Tahap I : Menyusun Rencana Tindakan Planning
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaiman tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap
penyusunan rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah
instrumen pengamatan untuk membantu peneliti untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung
Tahap II : Pelaksanaan Tindakan Acting
Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan dikelas.
Hal yang perlu diingat adalah bahwa tahap ke-2 ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi pula
harus berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, berkaitan antara pelaksana dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sesuai dengan
maksud semula.
Tahap III : Pengamatan observation
Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Ketika guru tersebut sedang melakukan tindakan, karena hatinya meyatu dengan
kegiatan, tentu tidak sempat menganalisis peristiwanya sedang terjadi. Oleh karena itu, kepada guru pelaksana yang status sebagai pengamat agar melakukan
“pengamatan balik” terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi
sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus
berikutnya. Tahap IV : Refleksi
reflection
Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru
pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan
peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Apabila guru pelaksana juga berstatus sebagai pengamat, yaitu mengamati apa yang ia lakukan,
maka refleksi dilakukan terhadap diri sendiri. Dengan kata lain, guru tersebut melihat dirinya kembali melakukan “dialog” untuk menemukan hal-hal yang
sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan secara cermat mengenali hal-hal yang msaih perlu diperbaiki.
Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti
lain apabila dia menghentikan kegiatannya atau kepada diri sendiri apabila akan melakukan pada kesempatan lain. Catatan-catatan penting yang dibuat sebaiknya
terperinci sehingga siapa pun yang akan melaksanakan dalam kesempatan lain tidak akan menjumpai kesulitan.
48
B. Kajian Penelitian Yang Relevan
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Badrotin penelitiannya menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran flipchart lebih baik dari pada proses pembelajaran secara konvensional. Hal tersebut dapat di lihat pada hasil pembelajaran yang dilakukan,
nilai siswa meningkat setelah belajar dengan menggunakan media flip chart.
49
Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Handayani pun menjukkan peningkatan hasil belajar. Penilaian melalui pretest dan post tes pada setiap siklus berbeda- beda
karena terdapat peningkatan pada setiap siklus yang dilaksanakan. Pada siklus satu, nilai rata-rata yaitu 60,00, dan pada siklus kedua terjadi peningkatan yaitu nilai
rata-rata siswa menjadi 80,00.
50
Beberapa penelitian tersebut mengungkapkan keberhasilan beberapa media pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar
siswa. Penelitian – penelitian tersebut berdiri sendiri, akan tetapi kesimpulan yang
48
Suharsimi Arikunto dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara, 2008 , hal.16-20
49
Badrotin, Efektivitas Penggunaan Media Flip Chart Dan Handout Secara Terpadu Dalam Pembelajaran Bangun Ruang Sisi Lengkung BRSL dikelas 8 SMPN 5 Ciputat, Jakarta:
Skripsi UIN Syarif Hidayatullah,2007hal 60
50
Fitri Handayani, Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS melalui Media Gambar
di SMP 20 MEI RAUDLAUSSA’ADAH,Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah,2011hal 93
didapat sama – sama memiliki relevansi terhadap beberapa model atau media
pembelajaran yang akan dikolaborasikan dalam penelitian ini. Penelitian ini mengkolaborasikan beberapa media pembelajaran untuk menguji keberhasilan
dalam meningkatkan hasil belajar.
C. Kerangka Berpikir
Belajar merupakan sebuah proses. Hasil nyata yang diperoleh dari berlangsungnya proses belajar itu berupa perubahan
– perubahan baik dalam pengetahuan, sikap, kebiasaan, maupun tingkah laku. Konsep adalah suatu
abstraksi yang mewakili kejadian satu kelas objek – objek, kejadian – kejadian,
kegiatan – kegiatan atau hubungan – hubungan yang mempunyai atribut – atribut
sama. Peranan konsep juga memiliki keterkaitan dalam model pembelajaran yang biasanya digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Nana Sudjana m engemukakan bahwa “hasil belajar merupakan
keseluruhan pola prilaku baik yang kognitif, afektif maupun psikomotor yang diperol
eh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran”.
51
Namun sering terjadi kesenjangan antara hasil belajar siswa yang diharapkan dengan kenyataan yang terjadi bahwa proses pengajaran yang telah
dilakukan tidak menunjukkan keberhasilan. Dengan kata lain, di dalam proses belajar mengajar terdapat kendala-kendala yang dapat menyebabkan hasil belajar
tidak sesuai yang diharapkan atau kegagalan dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan hasil belajar perlu
mempertimbangkan cara pengajaran yang dilakukan oleh guru. Media pembelajaran bagian dari sebuah model pembelajaran. Dengan kata lain, media
pembelajaran akan dikemas lagi dalam suatu model pembelajaran. Dengan penggunaan media pembelajaran yang sesuai seperti media Flip
Chart merupakan salah satu media visual yang penyajiannya secara diafragmatik
51
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar mengajar, Bandung: Rosda, 2009, cet. 14, h. 49.