Pengembangan perangkat pembelajaran kurikulum 2013 untuk siswa kelas V pada tema 3 `Kerukunan dalam Bermasyarakat`.

(1)

ABSTRAK

Palupi, D. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 untuk Kelas V Sekolah Dasarpada Tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat”.

Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini berawal dari adanya permasalahan yang terjadi di lapangan berkaitan dengan pelaksanaan Kurikulum 2013. Permasalahan yang dihadapi guru adalah kesulitan dalam merumuskan kegiatan pembelajaran, menyediakan media pembelajaran dan melakukan penilaian karena tidak memiliki deskriptor untuk mengukur kompetensi inti sikap spiritual (KI-1) dan sikap sosial (KI-2). Oleh karena itu peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 untuk kelas V SD, sehingga tujuan penelitian ini adalah menghasilkan produk berupa perangkat pembelajaran untuk kelas V pada tema 3 “Kerukunan

dalam Bermasyarakat” dengan subtema 2 “Manfaat Hidup Rukun”.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D). yang menggunakan enam langkah R&D, yaitu: 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi desain dan 6) uji coba desain. Hasil penelitian pengembangan ini adalah produk berupa perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 untuk Kelas V sekolah dasar yang mengacu pada model pembelajaran project-based learning.Produk tersebut divalidasi oleh tiga validator dan memperoleh skor rerata sebanyak 4,72dengan kategori sangat baik sehingga layak diujicobakan.

Uji coba dilakukan di SDN Depok 1 dari tanggal 19 - 24 November 2014.Setelah peneliti melakukan uji coba dari wawancara akhir peneliti menemukan data jika perangkat pembelajaran yang dikembangkan peneliti membantu guru dalam: (a) merumuskan kegiatan pembelajaran dengan model project-based learning, (b) menyediakan media pembelajaran, (c) melakukan penilaian pada (KI-1) dan (KI-2).


(2)

ABSTRACT

Palupi, D. (2015). Developing Learning Materiel of Curriculum 2013 for Grade

V Students on Theme 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat”. Thesis. Yogyakarta: Sanata Dharma University.

This research and development was based on the problems that occurred in relation to the implementation of Curriculum 2013. The problems faced by teachers were some difficulties in formulating teaching activities, providing learning media, and conducting assessment because of the lack of descriptors to measure the core competences of spiritual attitude 1) and social attitudes (KI-2). Therefore, the researcher developed learning materiel of Curriculum 2013 for the fifth grade primary school studentsso that the purpose of this research was to design learning materiel on Theme 3, “Kerukunan dalam Bermasyarakat”

Sub-Theme 2, “Manfaat Hidup Rukun” for the fifth grade primary school.

This research used six steps of R&D, namely: 1) problems and potentials, 2) data collection, 3) product design, 4) design validation, 5) design revision, and 6) design trials. The result students this research was the learning of Curriculum 2013 designed for the fifth grade primary schoolthat was based on project-based learning model. The product was validated by three validators and received an average score of 4.72 and categoried as excellent and so feasible it was very qualified to be tried.

The trial was done at Depok 1 star Primary School from 19 - 24 November 2014. From the final interview conducted after the trials the researcher found out that the developed learning materiel could help teachers in: (a) formulating learning activities based on project-based learning model, (b) providing instructional media, and (c) making assessments on spiritual and social.


(3)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

KURIKULUM 2013 UNTUK KELAS V SEKOLAH DASAR

PADA TEMA 3 “KERUKUNAN DALAM BERMASYARAKAT”

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Dyah Ayu Palupi

NIM: 111134133

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

i

KURIKULUM 2013 UNTUK KELAS V SEKOLAH DASAR

PADA TEMA 3 “KERUKUNAN DALAM BERMASYARAKAT”

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Dyah Ayu Palupi

NIM: 111134133

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(5)

(6)

(7)

iv

Karya ini saya persembahkan untuk:

 Kedua orang tua saya Suwanto dan Poniyati, dan kedua adik saya Wahyu dan Purbo yang telah memberikan dukungan baik dengan doa, semangat,

dan materil sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik

dan lancar.

 Wisnu Hadi Rahaja yang selalu memberikan perhatian dan semangat.

 Program studi PGSD Universitas Sanata Dharma dan segenap anggota yang telah memberikan bekal pengetahuan akademik maupun pengalaman

langsung di lapangan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini


(8)

v

Kemajuan merupakan kata yang merdu. Tetapi perubahanlah

penggeraknya dan perubahan mempunyai banyak musuh”.

(Robert F. Kennedy)

"Orang yang menginginkan impiannya menjadi kenyataan, harus

menjaga diri agar tidak tertidur

”.


(9)

(10)

(11)

viii

Palupi, D. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 untuk Kelas V Sekolah Dasar pada Tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat”.

Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini berawal dari adanya permasalahan yang terjadi di lapangan berkaitan dengan pelaksanaan Kurikulum 2013. Permasalahan yang dihadapi guru adalah kesulitan dalam merumuskan kegiatan pembelajaran, menyediakan media pembelajaran dan melakukan penilaian karena tidak memiliki deskriptor untuk mengukur kompetensi inti sikap spiritual (KI-1) dan sikap sosial (KI-2). Oleh karena itu peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 untuk kelas V SD, sehingga tujuan penelitian ini adalah menghasilkan produk berupa perangkat pembelajaran untuk kelas V pada tema 3 “Kerukunan

dalam Bermasyarakat” dengan subtema 2 “Manfaat Hidup Rukun”.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D). yang menggunakan enam langkah R&D, yaitu: 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi desain dan 6) uji coba desain. Hasil penelitian pengembangan ini adalah produk berupa perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 untuk Kelas V sekolah dasar yang mengacu pada model pembelajaran project-based learning. Produk tersebut divalidasi oleh tiga validator dan memperoleh skor rerata sebanyak 4,72 dengan kategori sangat baik sehingga layak diujicobakan.

Uji coba dilakukan di SDN Depok 1 dari tanggal 19 - 24 November 2014. Setelah peneliti melakukan uji coba dari wawancara akhir peneliti menemukan data jika perangkat pembelajaran yang dikembangkan peneliti membantu guru dalam: (a) merumuskan kegiatan pembelajaran dengan model project-based learning, (b) menyediakan media pembelajaran, (c) melakukan penilaian pada (KI-1) dan (KI-2).


(12)

ix

Palupi, D. (2015). Developing Learning Materiel of Curriculum 2013 for Grade V Students on Theme 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat”. Thesis. Yogyakarta: Sanata Dharma University.

This research and development was based on the problems that occurred in relation to the implementation of Curriculum 2013. The problems faced by teachers were some difficulties in formulating teaching activities, providing learning media, and conducting assessment because of the lack of descriptors to measure the core competences of spiritual attitude 1) and social attitudes (KI-2). Therefore, the researcher developed learning materiel of Curriculum 2013 for the fifth grade primary school students so that the purpose of this research was to design learning materiel on Theme 3, “Kerukunan dalam Bermasyarakat”

Sub-Theme 2, “Manfaat Hidup Rukun” for the fifth grade primary school.

This research used six steps of R&D, namely: 1) problems and potentials, 2) data collection, 3) product design, 4) design validation, 5) design revision, and 6) design trials. The result students this research was the learning of Curriculum 2013 designed for the fifth grade primary school that was based on project-based learning model. The product was validated by three validators and received an average score of 4.72 and categoried as excellent and so feasible it was very qualified to be tried.

The trial was done at Depok 1 star Primary School from 19 - 24 November 2014. From the final interview conducted after the trials the researcher found out that the developed learning materiel could help teachers in: (a) formulating learning activities based on project-based learning model, (b) providing instructional media, and (c) making assessments on spiritual and social.


(13)

x

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah membukakan pintu rahmat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 untuk Kelas V Sekolah Dasar pada Tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat” dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penyelesaian skripsi ini banyak mengalami hambatan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak, maka penyelesaian skripsi ini menjadi lancar. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum. dosen pembimbing I, yang telah memberikan dorongan, motivasi dan perhatian sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Theresia Yunia Setyawan, S.Pd., M.Hum. dosen pembimbing II, yang dengan sabar meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan saran dan mengarahkan peneliti dalam penyususnan skripsi ini.

5. Laurentia Aptik, S.Ps. dan Rusmawan, S.Pd., M.Pd. validator pakar Kurikulum 2013 yang telah memberikan masukan yang sangat bermanfaat bagi peneliti untuk meningkatkan kualitas produk yang dikembangkan. 6. Sri Haryani Wahyu Lestari, M.Pd. Kepala Sekolah SDN Depok 1, yang

telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

7. Salmini, S.Pd, guru kelas V SDN Depok 1 yang telah memberikan masukan dan saran juga berperan serta dalam penelitian sehingga peneliti dapat melaksanakan penelitian dengan baik.

