siswa sudah mantap, kemampuan skema asimilasinya sudah lebih tinggi dalam melakukan suatu koordinasi yang konsisten antar skema (Muhibin, 1995). Oleh karenanya maka proses pembelajaran perlu memperhatikan tahap perkembangan anak untuk mencapai kompetensi inti


(26)

baik kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan maupun keterampilan.

Beberapa aspek penting mengenai Kurikulum 2013 belum terealisasikan secara maksimal di sekolah dasar. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil wawancara kepada guru di SDN Depok 1, SDN Ngenthak Minggir Bantul, SDN Caturtunggal 6, SD Mutiara Persada, SDN Walitelon 2 Temanggung, SD Tumbuh dan SDK Pugeran. Berdasarkan hasil wawancara dari sembilan guru tersebut didapatkan beberapa data mengenai pemasalahan yang dialami guru berkaitan dengan penerapan Kurikulum 2013.

Pertama, mengenai penilaian empat kompetensi yang dilakukan guru pada setiap pembelajaran. Sembilan (100 %) guru yang peneliti wawancarai mengalami kesulitan dalam mengaitkan materi antar pembelajaran dan mengevaluasi KI 3. Saat melakukan penilaian Kompetensi Inti KI 1, KI 2 dan KI 4, (100%) guru menggunakan acuan dari pemerintah namun acuan tersebut dinilai belum memuat deskriptor yang jelas sehingga guru belum paham bagaimana cara menilai melalui pengamatan kegiatan dalam kelas.

Kedua, mengenai media pembelajaran. Semua guru (100%) mengalami kesulitan dalam membuat media pembelajaran. Ketiga, mengenai kegiatan pembelajaran yang memuat 5M. Terdapat tujuh (78%) guru yang mengalami kesulitan dalam merumuskan kegiatan yang memuat 5M. Kesulitan tersebut dalam mengaitkan mata pelajaran dan mengatur pemenggalan waktu dalam proses pembelajaran.


(27)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dirangkum bahwa guru mengalami kesulitan dalam beberapa hal antara lain membuat serta menggunakan rublik penilaian, membuat media, dan merumuskan kegiatan yang mencakup 5M. Sebagian besar guru masih menggunakan penilaian yang mengacu pada buku panduan pemerintah tanpa dilakukan pengembangan. Oleh sebab itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan dengan judul Pengembangan Prototipe prototipe perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 pada Tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat” untuk Kelas V di SDN Depok 1. Penelitan pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan (Borg & Gall, 1983). Penelitian dan pengembangan pendidikan itu sendiri dilakukan berdasarkan suatu model pengembangan berbasis industri yang temuannya dipakai untuk mendesaian produk dan prosedur, yang kemudian secara sistematis dilakukan uji lapangan, dievaluasi, disempurnakan untuk memenuhi kriteria keefektifan, kualitas, dan standar tertentu (Borg & Gall, 2003). Produk yang peneliti kembangkan adalah prototipe prototipe perangkat pembelajaran untuk kelas V yang dikhususkan pada subtema 1 “Hidup Rukun”.

B. Batasan Masalah

Penelitian pengembangan ini dibatasi pada pengembangan prototipe perangkat pembelajaran untuk kelas V dengan tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat” dengan subtema 1 “Hidup Rukun”. Model pembelajaran


(28)

yang digunakan adalah discovery learning untuk mencapai KI 1 (sikap spiritual), KI 2 (sikap sosial), pengetahuan dan keterampilan. Kompetensi sikap spiritual yang dikembangkan adalah sikap-sikap dalam hubungannya dengan Tuhan, sedangkan sikap sosial menyangkut cermat, mandiri dan percaya diri. Kompetensi pengetahuan yang dikembangkan adalah kemampuan yang dapat dilihat melalui hasil belajar siswa dalam tes dan dapat diukur menggunakan rublik penilaian. Kompetensi keterampilan yang dikembangkan menyangkut keterampilan-keterampilan yang melibatkan kemampuan motorik siswa dalam kegiatan pembelajaran.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 pada subtema 1 “Kerukunan dalam Bermasyarakat” untuk kelas V sekolah dasar?

2. Seperti apakah kualitas prototipe perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 pada tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat” yang layak digunakan di kelas V sekolah dasar?

D. Tujuan Penelitian

1. Mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 pada tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat” untuk kelas V sekolah dasar.


(29)

2. Mendeskripsikan kualitas prototipe perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 pada tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat” yang layak digunakan di kelas V sekolah dasar.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian pengembangan diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

Adanya teori dalam penelitian ini, memberi manfaat antara lain:

a. Sebagai bahan referensi dan pengetahuan mengenai prototipe perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 pada tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat” dan pada subtema 1 “Hidup Rukun” untuk kelas V.

b. Sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 pada tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat” dan pada subtema 1 “Hidup Rukun” untuk kelas V.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini dapat memberi manfaat bagi guru, siswa, dan peneliti. Manfaat tersebut antara lain:

a. Bagi guru

Guru memperoleh pengalaman atas keterlibatannya dalam mengembangkan dan menguji prototipe perangkat pembelajaran pada


(30)

tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat” dan pada subtema 1 “Hidup Rukun” untuk kelas V sekolah dasar.

b. Bagi siswa

Siswa kelas V dapat mempelajari materi pada tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat” dan pada subtema 1 “Hidup Rukun” dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning. Melalui model pembelajaran tersebut siswa dapat mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

c. Bagi peneliti

Peneliti mendapat pengalaman secara langsung dalam mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 pada tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat” dan pada subtema 1 “Hidup Rukun” untuk kelas V. Peneliti juga memperoleh wawasan dan bekal dalam mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran selanjutnya.

F. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, digunakan definisi. Definisi tersebut adalah: 1. Perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran adalah segala perlengkapan belajar yang dibuat dan direncanakan untuk mendukung proses kegiatan belajar mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran.


(31)

2. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang memiliki empat Kompetensi Inti yaitu kompetensi sikap spiritual (KI 1), sikap sosial (KI 2), pengetahuan (KI 3), dan keterampilan (KI 4) untuk mencapai semua aspek kognitif, afektif serta psikomotorik.

3. Siswa Kelas V SD

Siswa kelas V SD adalah mereka yang sedang duduk di kelas atas dengan usia berkisar antara 11 atau 12 tahun dan masuk dalam kategori tahap operasional konkret dimana ditandai oleh kemampuan untuk melakukan pengelompokan berbagai macam operasional terutama objek yang dimanipulasi karena anak sudah dapat mengenalinya dengan indra dengan cukup baik.

4. Tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat”

Tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat” dan subtema 1 “Hidup Rukun” adalah tema dan subtema yang ada dalam Kurikulum 2013 mengenai perilaku yang mencerminkan hidup rukun dalam sekolah dan masyarakat dengan mengaitkian tujuh pelajaran yaitu IPA, bahasa Indonesia, PJOK, PPKn, IPS, matematika, dan SBdP.

5. Discovery Learning

Discovery learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa memperoleh pengetahuan secara mandiri dengan tahap pemberian rangsangan, pernyataan/identifikasi masalah, pengumpulan data,


(32)

pengolahan data, pembuktian, dan penarikan kesimpulan untuk menghasilkan pengetahuan baru.

G.Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Spesifikasi produk yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

1. Prototipe perangkat pembelajaran disusun berdasarkan Kurikulum 2013 pada Kelas V dengan Tema “Kerukunan dalam Bermasyarakat” dan subtema 1 “Hidup Rukun”.

2. Prototipe perangkat pembelajaran yang disusun meliputi silabus dan enam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan jaring-jaring tema.

3. Prototipe perangkat pembelajaran disusun dengan merumuskan kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan Kompetensi Inti untuk kelas V.

4. Prototipe perangkat pembelajaran disusun berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator yang termuat dalam jaring-jaring subtema “Hidup Rukun”.

5. Prototipe perangkat pembelajaran disusun dengan menerapkan pendekatan saintifik yang mencakup tahap pembelajaran 5M (mengamati, menanya, manalar, mencoba dan mengkomunikasikan) dan menggunakan model

discovery learning.

6. Prototipe perangkat pembelajaran disusun dengan menggunakan media yang memanfaatkan barang-barang di lingkungan sekitar.


(33)

7. Penilaian dalam prototipe perangkat pembelajaran menggunakan penilaian otentik yang meliputi penilaian sikap spiritual KI 1: bersyukur dan sikap berdoa, sikap sosial KI 2: mandiri, cermat dan percaya diri, pengetahuan KI 3 dan keterampilan KI 4: keterampilan menulis, menggambar, membuat iklan, dsb.

8. Prototipe perangkat pembelajaran disusun berdasarkan ketentuan Ejaan yang Disempurnakan (EYD).


(34)

12

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini berisi kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berfikir dan pertanyaan penelitian. Empat hal tersebut dijelaskan secara berurutan dalam pembahasan berikut.

A. Kajian Pustaka 1. Kurikulum 2013

Pendidikan dilakukan dengan tujuan untuk memberikan solusi bagi persoalan-persoalan yang dialami bangsa dan negara. Pendidikan perlu dilaksanakan untuk menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas untuk memajukan negara. Untuk mewujudkannya salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan melakukan pengembangan kurikulum. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang mulai diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum ini merupakan hasil pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirilis tahun 2004 dan KTSP pada tahun 2006. Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberi kontribusi penting dalam pendidikan yaitu untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Kurikulum ini mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan


(35)

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan (3) warga negara yang demokratis, bertanggung jawab (Kemendikbud, 2014). Kurikulum 2013 mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dari dua kurikulum sebelumnya. Perubahan dan perkembangan kurikulum juga dipengaruhi oleh kesenjangan kurikulum sebelumnya (KTSP) dengan kurikulum saat ini (Kurikulum 2013). Di bawah ini merupakan tabel yang menunjukkan kesenjangan-kesenjangan yang ada pada Kurikulum KTSP dengan kondisi ideal, yaitu:

