Pengertian Belajar Pembelajaran Matematika

10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran Matematika

a. Pengertian Belajar

Menurut Edward Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakantindakan. Menurut Mayer, belajar adalah perubahan yang relatif permanen pada pengetahuan seseorang berdasarkan pengalaman orang tersebut Sugihartono, dkk., 2013. Menurut Solso M. Masykur Fathani, 2007 belajar dapat diartikan sebagai proses mengubah, mereduksi, memerinci, menyimpan, dan memakai setiap masukan input pengetahuan yang datang dari alat indra sebagai penajam fungsi kognitif. Menurut Jean Piaget Sugihartono, dkk., 2013 yang meyakini teori belajar konstruktivistik, belajar merupakan proses regulasi diri dimana anak akan menciptakan sendiri sensasi perasaan mereka terhadap realitas. Jerome Bruner Sugihartono, dkk., 2013 mendefiniskan belajar sebagai proses aktif terkait dengan discovery learning yaitu siswa berinteraksi dengan lingkungannya melalui eksplorasi dan manipulasi obyek, membuat pertanyaan dan menyelenggarakan eksperimen. 11 Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan sikap atau tingkah laku dan peningkatan pengetahuan seseorang setelah mengalami stimulus atau kejadian tertentu di lingkungannya, di mana akhirnya seseorang tersebut menggunakan input yang diterima oleh indranya untuk menajamkan fungsi kognitif. b. Pengertian Pembelajaran Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 20, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Bruner Sanaky, 2009 menyebutkan bahwa cara paling krusial untuk menghasilkan pertumbuhan intelektualitas adalah melalui dialog antara orang yang lebih berpengalaman dengan orang yang kurang berpengalaman, menghasilkan sebuah pemahaman terhadap pemikiran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Sementara Sugihartono, dkk. 2013 mendefinisikan pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajarsecara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal. Gulo Sugihartono, dkk., 2013 menuliskan bahwa pembelajaran adalah usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari pendidik dalam suatu lingkungan belajar untuk membuat peserta didik belajar secara sadar 12 untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dimana dampak dari perubahan itu berlaku dalam kurun waktu yang relatif lama. c. Matematika Banyak peneliti yang mendefinisikan matematika dengan banyak pengertian. Matematika adalah bahasa. Matematika adalah ilmu hitung. Matematika adalah akar segala macam ilmu yang ada di dunia, dan sebagainya. Matematika telah dipelajari sejak masa sebelum masehi. Matematika dipelajari oleh bangsa Yunani Kuno, bangsa Mesir Kuno, bahkan bangsa Babilonia. Banyak catatan-catatan sejarah tentang penelitian matematika yang ditulis oleh para ahli matematika zaman dahulu. Bukti banyaknya catatan penelitian dan sejarah dari masa lampau menegaskan bahwa matematika dibutuhkan oleh manusia. Matematika adalah pengembangan logika yang dibuat dari aturan yang tidak terdefinisi, prinsip logika, hipotesis-hipotesis, dan diikuti oleh kesimpulan- kesimpulan Rees Rees, 1982 . Richard Courant dan Herbert Robbins dalam bukunya yang berjudul “What Is Mathematics” menyebutkan bahwa “...mathematics as an expression of the human mind reflects the active will, the contemplative reason, and the desire for aesthetic perfection. Its basic elements are logic and intuition, analysis and construction, generality and individuality. ” Courant Robbins, 1996 Dapat dikatakan bahwa matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan yang paling tua di dunia bersama dengan filsafat. Matematika bukan sekadar mata pelajaran yang diajarkan di kelas. Lebih dari itu, matematika adalah bahasa, pola 13 pikir, alur berpikir, ide dan gagasan manusia yang cenderung logis dan erat kaitannya dengan bilangan, pengukuran, dan penjabaran. d. Pembelajaran Matematika Matematika diajarkan di sekolah sebagai bentuk kepedulian pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, mengingat matematika sangat dibutuhkan di berbagai cabang ilmu pengetahuan. Seperti judul buku yang ditulis oleh Eric Temple Bell, yaitu “Mathematics: Queen and Servant of Science”, matematika adalah ratu sekaligus pelayan bagi ilmu pengetahuan lain. Maksudnya adalah matematika bisa dikatakan sebagai pusat atau sumber pengetahuan, sekaligus digunakan dalam pengaplikasian ilmu pengetahuan lain. Menurut Principles and Standard for School Mathematics yang diterbitkan oleh National Council of Teachers of Mathematics, setidaknya ada enam prinsip dalam penerapan matematika di sekolah. Prinsip yang pertama adalah Equity atau keadilan. Menurut NCTM, kecerdasan matematika membutuhkan keadilan, ekspektasi dan dukungan yang tinggi dari siswa. Meskipun siswa datang dari latar belakang, karakter, dan kondisi fisik yang berbeda, siswa harus mendapat perlakuan yang beralasan dan sesuai dengan kondisi masing-masing dari mereka. Prinsip yang kedua adalah Curriculum atau kurikulum. Kurikulum bukan hanya sekadar sekumpulan aktivitas. Kurikulum adalah rencana aktivitas yang koheren dan fokus pada hal-hal yang penting dalam matematika. Matematika memiliki ide-ide yang terhubung satu sama lain sehingga pemahaman dan pengetahuan siswa lebih mendalam. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam mengaplikasikan matematika untuk memecahkan masalah dapat meningkat. 