8. Siswa kelas VB SDN Depok 1 tahun ajaran 2014/2015 yang telah berpartisipasi aktif dalam proses penelitian ini.


(14)

(15)

xii

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ...viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Definisi Operasional... 7

G. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Kajian Pustaka ... 10

1. Kurikulum 2013 ... 10

a. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013 ... 11

b. Elemen Perubahan Kurikulum 2013 ... 14

2. Pendekatan Tematik Integratif... 17

a. Prinsip Pendekatan Tematik Integratif ... 18

b. Kelebihan Pendekatan Tematik Integratif ... 20


(16)

xiii

3. Pendekatan Saintifik ... 25

a. Karakteristik Pendekatan Saintifik ... 26

b. Hasil Belajar dalam Pendekatan Saintifik ... 27

c. Tujuan Pendekatan Saintifik ... 28

d. Pinsip Pendekatan Saintifik... 28

e. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik... 30

4. Penilaian Otentik ... 34

a. Karakteristik Penilaian Otentik ... 36

b. Bentuk-bentuk Penilaian Otentik ... 36

5. Pendidikan Karakter ... 38

a. Tujuan Pendidikan Karakter ... 40

b. Identifikasi Keberhasilan Program Pendidikan Karakter ... 41

c. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ... 43

6. Media Pembelajaran ... 47

a. Fungsi Media ... 47

b. Manfaat Media Pembelajaran ... 48

c. Ciri-ciri Media Pembelajaran ... 49

d. Jenis-jenis Media Pembelajaran ... 50

7. Perangkat Pembelajaran ... 51

a. Silabus ... 52

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 54

c. Instrumen Penilaian ... 55

8. Model Project-based Learning ... 56

a. Karakteristik Project-based Learning ... 57

b. Kelebihan Project-based Learning ... 58

c. Kelemahan Project-based Learning ... 59

d. Langkah-langkah Project-based Learning ... 60

9. Siswa Kelas V ... 62

a. Karakteristik Fisik ... 63

b. Karakteristik Sosial dan Emosional ... 63


(17)

xiv

B. Penelitian yang Relevan ... 66

C. Kerangka Berpikir ... 68

D. Pertanyaan Penelitian ... 70

BAB III METODE PENGEMBANGAN ... 71

A. Jenis Penelitian ... 71

B. Setting Penelitian ... 72

1. Lokasi Penelitian ... 72

2. Subjek Penelitian ... 72

3. Waktu Penelitian ... 73

C. Prosedur Pengembangan ... 73

1. Potensi dan Masalah ... 75

2. Pengumpulan Data ... 75

3. Desain Produk ... 75

4. Validasi Desain ... 77

5. Revisi Desain ... 77

6. Uji Coba Desain ... 78

D. Teknik Pengumpulan Data ... 78

1. Wawancara ... 78

2. Kuesioner ... 79

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 79

1. Wawancara ... 79

2. kuesioner ... 84

F. Teknik Analisis Data ... 87

BAB IV HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN ... 89

A. Hasil Penelitian Pengembangan ... 89

1. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 89

a. Potensi dan Masalah ... 89

b. Pengumpulan Data ... 90


(18)

xv

e. Revisi Desain ... 116

f. Uji Coba Produk ... 118

2. Kualitas Perangkat Pembelajaran ... 135

a. Analisis Data ... 135

b. Wawancara Akhir... 142

c. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 145

B.Pembahasan ... 159

1. Perangkat Pembelajaran Menjawab Permasalahan Guru ... 159

a. Perangkat Pembelajaran yang dikembangkan Menggunakan Model project-based learning ... 160

b. Perangkat Pembelajaran Memuat Media yang Membantu Pembelajaran ... 164

c. Perangkat Pembelajaran Memuat Rubrik Penilaian (KI-1), (KI-2), (KI-3), dan (KI-4) ... 166

2. Kelebihan dan Kekurangan Produk ... 169

a. Kelebihan Produk ... 169

b. Kekurangan Produk ... 170

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN, DAN SARAN ... 172

A. Kesimpulan ... 172

B. Keterbatasan Pengembangan ... 173

C. Saran ... 173

DAFTAR PUSTAKA ... 175


(19)

xvi

Gambar 2.1 Skema Hasil Belajar dalam Pendekatan Saintifik

(Daryanto, 2014:53) ... 27

Gambar 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Sanitifik ... 33

Gambar 2.3 Literatur Map Penelitian yang Relevan ... 68

Gambar 3.1 Langkah-langkah metode penelitian R&D ... 72

Gambar 3.2 Langka-langkah Penelitian ... 74

Gambar 4.1 Siswa membuat proyek ... 120

Gambar 4.2 Diagram Batang Penilaian Dosen I ... 136

Gambar 4.3 Diagram Batang Penilaian Dosen II ... 137

Gambar 4.4 Diagram Batang Penilaian Dosen I dan II ... 130

Gambar 4.5 Diagram Batang Penilaian Guru ... 140

Gambar 4.6 Diagram Batang Rekapitulasi Penilaian ... 142

Gambar 4.7 Siswa Mendengarkan Penjelasan dalam Membuat Poster ... 161

Gambar 4.8 Siswa Membuat Media Majalah Dinding... 165

Gambar 4.9 Siswa Mengerjakan Tugas Sebagai Salah Satu Indikator Penilaian ... 167


(20)

xvii

Tabel 2.1 Pola Pikir Perumusan Kurikulum ... 15

Tabel 2.2 Kegiatan Pembelajaran Saintifik ... 32

Tabel 2.3 Indikator Sikap Tanggung Jawab (Kurniasih & Sani, 2014:69) ... 44

Tabel 2.4 Indikator Sikap Disiplin (Kurniasih & Sani, 2014:68) ... 45

Tabel 2.5 Indikator Sikap Percaya Diri (Kurniasih & Sani, 2014:72) ... 46

Tabel 3.1 Pengembangan perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 ... 76

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Wawancara Awal ... 80

Tabel 3.3 Pertanyaan Wawancara Awal ... 81

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Wawancara Akhir ... 82

Tabel 3.5 Pertanyaan Wawancara Akhir ... 83

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Kuesioner Validasi ... 84

Tabel 3.7 Kuesioner Validasi ... 85

Tabel 3.8 Kriteria Skor Skala Lima ... 87

Tabel 4.1 Konversi Nilai Skala Lima ... 99

Tabel 4.2 Kriteria Skor Skala Lima ... 101

Tabel 4.3 Validasi RPP Pembelajaran 1 ... 102

Tabel 4.4 Validasi RPP Pembelajaran 2 ... 105

Tabel 4.5 Validasi RPP Pembelajaran 3 ... 109

Tabel 4.6 Penilaian Pembelajaran 1 ... 121

Tabel 4.7 Penilaian Pembelajaran 6 ... 126

Tabel 4.8 Lembar Umpan Balik Pembelajaran 1 ... 129

Tabel 4.9 LembarUmpan Balik Pembelajaran 2 ... 132

Tabel 4.10 Analisis Data Penilaian Dosen I... 136

Tabel 4.11 Analisis Data Penilaian Dosen II ... 137

Tabel 4.12 Rekapitulasi Penilaian Dosen Ahli Kurikulum 2013 ... 138

Tabel 4.13 Analisis dan Rekapitulasi Data Penilaian Guru ... 140

Tabel 4.14 Rekapitulasi Validasi ... 141

Tabel 4.15 Contoh Penggunaan EYD pada Pembelajaran 1 ... 145

Tabel 4.16 Contoh Perumusan Indikator Pembelajaran pada Pembelajaran 2 ... 146

Tabel 4.17 Contoh Penggunaan Pendekatan Tematik Integratif pada Pembelajaran 3 ... 153

Tabel 4.18 Contoh Penggunaan Model Project-based Learning pada Pembelajaran 4 ... 153

Tabel 4.19 Contoh Penggunaan Penilaian Otentik Sikap Tanggung Jawab pada Pembelajaran 5 ... 157

Tabel 4.20 Contoh Lembar penilaian sikap tanggung jawab pada Pembelajaran 5 ... 159