Tabel 2.1 Identifikasi Kesenjangan Kurikulum

KONDISI SEBELUMNYA KONDISI IDEAL

KOMPETENSI LULUSAN 1. Belum sepenuhnya menekankan

pendidikan karakter

1. Berkarakter mulia

2. Belum menghasilkan keterampilan sesuai kebutuhan

2. Keterampilan yang relevan

3. Pengetahuan-pengetahuan lepas 3. Pengetahuan – pengetahuan terkait MATERI PEMBELAJARAN

1. Belum relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan

1. Relevan dengan materi yang dibutuhkan

2. Beban belajar terlalu berat 2. Materi esensial 3. Terlalu luas, kurang mendalam

3. Sesuai dengan tingkat perkembangan anak

PROSES PEMBELAJARAN

1. Berpusat pada guru 1. Berpusat pada peserta didik 2. Proses pembelajaran berorientasi

pada buku teks

2. Sifat pembelajaran kontekstual

3. Buku teks hanya memuat materi bahasan

3. Buku teks memuat materi dan proses pembelajaran, sistem penilaian serta kompetensi yang diharapkan


(36)

KONDISI SEBELUMNYA KONDISI IDEAL PENILAIAN

1. Menekankan aspek kognitif 1. Menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik secara proposional 2. Tes menjadi cara penilaian yang

dominan

2. Penilaian tes pada portofolio saling melengkapi

PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

1. Memenuhi kompetensi profesi saja 1. Memenuhi kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal 2. Fokus pada ukuran kinerja PTK 2. Motivasi mengajar

PENGELOLAAN KURIKULUM 1. Satuan pendidikan mempunyai

pembebasan dalam pengelolaan kurikulum

1. Pemerintah pusat dan daerah memiliki kendali kualitas dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan

2. Masih terdapat kecenderungan satuan pendidikan menyusun kurikulum tanpa

mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah

2. Satuan pendidikan mampu menyusun kurikulum dengan

mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah

3. Pemerintah hanya menyiapkan sampai standar isi mata pelajaran

3. Pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman

Sumber: Mulyasa (2013:61-63)

Berbagai kesenjangan kurikulum dan adanya beragam tantangan zaman, maka perlu dilakukan pengembangan kurikulum. Pengembangan ini dilakukan untuk menghadapi tantangan zaman dengan berbagai persoalan yang dihadapinya diantaranya globalisasi dan pasar bebas. Masalah lingkungan hidup, pesatnya kemajuan teknologi informasi, dll. Sehingga diharapkan Kurikulum 2013 mampu menjadi solusi bagi tantangan dan masalah dalam dunia pendidikan dengan bekal dari berbagai


(37)

macam kompetensi didalamnya. Kompetensi tersebut antara lain: kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab, kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal, memiliki minat luas dalam kehidupan, memiliki kesiapan untuk bekerja, memiliki kecerdasan sesuai bakat/minatnya, dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan (Mulyasa, 2013).

a. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013

Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang dirintis tahun 2004 dan KTSP pada tahun 2006. Pada kurikulum KTSP sudah terdapat kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan, namun pengembangan kurikulum tetap dilaksanakan. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dialami, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal. Tantangan internal dalam pengembangan kurikulum 2013 antara lain: 1) Pemenuhan delapan Standar Nasional Pendidikan yang meliputi

Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Penilaian dan Standar


(38)

Penilaian Pendidikan. Kedelapan standar tersebut dijelaskan dengan rinci sebagai berikut:

a) Standar Isi adalah cakupan materi dan tingkat komperensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan. b) Standar Proses adalah standar nasional pendidikan yang

berkaitan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Standar proses meliputi:

(1) perencanaan proses pembelajaran (2) pelaksanaan proses pembelajaran (3) penilaian hasil pembelajaran (4) pengawasan proses pembelajaran

c) Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah bagian dari Standar Nasional Pendidikan yang merupakan kriteria Kompetensi Lulusan minimal yang berlaku di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

d) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.

e) Standar Sarana dan Prasarana adalah Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimum tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah,


(39)

perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekspresi serta sumber belajar lainnya. f) Standar Pengelolaan adalah Standar Nasional Pendidikan yang

berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Standar pengelolaan oleh satuan pendidikan meliputi:

(1) perencanaan program sekolah/madrasah (2) pelaksanaan rencana kerja sekolah (3) monitoring dan evaluasi

(4) kepemimpinan sekolah/madrasah (5) sistem informasi manajemen (6) Standar Pembiayaan Pendidikan

g) Standar Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, sedangkan evaluasi pendidikan adalah pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.

h) Standar Pembiayaan Pendidikan adalah seluruh biaya, baik biaya untuk penyediaan sarana dan prasarana, penggembangan


(40)

sumberdaya manusia, biaya pendidikan dan gaji pendidik dan tenaga kependidikan.

2) Perkembangan penduduk Indonesia, dilihat dari penduduk usia produktif. Banyaknya penduduk usia produktif apabila memiliki kopetensi dan keterampilan akan menjadi modal pembangunan yang luar biasa besarnya. Namun apabila tidak memiliki kompetensi dan keterampilan tentunya akan menjadi beban pembangunan.

Tantangan eksternal yang dialami dunia pendidikan antara lain berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pendagogi, seta berbagai fenomena negatif yang mengemuka (Kemendikbud, 2014:2).

Selain hal tersebut pertimbangan yang menjadi dasar dalam pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:

1) pengetahuan merupakan modal utama dalam persaingan global 2) sumber daya manusia sebagai modal pembangunan

3) pada abad ke 21, mata pelajaran utama perlu dibingkai oleh kompetensi pembelajaran dan inovasi karena belajar tidak hanya terbatas di sekolah, tetapi bisa dari sumber lain.

4) pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk menumbuhkan kreativitas peserta didik.