14 Prinsip yang ketiga adalah Teaching atau pengajaran. Pengajaran matematika yang efektif membutuhkan pemahaman tentang apa yang diketahui oleh siswa dan apa yang perlu dipelajari. Kemudian siswa diberi tantangan dan dukungan untuk mempelajarinya. Keadaan ini menuntut guru untuk memahami benar apa yang akan dan sedang dipelajari oleh siswa. Prinsip yang keempat adalah Learning atau pembelajaran. Menurut NCTM, siswa harus mempelajari matematika dengan pemahaman dan secara aktif membangun atau mengkonstruk pengetahuannya sendiri dari pengalaman- pengalaman dan pengetahuan di masa lampau. Telah banyak dilakukan riset yang menunjukkan bahwa pemahaman konseptual sangat penting dalam pembelajaran matematika. Dengan adanya pengetahuan yang faktual, prosedural, dan konseptual, siswa akan menjadi pembelajar yang efektif. Prinsip yang kelima adalah Assessment atau penilaian. Penilaian haruslah mendukung pembelajaran matematika yang terlaksana. Penilaian haruslah menghasilkan informasi yang berguna bagi siswa maupun guru. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah penilaian terhadap siswa, sehingga guru dan siswa dapat sama- sama mengetahui sampai mana pemahaman siswa akan materi atau topik yang dipelajari. Prinsip yang terakhir adalah Technology atau teknologi. Dalam proses belajar dan mengajar matematika di kelas dibutuhkan teknologi. Teknologi adalah hal yang cukup penting karena dapat memengaruhi ketertarikan dan konsentrasi siswa dalam belajar matematika. Hal yang berkaitan erat dengan teknologi dalam proses belajar mengajar tentu saja adalah media pembelajaran. Maka dapat dikatakan bahwa 15 media pembelajaran adalah hal yang esensial dalam proses belajar mengajar matematika di sekolah. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa hal-hal yang penting dalam pembelajaran matematika adalah teaching, learning, media, keadilan, dan penilaian. Maka dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa pembelajaran matematika adalah proses belajar-mengajar atau interaksi secara sadar yang terjadi antara siswa dengan guru matematika sesuai dengan kurikulum matematika yang berlaku dan didukung oleh media yang sesuai dengan perkembangan teknologi, dimana keadilan dalam memberi perlakuan pada siswa dijunjung tinggi dan hasil belajar siswa dapat dilihat dari penilaian yang dilakukan oleh guru. e. Karakteristik Siswa SMP Menurut Piaget Sugihartono, dkk., 2013 tahap perkembangan berpikir individu melalui empat stadium, yaitu: 1 Sensorimotorik 0-2 tahun, 2 Praoperasional 2-7 tahun, 3 Operasional Kongkret 7-11 tahun, dan 4 Operasional Formal 12-15 tahun. Masa SMP adalah masa di mana anak menginjak stadium operasional formal, yaitu antara 12-15 tahun. Pada masa tersebut, anak-anak mulai mampu untuk memahami dan mengkonstruk pemikiran. Anak akan merasa sudah cukup dewasa untuk mengambil keputusan, mulai melakukan pembangkangan, namun di sisi lain anak kadang masih bertingkah seperti anak kecil tanpa mereka sadari. Untuk menghadapi siswa pada masa remaja awal ini, guru harus menjadi sosok panutan yang menginspirasi bagi siswanya, karena anak pada masa ini masih 16 banyak melakukan imitasi atau kegiatan “meniru”. Mereka meniru orang yang dianggap lebih dewasa dan cocok dijadikan panutan. Menurut Fuson, Kalchman, Bransford 2006, secara garis besar ada tiga hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk membuat siswa memahami bahwa matematika bukan hanya sekadar menghitung dan mengikuti petunjuk, yaitu: 1 membiarkan siswa menentukan cara berpikir informalnya sendiri untuk menyelesaikan masalah, kemudian guru membimbing pemikiran matematis siswa ke strategi yang lebih efektif; 2 mendorong komunikasi matematis sehingga siswa dapat mengklarifikasi strategi mereka, dan membandingkan kekurangan dan kelebihan strategi atau cara lain; 3 mendesain aktivitas yang secara efektif dapat menjembatani konsep awal dengan pemahaman matematika yang ditargetkan. Dari pernyataan ini jelas bahwa untuk menangani siswa SMP yang sedang dalam masa peralihan menuju remaja dalam pembelajaran yang dapat dilakukan guru adalah dengan membiarkannya memilih caranya sendiri dalam menyelesaikan masalah, sehingga siswa merasa pemikirannya dihargai. Di sisi lain, guru juga dapat menyediakan aktivitas pembelajaran yang sesuai dan dapat menjembatani pemikiran siswa dengan tujuan pembelajaran.

2. Perangkat Pembelajaran

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS ADOBE FLASH CS6 PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR UNTUK KELAS VIII SEMESTER II

2 18 27

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK MEMBELAJARKAN BANGUN RUANG SISI DATAR MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DI KELAS VIII SMP N 5 PEMATANGSIANTAR.

0 0 23

Pengembangan media pembelajaran matematika berbasis Adobe Flash Professional Cs 5 pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII.

0 0 284

Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dengan mendiagnosis kesulitan belajar dan pembelajaran remediasi kelas VIII A SMP Pangudi Luhur Moyudan pada materi bangun ruang sisi datar.

0 2 229

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MATEMATIKA REALISTIK MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR BERORIENTASI PADA KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VIII SMP.

3 12 327

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII SMP/MTs.

0 15 453

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVINGUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR SISWA SMP KELAS VIII.

0 1 59

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS AUGMENTED REALITY PADA MATERI VOLUM DAN LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG SISI DATAR UNTUK SISWA KELAS VIII.

1 3 58

Pengembangan Multimedia Pembelajaran Matematika Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar untuk Siswa SMP Kelas VIII.

0 0 3

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS SQ3R PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR UNTUK KELAS VIII SMP Prima Yudhi

1 5 5