(21)

xviii

Lampiran 1 Pertanyaan Wawancara Awal ... 179

Lampiran 2 Instrumen Validasi ... 180

Lampiran 3 Pertanyaan Wawancara Akhir ... 183

Lampiran 4 Hasil Wawancara Awal ... 184

Lampiran 5 Lembar Penilaian Validasi Ahli I ... 206

Lampiran 6 Lembar Penilaian Validasi Ahli II ... 216

Lampiran 7 Lembar Penilaian Validasi Guru Kelas V SD ... 226

Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa dan Balikan ... 244

Lampiran 9 Hasil Wawancara Akhir... 327

Lampiran 10 Surat Ijin Melakukan Penelitian ... 332

Lampiran 11 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 333

Lampiran 12 Foto-foto Penelitian ... 334


(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab I akan membahas latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan spesifikasi

produk yang dikembangkan.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kegiatan belajar mengajar untuk menghasilkan

sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pendidikan dapat diupayakan

berkembangnya pribadi-pribadi yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri

dan lingkungan sekitarnya atau pribadi-pribadi yang berkarakter. Pendidikan

karakter membantu manusia menjadi mandiri, dewasa, dan utuh. Pendidikan

karakter merupakan pendidikan yang bertujuan untuk memuliakan manusia,

hal ini merupakan hakikat praksi pendidikan yang mengarah pada usaha

untuk mengantar dan menolong anak didik agar dapat mengenali dan

mengembangkan potensi dirinya sebagai manusia yang mandiri, dewasa, dan

utuh (Kurniawan, 2013). Dari pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa pendidikan karakter pada hakekatnya merupakan pendidikan yang

diterapkan dengan tujuan sebagai pemuliaan manusia agar dapat

mengembangkan potensi diri menjadi manusia yang mandiri, dewasa, dan


(23)

Saat ini pemerintah secara serentak telah mensosialisasikan pendidikan

karakter di sekolah. Guru dituntut untuk mampu membentuk karakter siswa.

Kurikulum 2013 disusun dengan tujuan untuk membentuk karakter siswa

mulai dari jenjang SD hingga SLTA. Menurut (Nuh dkk, 2014:3-4) Kekhasan

Kurikulum 2013 ada kompetensi inti sikap, kompetensi inti pengetahuan dan

kompetensi inti ketrampilan. Tiga kompetensi tersebut ada dalam setiap rubrik

penilaian Kurikulum 2013 yang diterapkan dan dilihat dalam penilaian sikap,

penilaian pengetahuan, dan penilaian keterampilan. Selain itu kompetensi

tersebut merupakan isi dari kurikulum 2013 yang tercantum dalam

Kompetensi Inti (KI) yang secara lebih rinci dinyatakan dalam Kompetensi

Dasar (KD). Kompetensi inti tersebut dirumuskan untuk mencapai Standar

Kompetensi Lulusan (SKL). Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi

yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema tertentu (Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan, 2014).

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menggunakan sistem

pembelajaran saintifik dengan maksud untuk memberi pemahaman pada

peserta didik bahwa informasi bisa didapat dari berbagai sumber tidak

bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu pembelajaran

diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai

sumber, bukan diberi tahu (Majid, 2004:194). Pembelajaran Kurikulum 2013

juga mengandung unsur 5M yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar,

mengkomunikasikan. Unsur-unsur tersebut memiliki tujuan untuk membentuk


(24)

tahap-tahap perkembangan siswa. Menurut Piaget (2010) perkembangan intelektual

pada siswa sekolah dasar berada pada usia 7-12 tahun, pada usia tersebut anak

berada pada tahap operasional konkret yang ditandai oleh kemampuan

berpikir konkret dan mendalam, pemikiran siswa tentang benda-benda dapat

dimanipulasi atau dikenal melalui indera. Jadi siswa pada tahap ini sudah

dapat berpikir konkret tentang benda-benda yang berada di lingkungan

sekitarnya. Menteri Pendidikan Nasional telah mengeluarkan buku

pembelajaran berbasis Kurikulum 2013, yang menerbitkan buku siswa dan

buku guru untuk mempermudah dalam memiliki pandangan mengenai

kegiatan 5M.

Seluruh hal mengenai penjabaran Kurikulum 2013 di atas belum

terealisasi dengan baik. Dari hasil wawancara kepada sembilan guru di SDN

Depok 1, SDN Ngenthak Mangir, SDN 2 Mojayan Klaten, SDN Caturtunggal

6, SD Mutiara Persada, SDN Walitelon 2 Temanggung, SD Tumbu, SD K

Pugeran didapatkan data tentang permasalahan yang berkaitan dengan

merumuskan kegiatan pembelajaran yang memuat 5M, penyediaan media

pembelajaran, dan penilaian.

Pertama, merumuskan kegiatan pembelajaran yang memuat 5M.

Terdapat tujuh guru (78%) yang mengalami kesulitan dalam merumuskan

kegiatan yang memuat 5M. Kesulitan yang dialami adalah guru mengalami

kebingungan dalam menyusun proses pembelajaran menggunakan

langkah-langkah 5M secara berkesinambungan berkaitan dengan penggunaan model


(25)

pembelajaran. Kedua, dalam penyediaan media pembelajaran. Sembilan guru

(100%) mengalami kesulitan, guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk

membuat media pembelajaran dan memiliki keterbatasan untuk menyediakan

sarana dan prasarana. Ketiga, dalam penilaian empat kompetensi yang

dilakukan guru pada setiap pembelajaran. Sembilan guru (100%) mengalami

kesulitan untuk melakukan penilaian pada (KI-1), (KI-2), (KI-3) dan (KI-4).

Kesulitan yang dialami oleh guru antara lain, pada (KI-3) guru mengalami

kesulitan dalam hal mengaitkan antar pelajaran serta keterbatasan waktu.

Kemudian dalam menilai (KI-1), (KI-2), dan (KI-4) guru menggunakan acuan

dari buku yang diberikan oleh pemerintah, namun guru-guru tersebut

menyatakan bahwa acuan penilaian dari pemeritah belum memuat diskripsi

yang jelas sehingga guru-guru tersebut masih mengalami kesulitan dalam

pelaksanaan penilaian.

Dari permasalahan yang dialami oleh guru-guru tersebut maka peneliti

terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan dengan judul

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 untuk Kelas V

Sekolah Dasar pada Tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat”. Penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk

mengembangkan produk atau penyempurnaan produk. Produk tersebut dapat

berbentuk benda atau perangkat keras, seperti buku, modul, alat bantu

pembelajaran di kelas atau di laboratorium atau juga perangkat lunak

(software) seperti program komputer, model pembelajaran dan lain-lain


(26)

perangkat pembelajaran untuk kelas V Sekolah Dasar pada tema 3

“Kerukunan dalam Bermasyarakat” dengan subtema 2 “Manfaat Hidup Rukun”.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini akan membahas

masalah upaya pengembangan perangkat pembelajaran siswa berdasarkan

Kurikulum 2013. Dalam penelitian ini perangkat pembelajaran dikembangkan

dengan memasukkan model project-based learning dalam pelaksanaan

pembelajarannya. Kelayakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan

akan diuji melalui tahap validasi dan tahap uji produk. Penelitian ini

dilaksanakan khusus untuk kelas V SD N Depok 1 Tahun Ajaran 2014/2015

pada tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat” subtema 2 “Manfaat Hidup Rukun”.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pengembangan perangkat pembelajaran Kurikulum

2013 kelas V tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat”?

2. Bagaimanakah kualitas perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 yang


(27)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan proses pengembangan perangkat pembelajaran Kurikulum

2013 kelas V tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat”.

2. Mendiskripsikan kualitas perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 yang

layak untuk kelas V pada tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat”.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian pengembangan ini diharap dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Dapat memberikan informasi mengenai pengembangan perangkat

pembelajaran bagi penelitian yang akan datang dengan tema serupa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Guru akan mendapatkan masukan dan lebih mengenal

model-model pembelajaran dalam Kurikulum 2013 terutama model-model

project-based learning. Guru juga terbantu dalam melakukan penilaian sikap

spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan siswa.

b. Bagi Siswa

Siswa mendapat pengalaman belajar materi tema 3

“Kerukunan dalam Bermasyarakat” subtema 2 “Manfaat Hidup


(28)

Melalui model project-based learning siswa dapat mencapai

kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

c. Bagi Peneliti

1) Peneliti mendapatkan pengalaman berharga dalam usaha

pengembangan perangkat pembelajaran Kurikulum 2013.

2) Menambah wawasan peneliti dengan menggunakan model

pembelajaran pada Kurikulum 2013

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman maka peneliti menguraikan

beberapa hal batasan istilah sebagai berikut:

1. Perangkat Pembelajaran adalah serangkaian proses atau kegiatan yang

dilakukan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran berdasarkan teori

pengembangan yang telah ada.

2. Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang bertujuan untuk mrngrmbangkan

karakter siswa sehingga siswa memiliki kebiasaan melakukan pola pikir

(KI-3), olah hati (KI-1&KI-2), dan olah rasa dan karsa (KI-4).

