19
Penggolongan polimer berdasarkan bentuk susunan rantai polimer
Dibagi atas 3 kelompok yaitu: Polimer Linier, yaitu polimer yang susunan rantainya lurus, tidak memiliki
cabang selain gugus-gugus utama. Sifatnya: titik leleh, kuat tarik dan densitas tinggi. Contohnya polietilena, polivinilklorida
Polimer Bercabang, yaitu polimer yang terbentuk jika beberapa unit ulang membentuk cabang pada rantai utama. Sifatnya: mempunyai titik leleh, kuat
tarik dan densitas rendah, contoh glikogen
Polimer Berikatan Silang Cross – linking, yaitu polimer yang terbentuk
karena beberapa rantai polimer saling berikatan satu sama lain pada rantai utamanya. Jika sambungan silang terjadi ke berbagai arah maka akan
terbentuk sambung silang tiga dimensi yang sering disebut polimer jaringan 3 dimensi. Sifatnya sangat keras, kaku dan rapuh, contoh bakelit,
resin urea formaldehida.
a b
c Gambar 11 a Rantai linier, b Rantai bercabang, c Rantai saling silang .
e. Sifat-Sifat Polimer
Sifat-sifat polimer sangat dipengaruhi oleh kararakteristik polimer. Adapun sifat- sifat polimer sebagai berikut:
Sifat ketahanan terhadap panas Sifat polimer terhadap panas ada yang menjadi lunak jika dipanaskan dan
keras jika didinginkan, polimer seperti ini disebut termoplas, contohnya : plastik yang digunakan untuk kantong dan botol plastik. Sedangkan polimer
yang menjadi keras jika dipanaskan disebut termoset, contohnya melamin. Sifat kelenturan atau sifat elastis
Sifat ini dipengaruhi susunan rantai dari polimer. Elastomer polimer bersifat elastis memiliki struktur yang saling bersilangan dan longgar. Saat jumlah
rata-rata ikatan saling bersilangan itu meningkat, material menjadi lebih kaku dan rapuh. Baik karet alami dan sintetis adalah contoh dari elastomer.
20 Selain susunan rantai, sifat kelenturan juga dipengaruhi oleh temperatur
transisi gelas Tg. Temperatur transisi gelas Tg dapat diartikan sebagai perubahan fisik
polimer dari rubbery plastis menjadi glassy. Ketika suatu polimer berada pada kondisi di bawah Tg-nya, polimer tersebut akan menjadi keras namun rapuh
seperti gelas. Sebaliknya, apabila berada pada kondisi di atas Tg polimer akan plastis dan fleksibel.
Tinggi rendahnya Tg berkaitan dengan struktur flexibility backbone yang dimiliki polimer. Polimer dengan struktur yang sulit bergerak rigid akan
memiliki Tg yang tinggi. Pada polimer yang rigid diperlukan panas yang lebih banyak untuk menjadikannya mudah bergerak sehingga mencapai bentuk
rubbery dan sebaliknya. Tg Polimer yang temperaturnya jauh di bawah Tg akan semakin kusut.
Sedang polimer yang temperaturnya naik di atas Tg akan menjadi lebih mirip dengan karet. Pengetahuan akan Tg merupakan hal yang penting dalam
memilih bahan-bahan untuk berbagai aplikasi Ada polimer yang memiliki Tg di atas temperatur ruang dan ada pula yang Tg-
nya di bawah temperatur ruang. Plastik yang keras seperti polistirena dan polimetal metakrilat memiliki Tg di atas temperatur ruang, sekitar 100
o
C. Jadi pada temperatur ruang, polistirena berada pada kondisi glassy. Kita bisa lihat
kotak makanan dari styrofoam, salah satu contoh polistirena, pada temperatur ruang bentuknya tertentu keras kaku namun rapuh dan apabila dipanaskan
akan menjadi plastis dan akhirnya meleleh. Pada saat menjadi plastis berarti telah melewati Tg dan ketika mulai meleleh berarti telah melewati Tm.
Contoh lain, poliisoprena yang biasa kita sebut karet, memiliki Tg -70
o
C, sehingga pada temperatur ruang berada dalam bentuk rubbery yang fleksibel
karena berada di atas Tg-nya. Sifat ketahanan terhadap mikroorganisme
Polimer alam seperti wool, sutra, atau selulosa tidak tahan terhadap mikroorganisme atau ulat rayap. Sedangkan polimer sintetis lebih tahan
terhadap mikroorganisme atau ulat. Sifat kristalinitas rantai polimer
21 Polimer berstruktur tidak teratur memiliki kristanilitas rendah dan bersifat
amorf tidak keras. Sedangkan polimer dengan struktur teratur mempunyai kristanilitas tinggi sehingga lebih kuat dan lebih tahan terhadap bahan-bahan
kimia dan enzim. Sebuah struktur rantai bercabang cenderung menurunkan tingkat kristanilitas
cristanility dan kepadatan density polimer tersebut, yang mengakibatkan sifat dari polimer akan berkurang, terutama kekuatan strength.
f. Keunggulan polimer sintetis
Polimer sintetis atau buatan memiliki keunggulan dibanding bahan-bahan tradisional, sebagai contoh pada penggunaan benda-benda berikut:
1. Sebagai benda cetakan banyak digunakan plastik jenis polipropena dari pada menggunakan logam, karena plastik ini kaku seperti logam tetapi
jauh lebih ringan. 2. Sebagai botol, digunakan plastik jenis polietilena PET daripada
mengguakan kaca, karena PET lebih ringan daripada kaca dan tidak pecah berkeping-keping jika jatuh
. 3.
Sebagai jendela digunakan polimer sintetis polikarbonat daripada kaca, karena
polimer ini menghasilkan jendela yang tidak akan pecah, walaupun kelemahannya lebih mudah tergores daripada kaca.
4. Sebagai cat digunakan polimer sintetis akrilik daripada minyak, karena bau cat akrilik tidak setajam bau cat minyak dan tidak pecah saat kering.
5. Sebagai cat digunakan polimer sintetis akrilik daripada minyak, karena bau cat akrilik tidak setajam bau cat minyak dan tidak pecah saat kering.
6. Sebagai serat kain atau bahan kain, digunakan polimer sintetis, seperti nilon daripada katun atau wol, karena nilon tidak rusak oleh panas dan air,
tahan terhadap mikroorganisme dan bisa ditenun menjadi lembaran besar.
g. Manfaat, Dampak Negatif dan Penanganan Polimer
Pemanfaatan polimer sudah menyentuh kesegala bidang kehidupan manusia, dapat kita lihat pada bidang-bidang berikut:
1. Bidang Kedokteran Tidak sedikit alat kesehatan yang digunakan oleh instansi kesehatan maupun
tenaga medisnya berhubungan dengan plastik. Keuntungan yang dihasilkan