Kerangka Berpikir KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

44 membagi ide sharing dengan temannya sebelum menulis dan akhirnya melalui diskusi, siswa dapat menuliskan kembali hasil pemikirannya tersebut. Langkah-langkah pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan strategi TTW adalah sebagai berikut: 1 guru membagi soal tes yang di dalamnya berisi topik permasalahan pada masing-masing kelompok; 2 siswa membaca dan memahami topik permasalahan yang diberikan secara individu; 3 siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu kelompok untuk saling memberikan pendapat dukungan atau sanggahan beserta alasan yang logis tentang topik permasalahan tersebut; dan 4 masing-masing siswa menuliskan jawabannya pada LKS yang telah dibagikan oleh guru dengan mengkonstruksi sendiri pengetahuannya sebagai hasil diskusi.

2.7 Kerangka Berpikir

Menulis karangan argumentasi merupakan salah satu jenis menulis. Keterampilan menulis merupakan bagian dari aspek komponen penggunaan dalam berbahasa yang bertujuan agar siswa dapat mengungkapkan secara kreatif gagasan, pendapat, dan pesan baik secara tertulis maupun lisan. Keterampilan menulis ini merupakan keterampilan yang sulit dan membutuhkan banyak latihan. Peranan guru sangat dibutuhkan untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan argumentasi dan mengurangi kesulitan-kesulitan siswa. Keterampilan menulis karangan argumentasi siswa kelas X-9 SMA Nasional Pati belum memuaskan. Hal ini dapat dilihat pada hasil penulisan karangan 45 argumentasi siswa yang rata-rata masih terdapat banyak kesalahan dari segi penggunaan ejaan, penyusunan kalimat dan paragraf, dan sistematika penulisan argumentasi. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor internal berupa minat siswa yang kurang positif dalam pembelajaran menulis argumentasi dalam proses pembelajaran di kelas. Faktor eksternal berupa pemilihan strategi yang digunakan dalam proses pembelajaran. Pemilihan strategi dalam pembelajaran merupakan salah satu faktor yang berpengaruh besar. Selama ini pembelajaran karangan argumentasi yang dilakukan oleh guru masih menggunakan strategi ceramah sebagai trasfer belajar dan mementingkan hasil daripada proses pembelajaran. Hal tersebut menyebabkan siswa tidak menunjukkan kompetensi secara total dan kesulitan untuk mengatasi penjelasan guru karena dalam memberikan penjelasan guru tidak menyertakan contoh yang konkret. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan strategi TTW sebagai upaya mengatasi rendahnya keterampilan menulis karangan argumentasi. Pembelajaran dengan strategi TTW mendorong siswa untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri. Pembelajaran dengan pemanfaatan strategi TTW tersebut, pemahaman siswa terhadap karangan argumentasi yang baik diperoleh dari pemikirannya sendiri atau bekerja sama dengan siswa lain dalam suatu diskusi. Siswa dilatih untuk menemukan cara menulis karangan argumentasi dengan menggunakan bahasa yang efektif dan komunikatif. Dengan keterlibatan siswa aktif, diharapkan 46 dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan argumentasi. Selain itu dengan strategi pembelajaran tersebut dapat membuat siswa lebih aktif dan termotivasi sehingga kejenuhan yang dialami siswa saat pembelajaran dapat hilang. Dengan adanya hasil pengamatan dari diskusi siswa melalui strategi TTW diharapkan memudahkan siswa untuk mendapatkan bahan informasi dalam menulis karangan argumentasi. Dalam proses belajar mengajar, siswa diberikan suatu tidakan awal, yaitu tahap prasiklus atau tahap belum diberikannya perlakuan strategi TTW. Pada tahap prasiklus ini, siswa diminta membuat karangan argumentasi sebagai tindakan awal. Setelah mengetahui hasil menulis siswa dalam menulis karangan argumentasi kurang terampil, maka peneliti memberikan tindakan kedua, yaitu siklus I. Pada siklus I ini, siswa sudah diberikan perlakuan strategi TTW. Untuk mendapatkan hasil tindakan siklus I, guru melakukan evaluasi dan bersama siswa melakukan refleksi. Jika hasil evaluasi siswa menunjukkan belum optimal atau hasil menulis karangan argumentasi yang dihasilkan siswa masih bersifat sederhana, maka siswa diberikan tindakan selanjutnya, yaitu siklus II. Dalam siklus II, siswa diberikan materi yang lebih kompleks dan diberikan evaluasi dan reflkesi. Dari pembelajaran siklus I dan siklus II terlihat peningkatan siswa dalam menulis karangan argumentasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut. 47 Bagan 1. Kerangka Berpikir Proses Belajar Mengajar 2.7 Hipotesis Tindakan Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang akan dicapai dan dipecahkan. Hipotesis hanya bersifat dugaan yang mungkin benar atau justru salah. Hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu siswa kelas X-9 SMA Nasional Pati akan mengalami peningkatan keterampilan menulis karangan argumentasi dan terjadi perubahan tingkah laku ke arah positif, jika guru menerapkan strategi TTW dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi secara optimal. Siswa kurang terampil menulis karangan argumentasi Pembelajaran Strategi TTW Evaluasi Refleksi Siklus I Evaluasi Siklus II Evaluasi Refleksi Refleksi Karangan argumentasi sederhana Karangan argumentasi kompleks Siswa terampil dalam menulis karangan argumentasi Prasiklus 48

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian tindakan kelas PTK atau Classroom Action Research. Setiap putarannya dirancang melalui fase perencanaan, tindakan, observasi atau pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran di kelas. Secara singkat, PTK dapat diidentifikasi sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat refleksi oleh pelaku tindakan yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi yang mana praktik-praktik pembelajaran tersebut dilakukan. Proses PTK ini direncanakan berlangsung dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu; 1 perencanaan, 2 tindakan, 3 observasi atau pengamatan, dan 4 refleksi. Jika pada tindakan siklus I nilai rata-rata siswa belum mencapai target yang telah ditentukan, maka akan dilakukan tindakan siklus II. Proses penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut. Bagan 2. Desain Penelitian Tindakan Kelas R S I O T R O T S I S II P RP