(41)

5) perlunya merumuskan kurikulum yang mencakup standar penilaian yang mencakup pernyataan yang tidak memiliki jawaban tunggal, menilai proses pengerjaannya bukan hanya hasilnya, dan penilaian spontanitas/ekspresif.

6) perlunya merumuskan kurikulum yang mengedepankan proses mengamati, menanya, menalar, menyimpulkan, dan memutuskan, sehingga peserta didik sejak kecil sudah terlatih dalam berfikir tingkat tinggi yang nantinya akan diperlukan untuk pengambilan keputusan (Fadlilah, 2014).

Pendidikan yang sesuai dengan tuntutan masa depan dapat terwujud apabila terjadi perubahan pola pikir dalam proses pembelajaran. Perubahan tersebut adalah sebagai berikut:

1) berpusat pada guru menjadi pada siswa 2) satu arah menjadi interaktif

3) isolasi menuju lingkungan jejaring 4) pasif menuju aktif menyelidiki

5) maya/abstrak menuju konteks dunia nyata

6) pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim 7) luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterkaitan 8) simulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru 9) alat tunggal menuju alat multimedia

10)hubungan satu arah menjadi kooperatif


(42)

12)usaha sadar tunggal menuju jamak

13)satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak

14)kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan 15)pemikiran faktual menuju kritis

16)penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan

Penyusunan Kurikulum 2013 juga diharapkan dapat memberi penguatan pada tata kelola Kurikulum serta memperdalam dan memperluas materi pembelajaran.

b. Elemen Perubahan Kurikulum 2013

Elemen-elemen perubahan Kurikulum 2013 mencakup Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi (SI), Standar Proses, dan Standar Penilaian. Selanjutnya dalam Kurikulum 2013 terdapat elemen utama perbaikan Kurikulum 2013 seperti dijelaskan pada gambar di bawah ini.


(43)

Selanjutnya Kurikulum 2013 mengusung adanya keseimbangan antara sikap, keterampilan dan pengetahuan untuk membangun soft skills dan hard skills seperti terlihat peda gambar berikut.

Gambar 2.2 Elemen Perubahan

Keseimbangan soft skills dan hard skills meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Elemen pendekatan (isi) kompetensi yang dikembangkan di SD adalah tematik terpadu dalam semua mata pelajaran dengan pendekatan saintifik. Keseimbangan soft skills dan hard skills tersebut terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.3 Keseimbangan antara Sikap, Keterampilan dan Pengetahuan untuk membangun Soft Skills dan Hard Skills


(44)

Berdasarkan gambar dapat dijelaskan bahwa salah satu karakteristik Kurikulum 2013 adalah adanya keseimbangan antara sikap, keterampilan dan pengetahuan untuk membangun soft skills dan

hard skills. Pada jenjang SD, ranah attitude harus lebih banyak atau lebih dominan dikenalkan, diajarkan dan dicontohkan pada anak, kemudian diikuti ranah skill, dan ranah knowledge lebih sedikit diajarkan pada anak.

Gambar 2.4 Rumusan Proses dalam Kurikulum 2013

Berdasarkan gambar 2.4, terdapat perluasan dan pendalaman taksonomi dalam proses pencapaian kompetensi. Dalam kurikulum 2013 dipadukan lintasan taksonomi sikap (attitude) dari Khrathwohl, ketrampilan (skill) dari Dyers, dan pengetahuan (knowledge) dari Bloom dengan revisi oleh Anderson (Kemendikbud, 2014: 6-10).

Berdasarkan berbagai pengertian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa Kurikulum 2013 merupakan kurikulum penyempurnaan dari dua kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum


(45)

Berbasis Kompetensi (KBK) dan KTSP yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Kurikulum 2013 menerapkan pembelajaran tematik dan pendekatan saintifik. Kurikulum ini dikembangkan untuk menyeimbangkan antara kemampuan soft skills dan hard skills, dengan begitu kompetensi sikap maupun keterampilan dapat berjalan secara seimbang. Harapannya peserta didik dapat memiliki kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang berkembang dengan baik sehingga dapat berpengaruh pada kesuksesan diri sendiri dan menciptakan generasi bangsa yang lebih baik

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang tidak hanya sekedar menilai pengetahuan dalam pencapaian Standar Kompetensi Kelulusan (SKL). Kurikulum 2013 mengembangkan empat Kompetensi Inti yaitu sikap spiritual (KI 1), sikap sosial (KI 2), pengetahuan (KI 3), dan keterampilan (KI 4). Melalui empat aspek tersebut dihapkan siswa tidak hanya memiliki kecerdasan dalam bidang kognitif saja namun mencapai semua aspek kognitif, afeksif dan psikomotorik.