3. Pendekatan tematik integratif adalah pendekatan yang mempelajari

berbagai mata pelajaran dengan mengaitkan pelajaran dalam satu tema

yang dekat dengan lingkungan sekitar dan kegiatan sehari-hari sebagai


(29)

4. Siswa kelas V adalah siswa yang berada pada level atau tingkatan kelas di

sekolah dasar yang rata-rata diduduki oleh sekumpulan siswa pada usia

10-11 tahun dan sudah masuk pada tahap operasional konkret .

5. Tema 3 ”Kerukunan dalam Bermasyarakat adalah suatu konsep yang mengarah pada kesepatan yang dibuat untuk terciptanya rasa rukun dalam

lingkungan masyarakat.

6. Model project-based learning adalah model pembelajaran yang

menggunakan kegiatan sebagai media untuk mengumpulkan informasi

baru berdasarkan pengalaman dalam beraktifitas secara nyata.

G. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

1. Perangkat pembelajaran disusun berdasarkan Kurikulum 2013 pada

kelas V dengan tema 3 “ Kerukunandalam Bermasyarakat” dan subtema

2” Manfaat Hidup Rukun”.

2. Perangkat pembelajaran disusun dengan menggunakan pembelajaran

tematik integratif.

3. Perangkat pembelajaran disusun untuk mengembangkan karakter siswa

kelas V yang mengacu pada kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial

(tanggung jawab, disiplin, percaya diri), pengetahuan, dan keterampilan

(keterampilan berbicara, membuat mading, membuat rangkaian listrik,

poster, papan ilmu, dan menulis tegak bersambung).

4. Perangkat pembelajaran disusun dengan menerapkan pendekatan


(30)

5. Perangkat pembelajaran dilengkapi rubrik penilaian yang memuat

deskriptor-deskriptor (KI-1) (rasa syukur), (KI-2) (tanggung jawab,

disiplin, percaya diri) (KI-4) (keterampilan berbicara, membuat mading,

portofolio, kliping, membuat rangkaian listrik, poster, papan ilmu, dan

menulis tegak bersambung).

6. Perangkat pembelajaran dilengkapi dengan enam media pembelajaran


(31)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II ini berisikan kajian pustaka yang menjelaskan tentang kurikulum

2013, pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, penilaian otentik,

pendidikan karakter, media pembelajaran, perangkat pembelajaran, model

pembelajaran project-based learning, penelitian yang relevan, kerangka berpikir

dan pertanyaan penelitian.

A. Kajian Pustaka 1. Kurikulum 2013

Secara konseptual, kurikulum adalah suatu respon pendidikan

terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi

muda bangsanya (Daryanto, 2014:1). Berdasarkan fungsi dan tujuan

pendidikan nasional maka pengembangan kurikulum haruslah berakar

pada budaya bangsa, kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa

di masa mendatang. Kurikulum 2013 merupakan langkah pengembangan

dari kurikulum sebelumnya. Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan

pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, perluasan dan pendalaman

materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar

agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa


(32)

Secara lebih rinci, Kemendikbud (2014:3-4) memaparkan bahwa

Kurikulum 2013 disusun dengan tujuan untuk membentuk karakter siswa

mulai dari jenjang SD sampai SLTA. Kekhasan kurikulum 2013 terdiri

atas kompetensi inti sikap, yang meliputi sikap spiritual dan sikap sosial,

kompetensi inti pengetahuan dan kompetensi inti ketrampilan.

Kemendikbud (2014:2) memberikan penjelasan lebih lanjut bahwa

Kurikulum 2013 dikembangkan berbasis pada kompetensi sangat

diperlukan sebagai intrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi:

1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan

zaman yang selalu berubah; 2) manusia terdidik yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri; dan 3) warga Negara yang demokratis,

bertanggungjawab. Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah

lanjutan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah

dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi

sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.

a. Rasional Perubahan Kurikulum SD 2013

Pendidikan berakar dari budaya bangsa, di mana proses

pendidikan adalah suatu proses pengembangan potensi peserta didik

sehingga mereka mampu menjadi pewaris dan pengembang budaya

bangsa (Daryanto, 2014:1). Rasional perubahan kurikulum 2013

dilakukan dengan mempertimbangkan tantangan internal maupun


(33)

pendidikan, seperti bayangan masa depan, kompetensi yang

dibutuhkan, persepsi masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi, bahkan pengaruh negatif dari luar (Kemendikbud:

2013). Sedangkan tantangan internalnya datang dari dalam pendidikan

itu sendiri. Terdapat delapan proses yang dianggap sebagai tantangan

internal yang mempengaruhi pengembangan Kurikulum 2013.

Delapan standar proses tersebut adalah:

1) Standar pengelolaan

Standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan

pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi atau

nasional agar tercapai evisiensi dan efektivitas penyelenggaraan

pendidikan.

2) Standar biaya

Standar yang membiayai proses belajar mengajar siswa

selama satu tahun atau standar yang mengatur komponen besarnya

biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.

3) Standar sarana dan prasarana

Standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria

minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat ibadah,

perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain,


(34)

diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk

penggunaan ilmu teknologi dan komunikasi.

4) Standar pendidik dan tenaga kependidikan

Kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun

mental, serta pendidikan dalam jabatan.

5) Standar isi

Ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang

dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan,

kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus

pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang

dan jenis pendidikan tertentu.

6) Standar proses

Standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan

pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk

mencapai standar kompetensi lulusan.

7) Standar penilaian

Standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan

mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar

peserta didik.

8) Standar kompetensi lulusan

Kualifikasi kemampuan lulusan yang menyangkut sikap,


(35)

Delapan standar proses tersebut merupakan tantangan yang datang

dari dalam (Kemendikbud, 2014).

b. Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013

Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan akan

terwujud apabila terjadi pergeseran atau perubahan pola pikir dalam

proses pembelajaran. Kondisi saat ini masih kurang untuk

mempersiapkan kebutuhan masa depan sehingga perlu dilakukan

pergeseran proses pembelajaran. Menurut (Kemendikbud, 2014:70),

pergeseran proses pembelajaran yang harus dilakukan adalah sebagai

berikut:

1) dari berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa

2) dari satu arah menuju interaktif

3) dari isolatif menuju ke lingkungan jejaring

4) dari pasif menuju ke aktif – menyelidiki 5) dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata

6) dari pembelajaran pribadi menuju kepembelajaran berbasis tim

7) dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah

keterikatan

8) dari stimulasi rasa tunggal menuju ke stimulasi ke segala penjuru

9) dari alat tunggal menuju ke alat multimedia

10)dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif

11)dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan


(36)

13)dari satu ilmu pengetahuan menuju pengetahuan disiplin jamak

14)dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan

15)dari pemikiran faktual menuju kritis

16)dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan

Sejalan dengan hal di atas, penyempurnaan pola pikir dan

penggunaan pendekatan baru perlu dilakukan dalam perumusan

Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Perumusan SKL di dalam KBK

2004 dan KTSP 2006 yang diturunkan dari Standar Isi (SI) harus

diubah menjadi perumusan yang diturunkan dari kebutuhan.

Penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 2.1 Pola Pikir Perumusan Kurikulum

No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013

1 Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi

Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan. 2 Standar Isi dirumuskan

berdasarkan Tujuan Mata Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran.

Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran.

3 Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan, dan pembentuk pengetahuan.

Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan


(37)

No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013

4 Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran.

Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. 5 Mata pelajaran lepas satu

dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah.

Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas).

6 Kurikulum adalah bagian dari Standar Isi.

Kurikulum adalah turunan dari SKL, SI, Proses, Penilaian.

Berdasarkan tabel di atas Kurikulum 2013 memiliki kelebihan

dalam penyempurnaan pola pikir perumusan dibandingkan KBK 2004

dan KTSP 2006. Berikut adalah kelebihan-kelebihan lain yang

ditonjolkan dari Kurikulum 2013 menurut Daryanto (2014:6):

1) Waktu yang dibutuhkan dalam menyiapkan buku teks, pelatihan

guru, administrasi sekolah, budaya sekolah.

2) Memudahkan proses pendampingan karena jumlah kelas masih

relatif terbatas.

3) Dapat dilakukan penyempurnaan untuk tahun berikutnya.

4) Tidak menyebabkan perubahan ditengah jalan bagi peserta didik

karena implementasi dimulai dari awal tahapan jenjang satuan

pendidikan.

