percobaan eksperimen; dan 4 membuat simpulan tentang jawaban masalah berdasarkan data. Guna dapat melakukan kegiatan tersebut di atas
diperlukan keterampilan proses yang meliputi : 1 observasi, 2 klasifikasi, 3 interpretasi, 4 prediksi, 5 hipotesis, 6 pengendalian
variabel, 7 perencanaan dan pelaksanaan penelitian, 8 inferensi, 9 aplikasi, dan 10 komunikasi. Kesepuluh keterampilan dasar tersebut
sangat diperlukan dalam proses mendapatkan IPA.
3. IPA Sebagai Pemupuk IPA
Di dalam konteks pengajaran IPA, sikap dibatasi pengertiannya pada sikap ilmiah terhadap alam sekitar. Sikap ilmiah yang memungkinkan dapat
dikembangkan pada anak-anak usia SDMI adalah : 1 sikap ingin tahu; 2 sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru; 3 sikap kerja sama; 4
sikap tidak putus asa; 5 sikap tidak berprasangka; 6 sikap mawas diri; 7 sikap bertanggung jawab; 8 sikap berpikir bebas; dan 9 sikap
disiplin diri. Sikap ilmiah tersebut dapat dikembangkan tatkala peserta didik melakukan diskusi, percobaan, simulasi, atau kegiatan observasi
lapangan.
c. Kelebihan dan Kekurangan Sains IPA
Sains dalam perkembangannya telah menghasilkan teknologi. Tidak bisa disangkal bahwa sains telah banyak memberikan sumbangannya terhadap
kehidupan ummat manusia, misalnya dalam perkembangan sains dan teknologi kedokteran, sains dan teknologi komunikasi dan informasi. Dengan sains dan
teknologi memungkinkan manusia dapat bergerak atau bertindak dengan cermat dan tepat, efektif dan efisien, karena sains dan teknologi merupakan hasil kerja
pengalaman, observasi, eksperimen dan verifikasi.
4
Selain sains memiliki kelebihan, terdapat pula beberapa kekurangan secara konseptual dan esensial, mungkin dianggap berbahaya, karena :
1. Sains bersifat objektif, menyampingkan penilaian yang sifatnya subjektif.
Menurut Hocking sains menyampingkan tujuan hidup, sehingga dengan
4
Uyoh Sadulloh, pengantar filsafat pendidikan Bandung:Alfabeta. 2009. h.48-49.
demikian sains dan teknologi tidak bisa dijadikan pembimbing bagi manusia dalam menjalani hidup ini.
2. Manusia hidup dalam kurun waktu yang panjang. Jika ia terbenam dalam
dunia fisik, maka akan hampa dari makna dalam hidup yang penuh arti ini. Oleh karena itu, sains membutuhkan pendamping dalam operasinya, selain
filsafat untuk memberikan nilai-nilai hidup, yang paling penting adalah agama yang memiliki kebenaran dan nilai-nilai hidup yang mutlak.
Menurut Albert Einstein, “sains tanpa agama lumpuh, dan agama tanpa
sains adalah buta “Science without religion is lame, religion without science is mind”.
2. Hakikat Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam
hasil belajar, yakni a keterampilan dan kebiasan, b pengetahuan dan pengertian, c sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi
dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni a informasi verbal, b keterampilan
intelektual, c strategi kognitif, d sikap, dan e keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler
maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni
ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar.
5
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
5
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar Bandung:PT. Remaja Rosdakarya. 2099. h. 22.
internalisasi. Ranah psikomoris berkenaan dengan kemampuan bertindak yang terdiri dari aspek gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan
perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif. Sedangkan menurut Nana Syaodih
Sukmadinata hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.
6
Menurut Hamalik hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk
perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan
dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya.
7
Menurut Nana Sudjana hasil belajar ialah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor
yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
8
Penulis dapat mengambil kesimpulan dari beberapa pendapat diatas bahwa hasil belajar adalah
perubahan pada diri siswa yang mencakup pada bidang kognitif pengetahuan, afektif sikap, psikomotor tingkah laku setelah menerima pengalaman didalam
pembelajaran.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dariluar diri siswa atau
faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil
belajar yang dicapai. Seperti dikemukakan oleh Clark bahwa hasil belajar siswa
6
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007, h. 102.
7
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem Jakarta:BumiAksara, 2001. h. 155.
8
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung:Sinar Baru. 2004 Cet. Ke-7. h. 39.