2. Pendidikan Karakter

Karakter berasal dari nilai tentang sesuatu yang diwujudkan dalam bentuk perilaku anak (Kesuma, 2011:11). Pendidikan karakter secara terperinci memiliki lima tujuan. Pertama, mengembangkan potensi nurani


(46)

atau afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai bangsa. Kedua, mengembangkan kebiasaan dan perilaku terpuji, sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius. Ketiga, menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. Keempat mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan. Kelima, mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, berkebangsaan tinggi dan penuh kekuatan (Zubaedi, 2011:18). Sementara itu, Kesuma (2011) menjelaskan bahwa terdapat tiga tujuan utama pendidikan karakter yaitu yang pertama memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah). Tujuan kedua pendidikan karakter adalah mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah. Tujuan ketiga dalam pendidikan karakter seting sekolah adalah membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

Pendidikan karakter merupakan dinamika pengembangan kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan disposisi aktif, stabil, dalam diri individu. Dinamika ini membuat pertumbuhan individu


(47)

menjadi semakin utuh. Unsur-unsur ini menjadi dimensi yang menjiwai proses formasi setiap individu (Kusuma, 2004:104). Pendidikan karakter di Indonesia didasarkan pada Sembilan pilar karakter dasar. Karakter dasar menjadi tujuan pendidikan karakter. Kesembilan pilar karakter dasar ini adalah sebagai berikut:

1) cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya 2) tanggung jawab, disiplin, dan mandiri

3) jujur

4) hormat dan santun

5) kasih sayang, peduli, dan kerja sama

6) percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah 7) keadilan dan kepemimpinan

8) baik dan rendah hati

9) toleransi, cinta damai, dan persatuan

Dalam penelitian ini, akan difokuskan pada tiga nilai dalam penilaian sikap sosial. Ketiga nilai karakter yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah madiri, cermat, dan percaya diri. Berikut penjelasan mengenai definisi nilai-nilai yang dikembangkan dalam penelitian ini: 1) Mandiri

Mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Mandiri dapat diketahui dari sikap dan perilaku atas dasar inisiatif, kemampuan sendiri, menghindari diri dari sikap ketergantungan pada orang lain, dan


(48)

mampu menyelesaikan masalah tanpa bantuan orang lain. Orang yang mandiri selalu bersikap dan berperilaku yang lebih mengandalkan terhadap inisiatif, kemampuan dan bertanggung jawab pada diri sendiri secara konsekuen dan menghindari diri dari sikap ketergantungan pada orang lain (Fathurrohman, 2013).

2) Cermat

Cermat adalah suatu kondisi di mana seseorang terbiasa melakukan kegiatan dengan rapi dan baik dan menghindari sikap sembarangan dan terbiasa teliti. Seseorang yang cermat akan mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan penuh perhatian, menghindari sikap ceroboh, selalu berbuat dengan ketelitian yang tinggi, tidak suka sembrono dan tidak suka asal-asalan. Cermat berarti mengerjakan setiap pekerjaan dengan teliti dan selalu menghindari sikap menggampangkan (Fathurrohman, 2013).

3) Percaya Diri

Percaya diri dapat ditunjukkan dari perilaku sering menunjukkan sifat dan perilaku mantap dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari dan tidak mudah terpengaruh ucapan dan perbuatan orang lain. Terbiasa bersikap dan berperilaku mantap dalam melaksanakan tugas sehari-hari; tidak mudah terpengaruh oleh ucapan maupun perbuatan orang lain; dan mempunyai kemantapan dalam berpikir, bersikap dan bertindak. Selalu bersikap dan berperilaku atas dasar keselarasan dengan keseimbangan antara kemampuan dengan apa yang akan dicapai


(49)

sehingga menumbuhkan keyakinan akan tercapai, tidak mudah terpengaruh oleh ucapan maupun perbuatan orang lain; selalu menghindari rendah diri; dan selalu menghindari ketergantungan diri (Fathurrohman, 2013).

Berdasarkan penjelasan tiga karakter di atas, deskripsi perilaku dari sikap-sikap yang dikembangkan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Deskripsi Perilaku dari Sikap yang Dikembangkan (Fathurrohman (2013) & Hidayatullah (2010))

Sikap Deskripsi Perilaku

Mandiri a. bersikap dan berperilaku atas dasar inisiatif dan kemampuan sendiri

b. bersikap dan berperilaku atas dasar inisiatif, kemampuan, dan tanggung jawab sendiri secara konsekuen

c. menyelesaikan masalah tanpa bantuan orang lain

d. menghindari diri dari sikap ketergantungan pada orang lain Cermat a. melakukan kegiatan dengan rapi dan baik

b. mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan penuh perhatian c. berbuat dengan ketelitian yang tinggi

d. mengerjakan setiap pekerjaan dengan teliti, cermat, dan selalu menghindari sikap menggampangkan

e. tidak suka sembrono, asal asalan, dan ceroboh

f. jeli, berhati-hati dalam memakai uang atau mengeluarkan sesuatu barang, hemat


(50)

Sikap Deskripsi Perilaku

Percaya diri a. menunjukkan sifat dan perilaku mantap dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari

b. tidak mudah terpengaruh ucapan dan perbuatan orang lain c. mempunyai kemantapan dalam berpikir, bersikap, dan

bertindak

d. bersikap dan berperilaku atas dasar keselarasan dan keseimbangan antara kemampuan dan apa yang akan dicapai sehingga menumbuhkan keyakinan akan tercapai e. menghindari rendah diri

f. menghindari ketergantungan diri terhadap orang lain g. dapat berdiri sendiri dalam suatu keadaan

Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan karakter adalah upaya untuk membimbing pembiasaan perilaku siswa agar dapat mengambil segala keputusan dengan cara bijak. Hal tersebut bertujuan untuk membentuk pribadi utuh dengan nilai-nilai baik yang terdapat dalam diri siswa sehingga dapat memberikan dampak positif dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter dapat ditanamkan melalui berbagai macam kegiatan baik dirumah di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Di sekolah pendidikan karakter ditanamkan melalui kegiatan pembelajaran.