5) Tidak mengganggu siswa yang sudah berada pada tahap akhir


(38)

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang menata ulang

standar nasional pendidikan sehingga berlaku menjadi sebuah

penyempurnaan bagi pendidikan nasional. Perubahan kurikulum

dilakukan dengan mempertimbangkan tantangan internal maupun

tantangan eksternal. Tantangan internal datang dari dalam pendidikan

sedangkan tantangan eksternal berasal dari luar pendidikan. Kondisi yang

masih kurang untuk mempersiapkan masa depan juga mempengaruhi

perubahan kurikulum. Pemerintah melakukan pergeseran proses

pembelajaran dengan penyempurnaan pola pikir dan penggunaan

pendekatan baru dalam merumuskan Standar Kompetensi Lulusan (SKL),

maka dari itu Kurikulum 2013 ini memiliki kelebihan-kelebihan yang

ditonjolkan.

2. Pendekatan Tematik Integratif

Pendekatan tematik integratif adalah salah satu model

pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu

sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu

maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta

prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik (Majid, 2014).

Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang

menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga


(39)

Kemendikbud (2013:137) menjelaskan bahwa pendekatan tematik

integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan

berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai

tema. Kemudian menurut Trianto (2009:80), pendekatan tematik adalah

pendekatan edukasional yang mempersiapkan siswa untuk menghadapi

pembelajaran seumur hidup.

Mulyasa (2014:170) menambahkan bahwa pada Kurikulum 2013

pembelajaran disemua tingkatan kelas rendah maupun kelas tinggi

dilaksanakan secara tematik integratif sehingga mata pelajaran tidak

disajikan secara terpisah melainkan berdasarkan tema, lalu

dikombinasikan dengan mata pelajaran yang saling berkaitan. Pendekatan

tematik integratif menawarkan model-model pembelajaran yang

menjadikan aktivitas menjadi relevan dan penuh makna bagi siswa, baik

aktifitas formal maupun informal, meliputi pembelajaran inquiry secara

aktif sampai dengan penyerapan pengetahuan dan fakta secara pasif,

dengan memberdayakan pengetahuan dan pengalaman siswa untuk

membantunya mengerti dan memahami dunia kehidupannya (Trianto,

2014).

a. Prinsip Pendekatan Tematik Integratif

Pengajaran tematik tidak boleh bertentangan dengan tujuan

kurikulum yang berlaku, tetapi sebaliknya pembelajaran tematik harus

mendukung pencapaian tujuan pembelajaran yang memuat dalam


(40)

perlu pertimbangan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan,

kebutuhan, dan pengetahuan awal (Trianto, 2014:84-85). Menurut

Sukardi (dalam Sugiyanto, 2007) secara umum prinsip-prinsip

pendekatan tematik dapat diklasifikasikan menjadi:

1) prinsip penggalian tema

Prinsip penggalian tema merupakan prinsip utama (fokus)

dalam pembelajaran tematik. Artinya, tema-tema yang saling

tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam

pembelajaran.

2) prinsip pengelolaan pembelajaran

Pengelolaan pembelajaran dapat optimal apabila guru

mampu menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses. Artinya,

guru harus mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan

mediator dalam proses pembelajaran.

3) prinsip evaluasi

Evaluasi pada dasarnya menjadi fokus pada setiap kegiatan.

Bagaimana suatu kerja dapat diketahui hasilnya apabila tidak

dilakukan evaluasi. Pelaksanaan evaluasi dalam pembelajaran

tematik memerlukan beberapa langkah sebagai berikut:

a) Memberi kesempatan siswa untuk melakukan evaluasi diri


(41)

a) Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan

belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan

pencapaian tujuan yang akan dicapai.

4) prinsip reaksi

Dampak pengiring, bagi perilaku secara sadar belum

tersentuh oleh guru dalam KBM. Karena itu, guru dituntut agar

mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran secara

tuntas sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran.

b. Kelebihan Pendekatan Tematik Integratif

Pendekatan tematik sebagai bagian dari pembelajaran terpadu

memiliki banyak kelebihan yang dapat dicapai. Berikut adalah

kelebihan pendekatan tematik menurut Panduan KTSP (dalam Trianto,

2014:83):

1) Memudahkan pemusatan perhatian pada satu tema tertentu.

2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan

berbagai kompetensi dasar antara isi mata pelajaran dalam tema

yang sama.

3) Pemahaman materi mata pelajaran lebih mendalam dan berkesan.

4) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan

mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.

5) Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajar karena materi


(42)

6) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam

situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam

suatu mata pelajaran dan sekaligus dapat mempelajari mata

pelajaran lain.

7) Guru dapat menghemat waktu sebab mata pelajaran yang disajikan

secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus, dan diberikan dalam

dua atau tiga pertemuan, dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan

untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan materi.

Rusman dalam (Prastowo, 2014:69) menambahkan kelebihan

pendekatan tematik sebagai berikut:

1) Pengamalan dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat

perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.

2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran

tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.

3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa

sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama.

4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa.

5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan

permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya.

6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerja sama,


(43)

c. Keterbatasan Pendekatan Tematik Integratif

Disamping kelebihan, pendekatan tematik integratif memiliki

keterbatasan terutama dalam pelaksanaannya. Menurut (Majid,

2014:93-94), keterbatasan dalam pendekatan tematik integratif

adalah:

1) Aspek guru

Guru harus berwawasan luas, memiliki aktivitas tinggi,

keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang

tinggi, berani mengemas dan mengembangkan materi.

2) Aspek peserta didik

Pendekatan tematik integratif menuntut kemampuan

belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya.

3) Aspek sarana dan sumber pembelajaran

Pendekatan tematik integratif memerlukan bahan bacaan

atau sumber informasi yang cukup banyak yang bervariasi,

mungkin juga fasilitas internet.

4) Aspek kurikulum

Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian

ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian

target penyampaian materi).


(44)

Pendekatan tematik integratif membutuhkan cara penilaian

yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan

belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang

dipadukan.

d. Karakteristik Pendekatan Tematik Integratif

Pembelajaran tematik sebagai bagian dari pembelajaran

terpadu juga memiliki karakter sebagaimana pembelajaran terpadu.

Menurut Depdikbud (dalam Trianto, 2014:93-94), pendekatan tematik

integratif sebagai suatu proses memiliki beberapa karakteristik yaitu:

1) holistik

Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian

dalam pendekatan tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang

kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.

2) bermakna

Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek

seperti yang sudah dijelaskan di atas, memungkinkan

terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang

berhubungan yang disebut skemata. Hal ini akan berdampak pada

kebermaknaan dari materi yang dipelajari.

3) otentik

Pendekatan tematik integratif memungkinkan siswa

memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin


(45)

memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan sekedar

pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh

sifatnya menjadi lebih otentik. Misalnya, hukum pemantulan

cahaya diperoleh oleh siswa melalui kegiatan eksperimen. Guru

lebih banyak bersifat sebagai fasilitator, sedangkan siswa

bertindak sebagai aktor pencari informasi dan pengetahuan. Guru

memberikan bimbingan ke arah mana yang dilalui dan

memberikan fasilitas seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan

tersebut.

4) aktif

Pendekatan tematik integratif menekankan keaktifan siswa

dalam pembelajaran baik secara fisik, mental, dan intelektual,

maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang optimal

dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan siswa

sehingga mereka termotivasi untuk terus-menerus belajar. Dengan

demikian pendekatan tematik integratif bukan semata-mata

merancang aktivitas-aktivitas dari masing-masing mata pelajaran

yang saling terkait. Pendekatan tematik integratif bisa saja

dikembangkan dari suatu tema yang disepakati bersama dengan

melirik aspek-aspek kurikulum yang bisa dipelajarai secara

bersama melalui pengembangan tema tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa


(46)

berbagai mata pelajaran dengan mengaitkannya dalam satu tema sebagai

persiapan siswa untuk mengadapi pelajaran hidup. Pendekatan tematik

memiliki model-model yang menjadikan aktifitas menjadi relevan dan

penuh makna. Pendekatan tematik sebagai bagian dari pembelajaran

terpadu memiliki banyak keuntungan yang dapat dicapai bagi guru

maupun siswa. Secara umum pendekatan tematik memiliki prinsip-prinsip

pembelajaran yang dapat diklarifikasikan menjadi empat prinsip yaitu

prinsip penggalian tema, prinsip pengelolaan pembelajaran, prinsip

evaluasi, prinsip reaksi. Ada empat karakteristik yang dimiliki pendekatan

tematik integratif yaitu, holistik, bermakna, otentik, aktif. Pendekatan

tematik integratif juga memiliki kelebihan yang menjadikan kegiatan

pembelajaran menjadi lebih berbobot dan menekankan pada permasalahan

yang sering dijumpai oleh siswa pada kesehariannya. Kelebihan tersebut

juga diikuti dengan keterbatasan yang terdapat dalam pelaksanaannya.