3. Pendekatan Tematik

Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Prastowo, 2014:54). Pembelajaran tematik dimaknai sebagai


(51)

pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu dan ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe/jenis dari model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik sebenarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas dalam Trianto, 2010:79). Sedangkan menurut Poerwadarminta pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid. Tema adalah pokok pemikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta dalam Majid, 1983:80). Menurut 3 pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran tematik termasuk dalam model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan mata pelajaran yang terkait dengan tema tersebut.

Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi peserta didik. Ada enam keunggulan pembelajaran tematik dibandingkan model pembelajaran konvensional yaitu:

1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.


(52)

2) Kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.

3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa, sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama.

4) Membantu mengembangkan keterampilan berfikir siswa.

5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya.

6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Pembelajaran tematik terpadu terdiri dari 6 tahapan yaitu: 1) memilih/menetapkan tema

2) melakukan analisis SKL, KI, Kompetensi Dasar dan membuat Indikator 3) membuat hubungan pemetaan antara Kompetensi Dasar dan Indikator

dengan tema

4) membuat jaringan Kompetensi Dasar 5) menyusun Silabus Tematik Terpadu

6) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan tematik integratif adalah sebuah pendekatan yang menyajikan berbagai materi dari berbagai mata pelajaran yang saling berkaitan satu sama lain ke dalam satu tema. Pembelajaran jauh lebih bermakna karena siswa belajar menggunakan hal-hal yang nyata dan ditemukan di kehidupan sehari-hari yang dikembangkan dalam tema. Dengan


(53)

pembelajaran yang bermakna dan pengalaman belajar yang baik, pengetahuan yang didapatkan siswa akan lebih mendalam dan bertahan lama.

4. Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan (Hosnan, 2014:34). Pendekatan saintifik diyakini sebagai titisan emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif dibandingkan dengan penalaran deduktif. Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik kedalam relasi ide yang lebih luas. Metode ilmiah umunya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum (Kemendikbud, 2014).


(54)

Pendekatan saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar, yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar discovery leaning merupakan salah satu teori belajar yang digagas oleh Bruner. Piaget menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema. Skema adalah suatu struktural mentah atau struktur kognitif yang dengannnya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin dalam Hosnan, 2014:35). Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam zone of proximal development

yang dapat diartikan sebagai daerah yang terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini. Hal tersebut dapat didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu (Nur & Wikandani dalam Hosnan, 2014:35). Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi pengetahuan mereka melalui kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/melakukan percobaan, mengasosialisasikan/mengolah informasi, dan mengomunikasikan hasil konsep, hukum atau prinsip yang mereka temukan.


(55)

Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: 1) mengamati

2) menanya

3) mengumpulkan informasi/eksperimen 4) mengasosiasikan/mengolah informasi 5) mengkomunikasikan

Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut.

Tabel 2.3 Langkah Pembelajaran dan Kegiatan Mengajar. Langkah

pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

Mengamati Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat)

Menanya Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik)

Mengumpulkan informasi/eksperimen

a. melakukan eksperimen

b. membaca sumber lain selain buku teks c. mengamati objek/kejadian/aktifitas d. wawancara dengan narasumber Mengolah informasi/

mengasosiasikan

a. mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil kegiatan mengumpulkan informasi

b. pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan


(56)

Langkah

pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya

Adapun karakteristik pembelajaran dengan metode saintifik adalah sebagai berikut:

1) berpusat pada siswa

2) melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum dan prinsip.

3) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berfikir tingkat tinggi siswa.

4) mengembangkan karakter siswa.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan pendekatan ilmiah yang digunakan dalam proses kegiatan pembelajaran.Proses tersebut mengajak siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan mereka melalui kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/melakukan percobaan, mengasosialisasikan/mengolah informasi, dan mengomunikasikan hasil konsep, hukum atau prinsip yang mereka temukan. Langkah-langkah tersebut diyakini dapat mendukung perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.


(57)

5. Model Pembelajaran Discovery Learning

Model pembelajaran penemuan atau discovery pertama kali diperkenalkan oleh Plato dalam suatu dialog antara Socrates dengan seorang anak. Discovery berasal dari kata “discover” berarti menemukan.

Discovery merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan kostruktivisme. Model ini menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pengertian discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman (Bruner dalam Hosnan, 2014:281). Hal yang menjadi dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif di dalam belajar di kelas. Oleh sebab itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya dengan discovery learning, yaitu murid mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Model discovery learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat

Bruner, bahwa: “Discovery learning can be defined as the learning that

takes place when the student is not presented with subject matterin the final form, but rather is required to organize it him self” dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa model pembelajaran discovery learning


(58)

dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang terjadi ketika siswa tidak disajikan dengan subjek materi bentuk akhir dan instan, melainkan memerlukan siswa sendiri dalam mengatur subjek materi dan menemukan pengetahuan mereka (Bruner dalam Kemendikbud, 2014). Dalam proses belajar Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan.

Lingkungan diperlukan untuk memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi sebagai menunjang proses belajar. Discovery adalah cara mengajar yang mengatur pengajaran sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya. Di dalam penerapannya, kegiatan atau pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri (Hamiyah, 2014). Dalam discovery learning, guru menyediakan data dan siswa diberi pertanyaan atau masalah untuk membantu mereka mencari jawaban, kesimpulan, generalisasi dan solusi. Dalam discovery learning guru masih diperkenankan membantu mengarahkan proses pembentukan konsep pada siswa seandainya dibutuhkan.

1) Ciri-ciri dan karateristik pembelajaran

Model pembelajaran discovery mempunyai 3 ciri utama yaitu:

a) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasikan pengetahuan


(59)

c) kegiatan menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.

2) Tahap dan langkah-langkah pembelajaran

Tahap dan langkah-langkah penerapan dalam discovery learning

adalah sebagai berikut:

a) stimulus (pemberian perangsang/stimuli)

b) problem statement (pernyataan/identifikasi masalah) c) data collection (pengumpulan data)

d) data processing (pengolahan data) e) verification (pembuktian)

f) generalization (menarik kesimpulan/generalisasi) (Syah dalam kemendikbud, 2004:244)

3) Kelebihan Model Discovery learning

Kelebihan model discovery learning adalah sebagai berikut (Kemendikbud, 2014:32)

a) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha

discovery leaning merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.

b) Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.

c) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.


(60)

d) Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.

e) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

f) Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

g) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.

h) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang dinal dan tertentu atau pasti.

i) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

j) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru.

k) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

l) Mendorong siswa berpikir intuisi dam merumuskan hipotesis sendiri. m) Memberikan keputusan yang bersifat intristik.

n) Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

o) Proses belajar meliputi sesame aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya.

p) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.

q) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.


(61)

r) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas pembelajaran dengan model discovery learning dapat diartikan sebagai cara belajar di mana siswa memperoleh pengetahuannya secara mandiri. Guru masih diperkenankan untuk membantu siswa yang mungkin kesulitan untuk menemukan konsep dengan berperan sebagai pembimbing dan penunjuk jalan saat siswa berproses memperoleh pengetahuannya. Discovery learning dilaksanakan dengan beberapa tahap yaitu pemberian rangsangan, pernyataan/identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data, pembuktian, dan penarikan kesimpulan. Konsep pengetahuan awal siswa sangat diperlukan untuk mengkonstruksi pengetahuan. Konsep awal yang dipadukan dengan ide dan kreativitas siswa akan menghasilkan pengetahuan baru.

6. Perangkat Pembelajaran

Dalam Kamus Bahasa Indonesia perangkat adalah alat atau perlengkapan, sedangkan pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan orang belajar. Dapat disimpulkan bahwa, perangkat pembelajaran adalah alat atau perlengkapan untuk melaksanakan proses yang memungkinkan pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Trianto (2010:96) menyatakan bahwa perangkat pembelajaran adalah perangkat yang dipergunakan dalam pengelolaan proses pembelajaran. Menurut Siregar dan Hartini (2010) perangkat


(62)

pembelajaran merupakan seperangkat usaha yang dilakukan dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkontrol agar terdapat perubahan yang lebih baik pada diri siswa.

Daryanto dan Trasial (2012:154) mengungkapkan bahwa perangkat pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Perangkat pembelajaran meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), media pembelajaran, bahan ajar, dan evaluasi. Perangkat pembelajaran disusun dan dikembangkan oleh guru maupun peneliti sesuai kemampuan siswa. Adapun perangkat pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Silabus

Silabus dikembangkan dengan rujukan utama Standar Isi (Permen Diknas No 22 Tahun 2006). Silabus adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas dan penilaian hasil belajar (Sanjaya, 2006:26). Fadlillah (2014:135) mengungkapkan bahwa silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian,


(63)

penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dirumuskan di dalam silabus pada dasarnya ditunjukkan untuk memfasilitasi peserta didik menguasai SK/KD (Fathurrohman, 2013:199). Ruang lingkup silabus dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Kompetensi Inti

Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program.

2) Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar adalah kemampuan untuk mencapai kompetensi inti yang harus diperoleh peserta didik melalui pembelajaran.

3) Materi pembelajaran

Materi pembelajaran ialah setiap materi ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Materi pembelajaran ini harus mengacu pada kompetensi inti dan kompetensi dasar karena materi pembelajaran dibuat untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

4) Kegiatan pembelajaran

Kegiatan pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.


(64)

5) Penilaian

Penilaian ialah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian ini berfungsi untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.

6) Alokasi waktu

Alokasi waktu adalah beban waktu yang diberikan untuk setiap kompetensi yang akan dicapai. Alokasi waktu tersebut ditentukan berdasarkan keluasan materi yang diajarkan.

7) Sumber belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek, dan bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa silabus adalah rencana pembelajaran pada tema tertentu yang terdiri dari berbagai macam aspek. Aspek tersebut antara lain: materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus disusun untuk memfasilitasi peseta didik agar dapat menguasai SK/KD.


(65)

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan suatu rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus (Mulyasa, 2007:212). Sedangkan Sanjaya (2008:59) menyatakan bahwa RPP adalah program perencanaan yang disusun sebagai pedoman dalam proses pembelajaran untuk setiap kegiatan proses pembelajaran. Perencanaan ini merupakan penjabaran dari kompetensi inti dan kompetensi dasar yang selanjutnya dibuat materi pembelajaran lengkap dengan metode, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran.