3. Pendekatan Saintifik

Implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan

pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang agar

peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui

tahap-tahap mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik

kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip yang

telah ditentukan (Hosnan, 2014). Menurut Daryanto (2014), pembelajaran


(47)

agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip

melalui tahap-tahap mengamati, merumuskan masalah, merumuskan

hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,

menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip.

Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman

kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi

menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana

saja, kapan saja tidak tergantung pada informasi searah dari guru

(Daryanto, 2014). Metode saintifik sangat relevan dengan teori belajar

Burner, sehingga terdapat keterkaitan antara keduanya. Menurut Daryanto

(2014), metode saintifik memiliki empat hal pokok yang berkaitan dengan

teori Bruner. Pertama, seseorang belajar mengembangkan pikirannya bila

ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan kegiatan kognitif

dalam proses melakukan penemuan, siswa akan merasakan sensasi dan

memperoleh kepuasan intelektual yang merupakan suatu penghargaan

intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari

teknik dalam melakukan sebuah penemuan. Keempat, melakukan

penemuan maka akan memperkuat resensi ingatan.

a. Karakteristik Pendekatan Saintifik

Menurut Daryanto (2014:53) pembelajaran dengan metode

saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:


(48)

2) melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi

konsep, hukum atau prinsip

3) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam

merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan

berpikir tingkat tinggi siswa

4) dapat mengembangkan karakter siswa

b. Hasil Belajar dalam Pendekatan Saintifik

Hasil belajar menghasilkan peserta didik yang produktif,

kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan,

dan penguatan yang terintegrasi. Hal tersebut dapat dilihat pada

gambar skema hasil belajar berikut ini:

Sikap

(Tahu Mengapa)

Produktif

Inovatif

Keterampilan Kreatif Pengetahuan

(Tahu Bagaimana) Afektif (Tahu Apa)

Gambar 2.1 Skema Hasil Belajar dalam Pendekatan Saintifik (Daryanto, 2014:53)

Gambar di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran

saintifik ranah sikap mencakup materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa”. Ranah keterampilan mencakup materi agar peserta didik


(49)

“tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan mencakup materi ajar agar peserta didik “tahu apa. Hasil akhirnya peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan menjadi manusia yang baik (soft skill), dan

manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup layak

(hard skill) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap,

keterampilan, dan pengetahuan (Daryanto, 2014).

c. Tujuan Pendekatan Saintifik

Tujuan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan

pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan

saintifik (Daryanto, 2014:54) adalah:

1) untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan

berpikir tingkat tinggi siswa

2) untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu

masalah secara sistematik

3) terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa

belajar itu merupakan suatu kebutuhan

4) diperoleh hasil belajar yang tinggi

5) untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya

dalam menulis artikel ilmiah

6) untuk mengembangkan karakter siswa

d. Prinsip Pendekatan Saintifik

Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan


(50)

1) Pembelajaran berpusat pada siswa.

Kegiatan pembelajaran pada pendekatan saintifik

mendorong siswa untuk lebih berperan aktif dalam proses

pembelajaran.

2) Pembelajaran membentuk diri siswa.

Pembelajaran dalam pendekatan saintifik membentuk diri

siswa.

3) Pembelajaran terhindar dari verbalisme.

Pembelajaran yang berlangsung tidak menggunakan terlalu

banyak kata-kata dalam menjelaskan isi pelajaran atau terlalu

banyak memberikan contoh-contoh dan ilustrasi.

4) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.

5) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan

berpikir siswa.

Kegiatan pembelajaran yang menekankan keaktifan dan

kemandirian siswa mendorong siswa untuk selalu berpikir dalam

memecahkan masalah yang ada sehingga dapat melatih

kemampuan berpikir siswa.

6) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi

mengajar guru.

Proses kegiatan pembelajaran yang mengutamakan keaktifan


(51)

menandakan antusias siswa terhadap kegiatan pembelajaran

sehingga menumbuhkan motivasi mengajar pada guru.

7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan

dalam komunikasi.

Pendekatan saintifik melatih siswa dalam kemampuan

berkomunikasi

8) Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang

dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

e. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua

jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik.

Hosnan (2014:39-77) memaparkan bahwa langkah-langkah pendekatan

saintifik dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013 adalah sebagai

berikut:

1) Mengamati (observing)

Mengamati adalah kegiatan studi yang disengaja dan

sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan

jalan pengamatan dan pencatatan.

2) Menanya (questioning)

Kegiatan belajar dari menanya ini adalah mengajukan

pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang


(52)

tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai

ke pertanyaan yang bersifat hipotetik).

3) Mencoba (experimenting)

Kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan

informasi/eksperimen. Kegiatan belajarnya adalah melakukan

eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, menamati

objek/kejadian/aktivitas, wawancara dengan nara sumber.

4) Mengasosiasikan/mengolah informasi/menalar (associating)

Menalar dalam kerangka proses pembelajaran dengan

pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk

menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku

aktif. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis

atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh

simpulan berupa pengetahuan. Kegiatan belajarnya adalah;

pertama, mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, baik

terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun

hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan

informasi; kedua, pengolahan informasi yang dikumpulkan dari

yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada

pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai

sumber, yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada

yang bertentangan.


(53)

Networking adalah kegiatan siswa untuk membentuk

jejaring pada kelas. Kegiatan belajarnya adalah menyampaikan

hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara

lisan, tertulis, atau media lainnya.

Kegiatan pembelajaran dari langkah-langkah pembelajaran

saintifik yang dijelaskan oleh (Hosnan, 2014:39-77) dapat

disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.2 Kegiatan Pembelajaran Saintifik

Kegiatan Aktivitas Belajar

Mengamati (observing)

Melihat, mengamati, membaca, mendengarkan, menyimak (tanpa dan dengan alat)

Menanya (questioning)

Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai yang bersifat hipotesis; diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri (menjadi suatu kebiasaan)

Pengumpulan data

(experimenting)

Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan, menentukan sumber data (benda, dokumen, buku, eksperimen), mengumpulkan data.

Mengasosiasi (associating)

Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan data/kategori, menyimpulkan dari hasil data; dimulai dari unstructured – uni structure – multistructure - complicated structure.

Mengkomunikasi-kan

Menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar atau media lainnya.


(54)

Langkah-langkah pendekatan saintifik dalam proses

pembelajaran selanjutnya diterapkan menjadi sebuah kegiatan dalam

langkah pembelajaran saintifik yang meliputi menggali informasi,

menyajikan data dan informasi, kemudian mengolah data, menyajikan

data dan informasi, dilanjutkan dengan menganalisis menalar,

kemudian menyimpulkan, dan mencipta (Daryanto, 2014). Berikut

merupakan gambar skema dari langkah-langkah pembelajaran

saintifik:

Gambar: 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Sanitifik

Dari penjelasan-penjelasan yang telah diuraikan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah pendekatan yang

dirancang agar peserta didik secara aktif menggunakan kemampuan

kognitif, afektif, dan psikomotoriknya dalam menemukan pengetahuan

melalui observasi. Pendekatan saintifik memiliki karakteristik yang

nantinya berpengaruh pada hasil belajar siswa. Hasil belajar yang

ditingkatkan melalui pendekatan saintifik adalah menjadikan peserta didik

Pembatasan masalah

Menetapkan fokus kajian

Menghimpun data Mencocokkan

dengan teori atau hipotesis Menyusun dan menyajikan laporan

Mengolah dan membahas data


(55)

yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap,

keterampilan, dan penguatan yang terintegritas. Keunggulan yang dimiliki

dari pendekatan saintifik tersebut mendasari adanya tujuan dan prinsip dari

pendekatan saintifik. Adapun langkah-langkah dari pendekatan saintifik

adalah (1) mengamati (observing), (2) menanya (questioning), (3)

mencoba (experimenting), (4) mengasosiasikan/mengolah

informasi/menalar (associating), (5) membentuk jejaring (networking).

4. Penilaian Otentik

Mutu pendidikan merupakan masalah klasik yang senantiasa

diupayakan peningkatannya oleh pemerintah. Pengendalian mutu

pendidikan secara langsung juga mengendalikan mutu sumber daya

manusia yang berada dalam suatu sistem. Salah satu teknik pengendalian

tersebut dapat diperoleh melalui evaluasi (evaluation), penilaian

(assessment), pengujian (testing), dan pengukuran (measurement)

pendidikan yang valid, kredibel, komparabel, dan dilakukan secara

profesional serta independen (Majid, 2014:235).

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,

menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar

peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,

sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan

keputusan, Triyanto (2009:252-253). Kunandar (2013:35-36) menjelaskan


(56)

menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil

dengan berbagai instrument penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan

kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti

(KI) dan Kompetensi Dasar (KD). John Mueller (dalam Majid, 2014:238)

berpendapat bahwa penilaian otentik adalah suatu bentuk penilaian yang

para siswanya diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang

sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan

pengetahuan esensial yang bermakna.

Penilaian otentik sudah lama dikenal dalam dunia pendidikan di

Indonesia namun penilaian tersebut baru ramai dibicarakan setelah

pelaksanaan KTSP yang menggunakan pembelajaran kontekstual.

Kemudian pada Kurikulum 2013 penilaian otentik masih digunakan

karena seperti yang dikemukakan oleh Burhan (2011:23), penilaian otentik

merupakan penilaian yang menekankan kemampuan peserta didik untuk

mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan

bermakna. Kegiatan penilaian tidak sekedar menanyakan atau menyadap

pengetahuan yang telah diketahui pembelajar, melainkan berkinerja secara

nyata dari pengetahuan dan keterampilan yang telah disukai. Penilaian

otentik bertujuan untuk mengukur berbagai keterampilan dalam berbagai

konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata dimana


(57)

a. Karakteristik Penilaian Otentik

Menurut Nurhadi (2004:173), karakteristik penilaian otentik

sebagai berikut:

1) melibatkan pengalaman nyata (involves real-world experience)

2) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung

3) mencakup penilaian pribadi (self assessment) dan refleksi

4) hal yang diukur adalah keterampilan dan performansi bukan

sekedar mengingat fakta

5) bentuk penilaian yang berkesinambungan

6) sistem penilaian yang terintegrasi

7) dapat digunakan sebagai umpan balik terhadap guru

8) kriteria keberhasilan dan kegagalan diketahui siswa dengan jelas

b. Bentuk-bentuk Penilaian Otentik

Penilaian otentik sebenarnya telah digariskan dalam standar

penilaian sebagaimana ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 20

tahun 2007 tentang standar penilaian pendidikan (Majid, 2014:239).

Hargreaves (dalam Majid, 2014:249) menjelaskan bahwa penilaian

otentik sebagai bentuk penilaian yang mencerminkan hasil belajar

sesungguhnya dapat menggunakan berbagai cara atau bentuk antara

lain melalui penilaian proyek atau kegiatan siswa, penggunaan

portofolio, jurnal, demonstrasi, laporan tertulis, ceklis, dan petunjuk

observasi. Secara garis besar bentuk penilaian otentik tersebut dapat


(58)

1) penilaian proyek

Merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus

diselesaikan oleh peserta didik menurut periode atau waktu

tertentu.

2) penilaian kinerja

Asesmen otentik sebisa mungkin melibatkan partisipasi

peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan

dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta

didik menyebutkan unsur-unsur proyek atau tugas yang akan

mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya.

Dengan menggunakan informasi ini, guru dapat memberikan

umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk

laporan naratif maupun laporan kelas.

3) penilaian portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan

artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil

kerja dari dunia nyata.

4) jurnal

Jurnal merupakan tulisan yang dibuat siswa untuk

menunjukkan segala sesuatu yang telah dipelajari atau diperoleh


(59)

5) penilaian tertulis

Meskipun konsepsi asesmen otentik muncul dari

ketidakpuasan terhadap tes tertulis yang lazim dilaksanakan pada

era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap

lazim dilaksanakan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

penilaian otentik adalah proses penilaian menekankan keaktifan siswa

dalam menampilkan hasil kerja sebagai bentuk dari perkembangan siswa.

Penilaian otentik juga memiliki karakteristik yang membedakan penilaian

otentik dengan penilaian yang lain. Penilaian otentik memiliki relevansi

kuat terhadap pendekatan ilmiah yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum

2013. Penilaian otentik memiliki beberapa jenis penilaian anatara lain

melalui penilaian proyek atau kegiatan siswa, penggunaan portofolio,

jurnal, demonstrasi, laporan tertulis, ceklis, dan observasi.

5. Pendidikan Karakter

Kurniawan (2013) mengemukakan bahwa seluruh upaya secara

sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik terhadap semua

aspek perkembangan kepribadian, baik jasmani maupun rohani, secara

formal, informal, dan nonformal yang berjalan terus-menerus untuk

mencapai nilai yang tinggi (nilai insaniyah maupun ilahiyah).

Hidayatullah (2010:13) menambahkan bahwa karakter adalah kualitas atau


(60)

merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan penggerak,

serta yang membedakan dengan individu lain. Kertajaya (2010:3)

mengemukakan karakter adalah “ciri khas” yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Sejalan dengan pemikiran di atas (Nurgiyantoro, 2011:6)

mengemukakan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang

menanamkan hal-hal yang baik dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan

yang baik dalam diri siswa, sehingga siswa mampu bertindak berdasarkan

nilai yang menjadi kepribadiannya.

Karakter yang rendah akan mempengaruhi perkembangan suatu

bangsa. Maka penekanan pendidikan kerekter pada setiap tingkat

pendidikan harus dilakukan. Rendahnya pendidikan karakter disebabkan

oleh beberapa faktor. Faktor penyebab rendahnya pendidikan karakter

adalah:

Pertama, sistem pendidikan yang kurang menekankan

pembentukan karakter, tetapi lebih mengembangkan pengembangan

intelektual, misalnya sistem evaluasi pendidikan menekankan aspek

kognitif/akademik, seperti Ujian Nasional (UN).

Kedua, kondisi lingkungan yang kurang mendukung pembangunan

karakter yang baik. Faktor tersebut perlu diperhatikan agar pembentukan

karakter anak terlaksana dengan baik. Menurut Sa’dun (2013:127) karakter yang baik pada dasarnya adalah perwujudan nilai yang terinternalisasi

pada diri seseorang, oleh karena itu ia sering disebut sebagai pendidikan


(61)

Pendidikan karakter dapat dilakukan melalui berbagai mata

pelajaran di sekolah. Unsur karakter menurut Dewantara (dalam Sa’dun, 2013:131) adalah “ngerti”, “ngroso”, “nglakoni”. Dalam bahasa Indonsia ini berarti “mengerti, “ merasa”, “melakukan”. Dalam implementasi pendidikan karakter, maka unsur karakter mencakup “ngerti, “ngroso”, “nglakoni” hendaknya dikembangkan secara menyeluruh. Karakter sering juga disebut value in action (Lickhona dalam Sa’dun, 2013:128), oleh karena itu pembelajaran karakter pada dasarnya adalah membelajarkan

nilai, upaya membantu siswa agar mengalami internalisasi nilai (yang

melandasi) karakter mereka.

Nilai kebaikan tidak bisa dibatasi jumlahnya. Sa’dun (2013), menjelaskan bahwa nilai kebaikan tersebar dalam berbagai nilai (simbolik,

empirik, estetik, etik, sinoetik, dan sinoptik), kesulitan dalam membatasi

nilai yang perlu diajarkan diperlukan fokus pada nilai inti (core value)

tertentu atau nilai yang diprioritaskan. Dari nilai inti ini maka dapat

dikembangkan nilai kebaikan lain yang bersifat lebih luas. Bagi bangsa

Indonesia core value terpusat pada nilai Pancasila (ketuhanan,

kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial) Sa’dun (2013).

a. Tujuan Pendidikan Karakter

Kesuma, dkk. (2011:9) menjelaskan tujuan dari pendidikan

karakter dalam setting sekolah sebagai berikut:

1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang


(62)

kepribadian/kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana

nilai-nilai dikembangkan.

2) Mengkoreksi perilaku siswa yang tidak bersesuaian dengan

nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.

3) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan

masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan

karakter secara bersama.

b. Identifikasi Keberhasilan Program Pendidikan Karakter

Kemendiknas (dalam Sa’dun, 2013:128) mengindikasikan keberhasilan program pendidikan karakter melalui ketercapaian

butir-butir standar kompetensi lulusan oleh peserta didik, antara lain

meliputi:

1) mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai tahap

perkembangan

2) memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri

3) menunjukkan sikap percaya diri

4) mematuhi aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan lebih luas

5) menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan

sosial ekonomi dalam lingkup nasional

6) mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan

sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif

7) menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan


(63)

8) menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri dan sesuai

potensi diri

9) kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah

10)mendeskripsikan gejala alam dan sosial

11)memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab

12)menerapkan nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam

negara kesatuan Republik Inonesia

13)menghargai karya seni dan budaya nasional

14)menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk

berkarya

15)hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang

dengan baik

16)berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun

17)memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan

di masyarakat; menghargai adanya perbedaan pendapat

18)menunjukkan kegemaran membaca dan menulis

19)menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan

menulis dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional

20)menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti

pendidikan lanjutan


(64)

c. Nilai-nilai Pendidikan Karakter

Kemendiknas (dalam Sa’dun, 2013) mengidentifikasi nilai utama yang ada dalam pendidikan karakter dalam 18 nilai, yaitu:

religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,

demokrasi, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,

menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, senang

membaca, peduli sosial, peduli lingkungan, tanggung jawab.

Penelitian pengembangan ini menggunakan tiga nilai dari 18 nilai

yang bersumber dari perumusan Kemendiknas dalam penilaian sikap

sosial. Nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam penelitian ini

adalah tanggung jawab, disiplin, dan percaya diri. Berikut penjelasan

mengenai definisi dan indikator dari nilai-nilai yang dikembangkan

dalam penelitian ini.

1) Tanggung jawab

KBBI (2008), mendefinisikan bahwa tanggung jawab

adalah suatu keadaan yang merupakan tindakan wajib seseorang

untuk menanggung segala sesuatunya apabila terjadi apa-apa

boleh menerima tuntutan, dipersalahkan ataupun diperkarakan.

(Wibowo, 2012:104) juga memaparkan hal yang serupa bahwa

tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia

lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,


(65)

tanggung jawab memiliki indikator yang akan disajikan dalam

tabel berikut.

Tabel 2.3 Indikator Sikap Tanggung Jawab (Kurniasih & Sani, 2014:69)

Sikap Indikator

Tanggung Jawab a. melaksanakan tugas individu dengan baik b. menerima resiko dari tindakan yang

dilakukan

c. tidak menyalahkan/menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat

d. mengembalikan barang yang dipinjam e. mengakui dan meminta maaf atas

kesalahan yang dilakukan f. menepati janji

g. tidak menyalahkan orang lain untuk kesalahan tindakan kita sendiri

h. melaksanakan apa yang pernah dikatakan tanpa disuruh/diminta

2) Disiplin

Fathurrohman, dkk. (2013:128) menjelaskan bahwa

berdisiplin adalah individu yang dapat mengerjakan sesuatu

secara tertib, selalu mengerjakan pekerjaan dengan rasa penuh

tanggung jawab dan teratur, selalu menghargai waktu dan selalu

taat pada peraturan. Samani dan Hariyanto (2013:121)

memaparkan hal yang serupa bahwa disiplin merupakan sikap


(66)

kebiasaan menaati aturan, hukum atau perintah. Perasaan yang

diolah dalam sikap disiplin yaitu olah rasa dan olah karsa.

Tabel 2.4 Indikator Sikap Disiplin (Kurniasih & Sani, 2014:68)

Sikap Indikator

Disiplin a. datang tepat waktu

b. patuh pada tata tertib atau aturan bersama/sekolah

c. mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan

d. mengikuti kaidah berbahasa tulis yang baik dan benar

3) Percaya Diri

Fathurrohman, dkk. (2013:139) berpendapat bahwa

percaya diri adalah sikap dan perilaku atas dasar keselarasan

dengan keseimbangan antara kemampuan dengan apa yang akan

dicapai sehingga menumbuhkan keyakinan. Individu yang

mempunyai rasa percaya diri akan selalu menghindari

ketergantungan dari orang lain dan terbiasa berperilaku mantap

dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Secara lebih singkat

Kurniasih dan Sani (2014:72) juga menyatakan bahwa percaya

diri adalah kondisi mental atau psikologis sesorang yang

memberi keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak. Indikator


(67)

Tabel 2.5 Indikator Sikap Percaya Diri (Kurniasih & Sani, 2014:72)

Sikap Indikator

Percaya Diri a. berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu

b. mampu membuat keputusan dengan cepat c. tidak mudah putus asa

d. tidak canggung dalam bertindak e. berani presentasi di depan kelas f. berani berpendapat, bertanya, atau

menjawab pertanyaan

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah proses yang dilakukan

oleh manusia untuk mengembangkan ciri khas kepribadian diri menjadi

lebih berkualitas sehingga membedakannya dengan individu lain. Pusat

kurikulum mengidentifikasi keberhasilan program pendidikan karakter

melalui ketercapaian butir-butir standar kompetensi lulusan oleh peserta

didik. Selain itu keutamaan yang ada dalam pendidikan karakter terdapat

dalam 18 nilai karakter yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja

keras, kreatif, mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,

cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai,


(68)

6. Media Pembelajaran

Menurut Anitah (2010:5), media pembelajaran adalah setiap

orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang

memungkinkan pembelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan,

dan sikap. Hamidjojo (dalam Hosnan, 2014:111) juga berpendapat bahwa

media pembelajaran adalah media yang penggunaannya diintegrasikan

dengan tujuan dan isi pelajaran yang bermaksud untuk mempertinggi

kegiatan belajar mengajar dalam segi mutu. Sementara itu sejalan dengan

pendapat di atas, Anderson (dalam Sukiman, 2012:28) menjelaskan

bahwa media pembelajaran adalah media yang memugkinkan

terwujudnya hubungan langsung antara karya seseorang pengembang

mata pelajaran dengan para siswa.

a. Fungsi Media

Lavie dan Lentz dalam Arsyad (2010:17) menyebutkan

bahwa terdapat empat fungsi media pembelajaran yaitu :

1) Fungsi atensi yang berarti media menarik dan mengarahkan

perhatian siswa untuk berkonsentrasi pada pembelajaran.

2) Fungsi afektif yaitu media dapat meningkatkan sikap siswa

ataupun menggugah emosi siswa.

3) Fungsi kognitif yaitu bahwa media dapat melancarkan

pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi


(69)

4) Fungsi kompensitoris yaitu media dapat membantu siswa yang

lemah dan lambat dalam menerima materi yang hanya secara

verbal.

b. Manfaat Media Pembelajaran

Beberapa manfaat dari penggunaan media pembelajaran

menurut (Kustandi, 2013:23) di dalam proses belajar mengajar,

adalah sebagai berikut:

1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan

informasi sehingga dapat memperlancar serta meningkatkan

proses dan hasil belajar.

2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan

perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar,

interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya,

dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai

dengan kemampuan dan minatnya.

3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera,

ruang, dan waktu.

4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman

kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka

serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan

guru, masyarakat, dan lingkungannya, misalnya melalui karya


(70)

c. Ciri-ciri Media Pembelajaran

Pemakaian kata media pembelajaran dalam kegiatan belajar

mengajar sering diganti dengan istilah-istilah seperti alat

pandang-dengar, bahan pengajaran (instructional material), komunikasi

pandang-dengar (audio-visual communication), pendidikan alat

peraga pandang (visual education), teknologi pendidikan

(educational technology), alat peraga, dan media penjelas (Arsyad,

2010:6). Berikut merupakan ciri-ciri media pembelajaran menurut

(Arsyad, 2010:6-7):

1) Media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang dewasa

ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu

benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca

indera.

2) Media pembelajaran memiliki pengertian nonfisik yang

dikenal dengan software (perangkat lunak), yaitu kandungan

pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan

isi yang ingin disampaikan kepada siswa.

3) Penekanan media dan pendidikan terdapat pada penekanan

audio.

4) Media pembelajaran memiliki pengertian alat bantu pada

proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas.

5) Media pembelajaran digunakan dalam rangka komunikasi dan


(1)

(2)

(3)

Siswa secara berkelompok membuat mading

Siswa berdiskusi menentukan standar nilai

Siswa melakukan presentasi Guru melakukan observasi

Peneliti menjelaskan proyek yang akan dibuat


(4)

Siswa mencoba menjawab pertanyaan dari guru

Siswa mengisi lembar evaluasi diri

Siswa mencari materi dari sumber buku

Peneliti mengawasi jalannya kegiatan pembelajaran


(5)

Dyah Ayu Palupi lahir di Bantul, 17 Oktober 1992. Pendidikan dasar diperoleh di SDN Ngenthak Mangir, tamat pada tahun 2005. Pendidikan menengah pertama diperoleh di SMP 1 Pajangan, tamat pada tahun 2008. Pendidikan menegah atas diperoleh di SMA 1 Sanden, tamat pada tahun 2011.

Pada tahun 2011, peneliti melanjutkan studi di perguruan tinggi dan terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Pendidikan di Perguruan tinggi diakhiri dengan menulis skripsi yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 untuk Kelas V Sekolah Dasar pada

Tema 3 “Kerukunan dalam Bermasyarakat”. Pengembangan perangkat

pembelajaran tersebut dilakukan di SDN Depok 1, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta.


(6)

Perangkat Pembelajaran (Dicetak Terpisah)

Lampiran 13. Perangkat Pembelajaran