Mengacu pada Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013, bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP mencakup: (1) data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD, dan indikator pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran dan metode pembelajaran; (6) media, alat, dan sumber belajar; (7) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; (8) penilaian. Idealnya sebuah RPP harus mencakup beberapa hal tersebut, dalam penelitian ini dihasilkan RPP dengan komponen sebagai berikut:


(66)

1) Jaring-jaring Tema

Jaring-jaring tema adalah pola hubungan antara tema tertentu dengan Kompetensi Inti dan Indikator dari berbagai bidang studi yang terkait.

2) Kompetensi Inti

Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program.

3) Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar adalah kemampuan untuk mencapai kompetensi inti yang harus diperoleh peserta didik melalui pembelajaran.

4) Indikator

Indikator adalah penanda pencapaian Kompetensi Dasar (KD). Indikator ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan.

5) Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah segala sesuatu yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran.

6) Materi pembelajaran

Materi pembelajaran adalah informasi, alat, teks dan segala bentuk bahan yang digunakan guru untuk membantu siswa


(67)

memahami kompetensi yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran.

7) Media dan alat pembelajaran

Media dan alat pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media pembelajaran membantu guru dalam menyalurkan pesan dan inti pokok yang akan disampaikan dalam pembelajaran. Bentuk media pembelajaran bermacam-macam antara lain berbentuk perangkat keras, perangkat lunak, audio maupun visual dsb.

8) Sumber belajar

Sumber belajar adalah sebuah alat atau bahan yang dijadikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran.

9) Pendekatan dan metode pembelajaran

Metode pembelajaran adalah suatu cara atau strategi yang digunakan untuk menyampaikan suatu materi tertentu dalam kegiatan pembelajaran sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal

10) Langkah-langkah pembelajaran

Langkah-langkah pembelajaran adalah tahap penerapan kegiatan pembelajaran yang memuat 5M (mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan).


(68)

11) Penilaian

Penilaian adalah suatu bentuk pengukuran untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau ketercapaian peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

12) Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah suatu bahan ajar cetak berupa lembaran berisi tugas panduan yang di dalamnya berisi petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah suatu perencanaan pelajaran yang dijabarkan dalam silabus. Rencana ini digunakan oleh pendidik sebagai patokan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. RPP memuat data sekolah, mata pelajaran, kelas/semester, materi pokok, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, KD, indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran dan metode pembelajaran, media, alat, dan sumber belajar, langkah-langkah kegiatan pembelajaran, dan penilaian.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran adalah segala perlengkapan belajar yang disusun untuk mendukung proses kegiatan belajar mengajar. Perangkat pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun melalui unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tercapainya tujuan


(69)

pembelajaran merupakan tolok ukur keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar.

7. Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Sadiman, 2006:6). Media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik dan sempurna (Kustandi, 2011:9). Ahli-ahli lain juga mempunyai pendapat yang berbeda, Sadiman (2006:7) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang, pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Pengertian tentang media pembelajaran yang lain yaitu media pembelajaran merupakan alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran (Djamarah & Aswan, 2010:121).

Azhar Arsyad (2005:6) menjelaskan bahwa media pendidikan memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:

a. media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan pancaindera


(1)

Peneliti memberikan bimbingan siswa sebelum melakukan wawancara

Siswa melakukan wawancara mengenai perbandingan

Siswa mempresentasikan perhitungan mereka mengenai perbandingan

Siswa mencari iklan dalam majalah atau koran

Siswa mengerjakan soal pada LKS Siswa melakukan wawancara mengenai budaya


(2)

Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan melakukan apersepsi

Siswa membuat iklan sederhana

Siswa mempresentasikan hasil iklan yang mereka buat

Guru membimbing siswa dalam menemukan kata-kata kurang baku

dalam bacaan

Siswa mempersiapkan alat-alat untuk melakukan percobaan


(3)

Siswa mengkonsultasikan pekerjaannya pada peneliti

Siswa menuliskan hasil kegiatan wawancara di papan tulis

Siswa membedakan bunyi alat musik untuk mengetahui pengertian harmoni

musik

Siswa merundingkan lagu yang akan dinyanyikan dan alat musik yang akan

digunakan dalam pementasan

Siswa mempresentasikan hasil tarian yang mereka buat

Siswa bernyanyi dengan iringan musik ritmis


(4)

(5)

(6)

Sriyani Wulandari lahir di Bantul, 10 Januari 1993.

Pendidikan dasar diperoleh di SD Negeri Maguwoharjo 1

Sleman Yogyakarta, tamat pada tahun 2005. Pendidikan

menengah pertama diperoleh di SMP Negeri Depok 4

Sleman Yogyakarta, tamat pada tahun 2008. Pendidikan

menengah atas diperoleh di SMA Negeri 9 Yogyakarta,

tamat pada tahun 2011.

Pada tahun 2011, penulis melanjutkan studi ke perguruan tinggi dan terdaftar

sebagai mahasiswi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Pendidikan di

perguruan tinggi diakhiri dengan menulis skripsi berjudul

Pengembangan Prototipe

Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 pada Kelas V dengan Tema 3 Kerukunan

Dalam Bermasyarakat

.

Pengembangan prototipe perangkat pembelajaran tersebut

dilakukan di SD Negeri Depok 1 Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta.