Persentase Keterlaksanaan Praktikum Keterlaksanaan Praktikum

70 volume larutan NH 3 X M yang digunakan saat titik ekuivalen. Berdasarkan data tersebut siswa dapat menghitung konsentrasi larutan NH 3 menggunakan rumus penentuan pH larutan penyangga basa. Setelah konsentrasi larutan NH 3 diketahui, kemudian siswa menentukan apakah campuran yang sebelumnya dibuat pada kegiatan predict merupakan larutan penyangga atau bukan penyangga. Terakhir siswa diminta untuk menyimpulkan hasil percobaan dan membuat laporan praktikum. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kedua ini juga diubah sesuai dengan kegiatan praktikum siswa. Format laporan yang harus dibuat oleh siswa diubah dengan menghilangkan poin cara kerja. Hal ini dilakukan karena LKS siswa juga dilampirkan pada laporan sehingga dirasa siswa tidak perlu lagi menuliskan langkah kerja praktikum. Secara keseluruhan, perubahan LKS praktikum kedua dapat dilihat pada Lampiran 2.

b. Persentase Keterlaksanaan Praktikum

Data keterlaksanaan praktikum diambil dari tiga sumber instrumen penelitian, yaitu dari angket keterlaksanaan praktikum, lembar observasi keterlaksanaan praktikum, dan lembar observasi aktivitas guru. Keterlaksanaan praktikum dengan metode demonstrasi dan teknik POE dilihat dari persentase ketiga sumber data tersebut. 1 Persentase Keterlaksanaan Praktikum Dilihat dari Angket Keterlaksanaan Praktikum Angket keterlaksanaan praktikum diisi oleh siswa setelah kedua praktikum dengan metode demonstrasi dan teknik POE selesai dilaksanakan. Angket tersebut 71 memberikan gambaran pelaksanaan praktikum pada tahapan kegiatan predict, observe, explain, dan pemahaman siswa yang dikaitkan dengan demonstrasi pendahuluan, penjelasan guru serta LKS praktikum. Angket keterlaksanaan praktikum ini memiliki sepuluh poin indikator, dimana untuk tahap kegiatan predict terdiri dari lima poin indikator, kegiatan observe terdiri dari tiga poin indikator dan kegiatan explain terdiri dari dua poin indikator. Masing –masing poin indikator tersebut memiliki beberapa kriteria terkait pemahaman siswa yang muncul dari penjelasan guru, penjelasan LKS maupun dari demonstrasi sebelumnya. Tahap kegiatan pertama yang terdapat dalam angket keterlaksanaan praktikum yaitu kegiatan predict. Pada tahap kegiatan ini, terdapat lima poin indikator keterlaksanaan. Masing-masing poin indikator memiliki tiga kriteria yang berbeda. Kriteria tersebut terkait indikator yang muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru, penjelasan dalam LKS atau dari demonstrasi sebelumnya. Uraian masing-masing indikator pada tahap predict adalah sebagai berikut. Indikator pada poin pertama yaitu siswa dapat mengamati perbedaan dan persamaan objek atau bahan dengan menggunakan alat. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang paling besar pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru’, yaitu sebesar 87. Angka tersebut menunjukkan bahwa siswa masih banyak mengandalkan penjelasan guru dan kurang memperhatikan penjelasan LKS maupun demonstrasi sebelumnya. Padahal petunjuk untuk siswa 72 dalam hal mengamati perbedaan dan persamaan objek atau bahan dengan menggunakan alat sudah tertuang di dalam LKS praktikum. Tingginya ketergantungan siswa terhadap guru dalam hal ini juga dapat disebabkan karena setiap kelompok hanya diberi satu LKS. Jumlah LKS yang terbatas ini menyebabkan hanya beberapa anggota kelompok saja yang memperhatikan petunjuk LKS, sedangkan yang lainnya lebih mengandalkan penjelasan dari guru. Indikator pada poin kedua yaitu siswa dapat menggunakan alat dan bahan yang sesuai. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang paling besar pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru’, yaitu sebesar 84. Angka tersebut menunjukkan bahwa siswa masih mengandalkan guru dalam menggunakan alat dan bahan untuk kegiatan memprediksi. Siswa cenderung lebih memperhatikan penjelasan dari guru daripada petunjuk LKS maupun penjelasan pada demonstrasi sebelumnya. Pada saat praktikum berlangsung, guru memang memberikan arahan kepada siswa dalam melaksanakan kegiatan predict, sehingga perhatian mereka terhadap petunjuk di LKS kurang maksimal. Hal ini dilakukan oleh guru karena waktu praktikum yang terbatas, sehingga untuk menghemat waktu yang ada guru menjelaskan terlebih dahulu detail langkah demi langkah kegiatan predict kepada semua siswa. Akibatnya keterampilan siswa dalam menggunakan alat dan bahan lebih dominan muncul berdasarkan penjelasan dari guru dibandingkan penjelasan dari LKS maupun dari demonstrasi sebelumnya. 73 Indikator pada poin ketiga yaitu siswa dapat membedakan dari pengamatan mereka yang relevan untuk masalah yang dihadapi. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang paling besar pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru ’, yaitu sebesar 90. Angka tersebut menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam membedakan hasil pengamatannya masih banyak bergantung kepada penjelasan guru daripada penjelasan dalam LKS maupun demonstrasi sebelumnya. Indikator pada poin keempat yaitu siswa dapat menggunakan data berdasarkan pemahaman mereka untuk memprediksi jawaban pertanyaan. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang paling besar pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman si swa terhadap penjelasan guru’, yaitu sebesar 87. Angka tersebut menunjukkan bahwa peran guru untuk menggiring siswa dalam menjawab pertanyaan prediksi masih dominan. Pemahaman siswa dalam hal memprediksi kurang begitu muncul jika siswa hanya mengandalkan petunjuk LKS maupun demonstrasi sebelumnya. Ketergantungan siswa kepada guru tersebut dapat disebabkan karena penjelasan LKS yang kurang jelas, sehingga tidak dapat dipahami oleh siswa dengan baik. Selain itu, kemungkinan siswa kurang memahami materi larutan penyangga yang sedang dipraktikumkan. Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi inilah yang membuat mereka kebingungan dalam hal membedakan hasil pengamatannya untuk masalah yang sedang dihadapi. Akibatnya siswa lebih 74 banyak mengandalkan penjelasan guru daripada penjelasan dalam LKS maupun dari demonstrasi sebelumnya. Tingginya ketergantungan siswa terhadap penjelasan guru ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti pertanyaan prediksi yang kurang jelas dan kurangnya pemahaman siswa tentang materi yang sedang dipraktikumkan. Kejelasan pertanyaan prediksi di dalam LKS merupakan faktor yang sangat penting, karena jika pertanyaan tersebut membingungkan dapat membuat prediksi siswa menjadi salah. Selain itu, pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipraktikumkan juga cukup penting karena menjadi modal utama bagi siswa dalam menjawab pertanyaan prediksi. Indikator pada poin kelima yaitu siswa dapat melakukan ekstrapolasi meramalkan hal yang mungkin terjadi dengan mengaplikasikan hasil data mereka. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang paling besar pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru’, yaitu sebesar 71. Angka tersebut menunjukkan bahwa peran guru dalam kegiatan ekstrapolasi siswa masih dominan. Siswa kurang dapat menggunakan penjelasan di dalam LKS maupun demonstrasi sebelumnya untuk meramalkan hal yang mungkin terjadi dengan mengaplikasikan hasil data mereka. Saat kegiatan praktikum, guru masih harus menggiring siswa dalam menggunakan data hasil kegiatan predict yang sudah siswa peroleh untuk menjawab pertanyaan prediksi. Hal ini disebabkan karena pemahaman siswa tentang materi larutan penyangga belum teralalu baik, sehingga mereka masih 75 kesulitan dalam menghubungkan data dengan jawaban prediksinya. Meskipun demikian, sudah ada beberapa siswa yang dapat membuat prediksi hanya dengan melihat penjelasan di LKS-nya. Tahap kegiatan berikutnya yaitu tahap kegiatan observe. Pada tahap ini, terdapat tiga poin indikator keterampilan. Masing-masing poin indikator memiliki tiga kriteria yang berbeda. Kriteria tersebut terkait indikator yang muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru, penjelasan dalam LKS atau dari demonstrasi sebelumnya. Uraian ketiga indikator pada tahap kegiatan observe adalah sebagai berikut. Indikator pada poin keenam yaitu siswa dapat menentukan apa yang harus diukur. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang paling besar pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa dari penjelas an dalam LKS’, yaitu sebesar 94. Angka tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah dapat menentukan apa yang harus diukur dengan melihat penjelasan atau petunjuk LKS praktikum. Tingginya criteria tersebut dapat dikarenakan petunjuk LKS sudah jelas dan dapat menuntun siswa untuk menentukan hal-hal apa saja yang harus diukur selama kegiatan observasi berlangsung. Indikator pada poin ketujuh yaitu siswa dapat membandingkan apa yang sebenarnya mereka lakukan dengan apa yang mereka rencanakan. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang paling besar pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa dari penjelasan dalam LKS’, yaitu sebesar 71. Angka tersebut menunjukkan 76 bahwa siswa sudah dapat memahami penjelasan dalam LKS dengan baik dan tidak terlalu bergantung kepada penjelasan dari guru maupun dari demonstrasi sebelumnya. Keterampilan siswa dalam indikator ini muncul karena di dalam LKS praktikum sudah memuat penjelasan yang menuntun siswa untuk membandingkan hasil prediksinya dengan hasil observasi yang akan mereka peroleh. Penjelasan tersebut dapat dilihat dalam langkah kerja pada kegiatan predict dan juga observe. Meskipun ada beberapa siswa yang masih mengandalkan penjelasan guru dalam indikator ini, tapi sebagian besar siswa sudah dapat melaksanakannya berdasarkan penjelasan dalam LKS. Indikator pada poin kedelapan yaitu siswa dapat mencatat data dengan benar. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang paling besar pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa dari penjelasan dalam LKS’, yaitu sebesar 87. Tingginya persentase pada kriteria tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah dapat mencatat data hasil pengamatannya berdasarkan penjelasan di LKS dan tidak lagi terlalu bergantung pada penjelasan dari guru maupun dari demonstrasi sebelumnya. Tingginya persentase dari kriteria tersebut dapat disebabkan karena di dalam LKS sudah tercantum tabel data hasil pengamatan, sehingga siswa hanya tinggal memasukkan data pengamatannya pada tabel tersebut. Tabel hasil pengamatan dalam LKS sudah dilengkapi dengan keterangan terkait data apa yang harus diisikan di dalamnya. Hal ini memudahkan siswa dalam mencatat data hasil pengamatannya dengan benar. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa 77 demonstrasi yang sudah dilakukan sebelumnya tidak terlalu berperan dalam memunculkan keterampilan mencatat siswa, karena siswa sudah paham hanya dengan melihat penjelasan di LKS-nya masing-masing. Tahap kegiatan terakhir yang terdapat dalam angket keterlaksanaan praktikum adalah kegiatan explain. Pada tahap ini, terdapat dua poin indikator keterampilan. Masing-masing poin indikator memiliki dua kriteria yang berbeda. Kriteria tersebut terkait indikator yang muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru dan pemahaman siswa terhadap penjelasan di dalam LKS. Uraian kedua indikator pada tahap kegiatan explain adalah sebagai berikut. Indikator pada poin kesembilan yaitu siswa mendiskusikan apa yang mereka temukan dalam kaitannya dengan pertanyaan awal mereka. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang sama besar pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru’ dan kriteria ‘muncul berdasarkan penjelasan dalam LKS’, yaitu sebesar 81. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam hal berdiskusi muncul setelah memperoleh penjelasan dari guru dan dari penjelasan yang terdapat di dalam LKS-nya. Saat melaksanakan kegiatan explain, guru memang memberi arahan kepada siswa dalam hal mendiskusikan hasil yang mereka peroleh dengan jawaban prediksi yang sebelumnya sudah dibuat. Guru menginstruksikan kepada seluruh siswa untuk ikut aktif berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing. Selain itu, keterampilan siswa dalam indikator ini juga muncul berdasarkan penjelasan dalam LKS. Di dalam LKS praktikum tersebut sudah dilengkapi dengan 78 pertanyaan-pertanyaan khususnya pada kegiatan explain yang menggiring siswa untuk membandingkan hasil prediksi dengan data observasi yang diperolehnya. Indikator pada poin kesepuluh yaitu siswa mengidentifikasi pola atau kecenderungan dalam pengamatan atau pengukuran mereka dan memerhatikan perubahan yang terkait. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang paling besar pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru’, yaitu sebesar 87. Angka tersebut menunjukkan bahwa siswa masih banyak mengandalkan penjelasan dari guru daripada penjelasan dalam LKS. Tingginya angka ketergantungan siswa terhadap penjelasan guru dapat dikarenakan pemahaman siswa tentang larutan penyangga masih kurang. Hal tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya siswa yang berkali-kali bertanya kepada guru, baik menyangkut langkah kerja maupun hasil yang diperolehnya. Hal ini menyebabkan siswa belum dapat mengidentifikasi pola atau kecenderungan dalam pengamatannya secara maksimal, sehingga guru harus memberikan penjelasan kepada siswa tersebut. Akibatnya keterampilan siswa dalam indikator ini lebih banyak muncul karena penjelasan dari guru, bukan dari penjelasan dalam LKS. Keterampilan mengidentifikasi pola atau kecenderungan dalam pengamatan atau pengukuran memang merupakan keterampilan yang tidak mudah, apalagi materi larutan penyangga yang dipraktikumkan siswa membutuhkan pemahaman konsep yang tinggi. Keterampilan ini harus sering dilatih agar siswa lebih teliti dan lebih kritis dalam mengidentifikasi pola atau kecenderungan dalam 79 pengamatan atau pengukuran selama praktikum. Selain itu, sebelum melakukan praktikum, guru sebaiknya memberikan bekal yang cukup kepada siswa tentang materi larutan penyangga maupun materi lainnya yang membutuhkan pemahaman konsep yang tinggi. Hal ini untuk memudahkan siswa dalam mengidentifikasi pola atau kecenderungan dalam pengamatannya, mengingat waktu praktikum yang tersedia juga terbatas. Dari hasil analisis angket keterlaksanaan praktikum, dapat diketahui bahwa indikator amatan pada tahap predict paling banyak muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahap predict, siswa masih bergantung pada penjelasan yang diberikan oleh guru daripada penjelasan yang sudah tertuang dalam LKS maupun dari demonstrasi sebelumnya. Pada tahap predict ini, siswa masih belum bisa mandiri dan perlu penjelasan dari guru dalam melaksanakan tahap demi tahap kegiatan predict. Indikator amatan pada tahap observe paling banyak muncul berdasarkan pemahaman siswa dari penjelasan dalam LKS. Hal ini menunjukkan bahwa siswa dapat melaksanakan kegiatan observasi atau pengamatan dengan melihat penjelasan yang terdapat dalam LKS-nya. Pada tahap ini, siswa mulai tidak lagi terlalu bergantung pada penjelasan guru. Siswa sudah mampu melaksanakan kegiatan tahap observe dengan melihat penjelasan yang ada dalam LKS-nya. Indikator amatan pada tahap explain paling banyak muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru daripada penjelasan dalam LKS. Pada tahap ini, guru masih harus membimbing siswa dalam mengidentifikasi dan mendiskusikan hasil pengamatannya. Meskipun sudah ada beberapa siswa yang 80 mampu melaksanakan tahap kegiatan ini berdasarkan penjelasan dalam LKS, namun masih ada siswa yang bertanya dan mengklarifikasi beberapa hal kepada guru, seperti bertanya tentang jawaban pertanyaan explain. Dari data angket diketahui bahwa persentase rata-rata keterlaksanaan kegiatan praktikum pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru’ yaitu sebesar 78,4. Kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa dari penjelasan dalam LKS’ sebesar 75,5, sedangkan untuk kriteria ‘muncul berdasarkan pengamatan demonstrasi sebelumnya’ sebesar 48,8. Dari hasil analisis angket keterlaksanaan praktikum yang diisi oleh siswa, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa peran guru dalam praktikum masih dominan, sehingga siswa masih belum dapat melaksanakan kegiatan praktikum secara mandiri. Hal ini ditunjukkan pada tingginya persentase keterlaksanaan indikator praktikum berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru. Meskipun dalam tahap kegiatan observe, siswa tidak tertalu bergantung lagi kepada penjelasan dari guru, namun lebih bergantung kepada penjelasan dalam LKS. Berdasarkan analisis angket siswa tersebut, dapat diketahui pula bahwa demonstrasi yang sudah dilakukan sebelumnya belum tertalu berperan dalam memunculkan pemahaman siswa saat melaksanakan kegiatan praktikum. Selama kegiatan praktikum, siswa masih banyak bergantung kepada penjelasan dari guru karena beberapa faktor, seperti kurangnya pemahaman siswa tentang materi larutan penyangga, petunjuk LKS yang tidak jelas, dan keterbatasan waktu praktikum. Siswa yang belum memahami materi larutan 81 penyangga akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan predict, observe, maupun explain. Siswa lebih cenderung menunggu penjelasan dari guru dibandingkan melihat penjelasan dari LKS maupun demonstrasi sebelumnya. Kurangnya bekal pemahaman siswa dalam materi larutan penyangga juga dapat dilihat dari seringnya siswa bertanya kepada guru terkait alat, bahan, langkah kerja, maupun jawaban pertanyaan di LKS. Sebelum melaksanakan praktikum, guru sebaiknya memberi bekal materi kepada siswa, terutama untuk materi-materi seperti larutan penyangga yang membutuhkan pemahaman konsep yang cukup tinggi. Tingginya angka ketergantungan siswa terhadap guru juga dapat dikarenakan penjelasan LKS yang membingungkan. Siswa mungkin merasa kebingungan dengan pernyataan atau pertanyaan LKS, sehingga membuat mereka kesulitan dalam melaksanakan kegitan praktikum. Hal ini dapat dilihat dari seringnya siswa bertanya kepada guru terkait maksud dari pertanyaan-pertanyaan dalam LKS praktikum. Meskipun pada tahap kegiatan observe, siswa sudah dapat memahami penjelasan di LKS-nya dan tidak terlalu bergantung lagi kepada guru. Nilai persenta se dari kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa dari penjelasan dalam LKS’ sebenarnya cukup besar, namun tidak sebesar nilai persentase dari kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa dari penjelasan guru’. Faktor terakhir yang menyebabkan tingginya angka ketergantungan siswa terhadap penjelasan guru, yaitu waktu praktikum yang cukup singkat. Sebelum praktikum dimulai, siswa terlambat 10 – 15 menit, sehingga membuat waktu yang digunakan untuk praktikum kurang. Akibatnya untuk menghemat waktu 82 praktikum yang ada, guru lebih dominan menjelaskan kepada siswa terkait tahap kegiatan predict, observe, maupun explain dibandingkan menunggu siswa untuk aktif berdasarkan inisiatifnya sendiri. Dalam melaksanakan kegiatan praktikum demonstrasi POE memang dibutuhkan manajemen waktu yang baik, sehingga setiap tahap kegiatannya dapat berjalan dengan lancar. Dengan adanya waktu praktikum yang memadai diharapkan dapat lebih memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif menemukan konsep secara mandiri, sehingga dalam pembelajaran guru lebih berperan sebagai fasilitator saja. 2 Persentase Keterlaksanaan Praktikum Dilihat dari Lembar Observasi Keterlaksanaan Praktikum Lembar observasi keterlaksanaan praktikum ini sama dengan angket keterlaksanaan praktikum yang diisi oleh siswa. Namun, lembar observasi keterlaksanaan praktikum diisi oleh observer yang menyaksikan kegiatan praktikum secara langsung. Lembar observasi tersebut memberikan gambaran pelaksanaan praktikum pada tahapan kegiatan predict, observe, explain, dan pemahaman siswa yang dikaitkan dengan demonstrasi pendahuluan, penjelasan guru serta LKS praktikum. Lembar observasi keterlaksanaan praktikum juga memiliki sepuluh poin indikator amatan, dimana untuk tahap kegiatan predict terdiri dari lima poin indikator amatan, kegiatan observe terdiri dari tiga poin indikator amatan dan kegiatan explain terdiri dari dua poin indikator amatan. Masing –masing poin indikator amatan tersebut memiliki beberapa kriteria terkait kegiatan siswa yang muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru, penjelasan dalam LKS maupun demonstrasi sebelumnya. 83 Tahap kegiatan pertama yang terdapat dalam lembar observasi keterlaksanaan praktikum yaitu kegiatan predict. Pada tahap ini, terdapat lima poin indikator amatan. Masing-masing poin indikator amatan memiliki tiga kriteria yang berbeda. Kriteria tersebut terkait indikator yang muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru, penjelasan dalam LKS atau dari demonstrasi sebelumnya. Uraian kelima indikator amatan pada tahap kegiatan predict adalah sebagai berikut. Indikator amatan pada poin pertama yaitu siswa dapat mengamati perbedaan dan persamaan objek atau bahan dengan menggunakan alat. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang paling besar pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru’, yaitu sebesar 100. Angka tersebut menunjukkan bahwa semua siswa masih mengandalkan penjelasan guru dan kurang memperhatikan penjelasan LKS maupun demonstrasi sebelumnya. Padahal petunjuk untuk siswa dalam hal mengamati perbedaan dan persamaan objek atau bahan dengan menggunakan alat sudah tertuang di dalam LKS praktikum. Tingginya ketergantungan siswa terhadap guru dalam hal ini juga dapat disebabkan karena setiap kelompok hanya diberi satu LKS. Jumlah LKS yang terbatas ini membuat hanya beberapa anggota kelompok saja yang memperhatikan petunjuk LKS, sedangkan yang lainnya lebih mengandalkan penjelasan dari guru. Semua observer memberikan tanda centang pada kriteria ini juga dapat disebabkan saat praktikum berlangsung, masih banyak siswa yang bertanya kepada guru, baik masalah langkah kerja maupun alat dan bahan yang digunakan. 84 Dari hal tersebut, observer berasumsi bahwa keterampilan pada indikator ini paling banyak muncul berdasarkan pemahaman siswa berdasarkan penjelasan dari guru, bukan dari penjelasan LKS maupun demonstrasi sebelumya. Indikator amatan pada poin kedua yaitu siswa dapat menggunakan alat dan bahan yang sesuai. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang sama besar pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemaha man siswa terhadap penjelasan guru’ dan kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa dari penjelasan dalam LKS’, yaitu sebesar 100. Angka tersebut menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam menggunakan alat dan bahan yang sesuai tidak hanya bergantung kepada penjelasan dari guru saja, tetapi juga berasal dari penjelasan LKS. Keterampilan siswa pada indikator ini muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru maupun penjelasan dalam LKS. Hal ini dapat terjadi karena sebelum praktikum dimulai, guru memberikan arahan kepada siswa terlebih dahulu terkait alat dan bahan yang harus mereka gunakan. Selain itu, penjelasan alat dan bahan yang harus digunakan siswa saat melaksanakan kegiatan memprediksi juga sudah tertuang di dalam LKS praktikumnya. Jadi, setelah siswa memperhatikan penjelasan dari guru, mereka juga mencermati lagi petunjuk alat dan bahan yang harus digunakan di dalam LKS-nya masing-masing. Indikator amatan pada poin ketiga yaitu siswa dapat membedakan dari pengamatan mereka yang relevan untuk masalah yang dihadapi. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang paling besar pada pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman 85 siswa terhadap penjelasan guru’, yaitu sebesar 100. Angka tersebut menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam membedakan hasil pengamatannya masih banyak bergantung kepada penjelasan guru daripada penjelasan dalam LKS maupun demonstrasi sebelumnya. Ketergantungan siswa kepada guru tersebut dapat disebabkan karena penjelasan LKS yang kurang jelas, sehingga tidak dapat dipahami oleh siswa dengan baik. Selain itu, kemungkinan siswa kurang memahami materi larutan penyangga yang sedang dipraktikumkan. Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi inilah yang membuat mereka kebingungan dalam hal membedakan hasil pengamatannya untuk masalah yang sedang dihadapi. Akibatnya siswa lebih banyak mengandalkan penjelasan guru daripada penjelasan dalam LKS maupun dari demonstrasi sebelumnya. Indikator amatan pada poin keempat yaitu siswa dapat menggunakan data berdasarkan pemahaman mereka untuk memprediksi jawaban pertanyaan. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang sama besar pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru’ dan kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa dari penjelasan dalam LKS’, yaitu sebesar 100. Angka tersebut menunjukkan bahwa selain dari penjelasan dari guru, siswa sudah dapat menjawab pertanyaan prediksinya melalui penjelasan di dalam LKS. Kesamaan nilai persentase pada kedua indikator ini dapat terjadi karena saat praktikum berlangsung, guru memberikan arahan kepada siswa dalam menggunakan data yang sudah diperoleh untuk menjawab pertanyaan prediksi. 86 Selain itu, penjelasan untuk menggunakan data pada tahap predict dalam menjawab pertanyaan prediksi sudah tertuang di dalam LKS. Langkah kerja tahap predict dan pertanyaan-pertanyaan prediksi di LKS dapat menuntun siswa dalam membuat jawaban prediksi yang tepat. Indikator amatan pada poin kelima yaitu siswa dapat melakukan ekstrapolasi meramalkan hal yang mungkin terjadi dengan mengaplikasikan hasil data mereka. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang sama besar pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru’ dan kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa dari penjelasan dalam LKS’, yaitu sebesar 100. Angka tersebut menunjukkan bahwa selain penjelasan dari guru, siswa dapat melaksanakan kegiatan ekstrapolasi berdasarkan pemahaman mereka dari penjelasan LKS. Dalam melaksanakan kegiatan ekstrapolasi, guru masih harus menuntun siswa untuk menggunakan data pengamatannya dalam membuat prediksi. Saat kegiatan praktikum, guru harus memberi umpan atau pertanyaan-pertanyaan terlebih dahulu kepada siswa agar mereka mengingat kembali materi larutan penyangga yang sudah diajarkan sebelumnya. Dengan begitu siswa dapat terpancing dan mampu menjawab pertanyaan prediksi dalam LKS. Keterampilan ekstrapolasi siswa juga muncul karena petunjuk dalam LKS sudah cukup jelas menuntun siswa untuk menggunakan data yang diperoleh dalam membuat prediksi. 87 Pada tahap kegiatan observe terdapat tiga poin indikator amatan. Masing- masing poin indikator memiliki tiga kriteria yang berbeda. Kriteria tersebut terkait indikator yang muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru, penjelasan dalam LKS atau dari demonstrasi sebelumnya. Uraian ketiga indikator amatan pada tahap kegiatan observe adalah sebagai berikut. Indikator pada poin keenam yaitu siswa dapat menentukan apa yang harus diukur. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang paling besar pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru’, yaitu sebesar 100. Angka tersebut menunjukkan bahwa peran guru dalam menentukan apa yang harus diukur siswa paling tinggi bila dibandingkan dengan penjelasan dalam LKS maupun demonstrasi sebelumnya. Dalam hal ini, guru masih harus memberikan arahan kepada siswa untuk mengambil bahan dan alat apa saja yang digunakan dalam kegiatan observasi. Hal ini dilakukan karena terkadang ada beberapa kelompok yang salah dalam melakukan langkah kerja. Meskipun penjelasan dalam LKS cukup berperan dalam keterlaksanaan indikator ini, namun tidak sebesar peran penjelasan dari guru. Dari hasil analisis juga diketahui bahwa peran demonstrasi sebelumnya tidak terlalu berpengaruh pada indikator ini. Indikator pada poin ketujuh yaitu siswa dapat membandingkan apa yang sebenarnya mereka lakukan dengan apa yang mereka rencanakan. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang paling besar pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru’, yaitu sebesar 100. Angka tersebut menunjukkan 88 bahwa peran guru dalam indikator ini masih sangatlah besar bila dibandingkan dengan penjelasan dalam LKS maupun demonstrasi sebelumnya. Saat kegiatan praktikum berlangsung, guru masih harus menuntun siswa dalam menggunakan data kegiatan observasi untuk membuktikan prediksi yang sudah dibuatnya. Hal ini dilakukan karena terdapat beberapa siswa yang masih bingung terkait tujuan kegiatan praktikum, sehingga pemahaman mereka tentang hubungan antar tahap kegiatan praktikum masih kurang. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya siswa yang sering kali bertanya tentang tujuan lagkah demi langkah kegiatan yang sedang mereka lakukan. Sebelum melaksanakan kegiatan, guru sebaiknya memberikan penjelasan tujuan praktikum secara jelas, baik pada tahap kegiatan predict, observe, maupun explain. Hal ini perlu dilakukan agar siswa dapat membandingkan apa yang sebenarnya mereka lakukan dengan apa yang mereka rencanakan. Indikator pada poin kedelapan yaitu siswa dapat mencatat data dengan benar. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang sama besar pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru’ dan kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa dari penjelasan dalam LKS’, yaitu sebesar 100. Indikator mencatat data dengan benar muncul karena penjelasan dari guru dan juga penjelasan dalam LKS. Hal ini dapat terjadi karena guru memberikan instruksi kepada siswa untuk mencatat data pengamatannya dalam tabel hasil pengamatan di LKS. Selain itu, keterampilan siswa dalam hal mencatat ini juga muncul setelah melihat penjelasan dalam LKS. Di dalam LKS praktikum, sudah terdapat petunjuk 89 untuk mencatat data dalam tabel hasil pengamatan. Tabel tersebut dilengkapi keterangan tentang data apa saja yang harus diisikan di dalamnya, sehingga memudahkan siswa dalam mencatat hasil pengamatannya. Pada tahap explain terdapat dua poin indikator. Masing-masing poin indikator memiliki dua kriteria yang berbeda. Kriteria tersebut terkait indikator yang muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru, dan penjelasan dalam LKS. Uraian ketiga indikator amatan pada tahap kegiatan explain adalah sebagai berikut. Indikator pada poin kesembilan yaitu siswa mendiskusikan apa yang mereka temukan dalam kaitannya dengan pertanyaan awal mereka. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang paling besar pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru’, yaitu sebesar 100. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam hal berdiskusi paling banyak muncul setelah memperoleh penjelasan dari guru daripada penjelasan dalam LKS-nya. Saat melaksanakan kegiatan explain, guru memang memberi arahan kepada siswa dalam hal mendiskusikan hasil yang mereka peroleh dengan jawaban prediksi yang sebelumnya sudah dibuat. Guru menginstruksikan kepada seluruh siswa untuk ikut aktif berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing. Kegiatan diskusi siswa harus diarahkan oleh guru karena materi larutan penyangga cukup kompleks. Hal ini perlu dilakukan karena waktu praktikum yang tersedia cukup terbatas. 90 Indikator pada poin kesepuluh yaitu siswa mengidentifikasi pola atau kecenderungan dalam pengamatan atau pengukuran mereka dan memerhatikan perubahan yang terkait. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa keterlaksanaan indikator tersebut memiliki persentase yang paling besar pada kriteria ‘muncul b erdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru’, yaitu sebesar 100. Angka tersebut menunjukkan bahwa siswa masih banyak mengandalkan penjelasan dari guru daripada penjelasan dalam LKS. Tingginya angka ketergantungan siswa terhadap penjelasan guru dapat dikarenakan pemahaman siswa tentang larutan penyangga masih kurang. Hal tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya siswa yang berkali-kali bertanya kepada guru, baik menyangkut langkah kerja maupun hasil yang diperolehnya. Hal ini menyebabkan siswa belum dapat mengidentifikasi pola atau kecenderungan dalam pengamatannya secara maksimal, sehingga guru harus memberikan penjelasan kepada siswa tersebut. Akibatnya keterampilan siswa dalam indikator ini lebih banyak muncul karena penjelasan dari guru, bukan dari penjelasan dalam LKS. Keterampilan mengidentifikasi pola atau kecenderungan dalam pengamatan atau pengukuran memang merupakan keterampilan yang tidak mudah, apalagi materi larutan penyangga yang dipraktikumkan siswa membutuhkan pemahaman konsep yang tinggi. Keterampilan ini harus sering dilatih agar siswa lebih teliti dan lebih kritis dalam mengidentifikasi pola atau kecenderungan dalam pengamatan atau pengukuran selama praktikum. 91 Dari hasil analisis lembar observasi keterlaksanaan praktikum, dapat diketahui bahwa tiga indikator amatan pada tahap predict paling banyak muncul pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru’ dan kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa dari penjelasan dalam LKS’. Dua indikator amatan lainnya paling banyak muncul pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru’. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahap predict, siswa tidak hanya mengandalkan penjelasan dari guru saja, tetapi juga dari penjelasan LKS praktikumnya. Hasil lembar observasi pada tahap predict yang diisi oleh observer tersebut sedikit berbeda dengan hasil angket yang diisi oleh siswa, dimana hasil analisis angket menunjukkan bahwa siswa lebih banyak mengandalkan penjelasan guru daripada penjelasan LKS maupun demonstrasi sebelumnya. Dari hasil analisis lembar observasi keterlaksanaan praktikum pada tahap observe, dapat diketahui bahwa dua dari tiga indikator paling banyak muncul pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru’, sedangkan satu indikator lainnya paling banyak pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru’ dan kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman sisw a dari penjelasan dalam LKS’. Pada tahap observe ini, siswa lebih banyak mengandalkan penjelasan dari guru dibandingkan penjelasan LKS dan demonstrasi sebelumnya. Hal ini sangat berbeda dengan hasil analisis angket keterlaksanaan praktikum, dimana dari angket tersebut dapat diketahui bahwa siswa lebih banyak mengandalkan penjelasan LKS praktikumnya daripada penjelasan guru maupun demonstrasi. 92 Observer mengira bahwa siswa lebih mengandalkan penjelasan guru saat melaksanakan kegiatan observe, padahal siswa sebenarnya lebih mengandalkan penjelasan yang terdapat dalam LKS daripada penjelasan dari guru. Dari hasil analisis lembar observasi keterlaksanaan praktikum pada tahap explain, dapat diketahui bahwa kedua indikator paling banyak terjadi pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru’ Dari data lembar observasi diketahui bahwa persentase rata-rata keterlaksanaan kegiatan praktikum pada kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru’ yaitu sebesar 100. Kriteria ‘muncul berdasarkan pemahaman siswa dari penjelasan dalam LKS’ sebesar 80, sedangkan untuk kriteria ‘muncul berdasarkan pengamatan demonstrasi sebelumnya’ sebesar 31. Dari hasil analisis lembar observasi keterlaksanaan praktikum yang diisi oleh observer, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa peran guru dalam kegiatan praktikum masih dominan, sehingga siswa masih belum dapat melaksanakan kegiatan praktikum secara mandiri. Hal ini ditunjukkan pada tingginya persentase keterlaksanaan indikator praktikum berdasarkan pemahaman siswa terhadap penjelasan guru. Berdasarkan analisis lembar observasi tersebut, dapat diketahui pula bahwa demonstrasi yang sudah dilakukan sebelumnya belum tertalu berperan dalam memunculkan pemahaman siswa saat melaksanakan kegiatan praktikum. Pada tahap kegiatan predict dan explain, hasil analisis lembar observasi secara umum sama dengan hasil analisis angket siswa, yang membedakan hanya pada tahap 93 kegiatan observe. Menurut lembar observasi tersebut siswa lebih mengandalkan penjelasan guru, sedangkan hasil analisis angket menunjukkan bahwa siswa lebih mengandalkan penjelasan dalam LKS praktikum-nya. Tingginya peran guru dalam memunculkan pemahaman siswa untuk melaksanakan indikator kegiatan, baik kegiatan predict, observe, atau explain dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut, yaitu waktu praktikum yang terbatas karena siswa datang terlambat, sehingga membuat guru harus banyak menjelaskan dan kurang memberikan waktu bagi siswa untuk bekerja secara mandiri. Kurangnya pemahaman tentang materi larutan penyangga juga menjadi faktor penghambat siswa dalam melaksanakan kegiatan praktikum. Hal ini dapat diketahui dari seringnya siswa bertanya kepada guru terkait alat, bahan maupun langkah kerja praktikum. Selain itu, kejelasan petunjuk LKS juga menjadi faktor yang penting terhadap keterlaksanaan praktikum. Petunjuk LKS yang tidak jelas dapat membuat siswa menjadi bingung dan tidak dapat menjawab pertanyaan LKS dengan baik. Secara umum data hasil analisis juga menunjukkan bahwa peran demonstrasi sebelumnya sangat kecil dalam memunculkan pemahaman siswa untuk melaksanakan tahapan kegiatan praktikum. Hal ini terjadi karena materi larutan penyangga merupakan materi kimia yang membutuhkan pemahaman konsep yang cukup tinggi, sehingga tidak mudah bagi siswa melaksanakan tahapan kegiatan praktikum hanya dari melihat demonstrasi sebelumnya saja. Siswa akan cenderung melihat penjelasan LKS dan memperhatikan penjelasan dari guru. 94 3 Persentase Keterlaksanaan Praktikum Dilihat dari Lembar Observasi Aktivitas Guru Lembar observasi aktivitas guru digunakan untuk mengetahui persentase keterlaksanaan aktivitas guru saat mengajar. Lembar observasi aktivitas guru diisi oleh lima orang observer dimana tiga observer menyaksikan kegiatan praktikum secara langsung, sedangkan dua lainnya menyaksikan kegiatan praktikum melalui rekaman video. Lembar observasi ini terdiri dari 25 poin amatan yang dibagi untuk kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, penutup dan manajemen kelas. Semua poin amatan tersebut mengacu pada tahapan kegiatan predict, observe dan juga explain. Hasil rata-rata persentase katerlaksanaan aktivitas guru yang diperoleh dari lembar observasi adalah 95,20. Angka tersebut menunjukkan bahwa guru telah melaksanakan hampir semua tahapan pembelajaran yang terbagi dalam kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup, dam manajemen kelas. Dalam pelaksanaan kegiatan praktikum dengam metode demonstrasi dan teknik POE, peneliti merasa kegiatan praktikum sudah berjalan dengan cukup baik mengingat kegiatan praktikum dengan metode demonstrasi teknik POE ini belum pernah dilaksanakan siswa sebelumnya. Kendala yang dialami oleh peneliti yaitu keterbatasan waktu praktikum yang hanya 90 menit. Hal ini diperparah dengan kedatangan siswa yang terlambat, sehingga waktu yang tersedia semakin terbatas. Kurangnya waktu praktikum 95 membuat tidak semua pertanyaan-pertanyaan dalam LKS dapat dibahas secara detail. Sebagian besar siswa juga tidak memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapat maupun hasil praktikumnya secara lisan. Kendala lainnya dalam pelaksanaan praktikum yaitu siswa kurang menyimak dengan seksama LKS yang sudah dibagikan, sehingga siswa hanya mengandalkan penjelasan atau arahan dari guru saja. Hal ini membuat siswa sering kali bertanya kepada guru tentang langkah kerja yang harus dilakukan, sehingga guru harus mengingatkan berulang-ulang kepada siswa untuk menyimak LKS-nya masing- masing. Dari data keterlaksanaan kegiatan praktikum yang diperoleh dari angket dan lembar observasi menunjukkan bahwa peran guru dalam proses pembelajaran masih dominan. Siswa belum dapat melaksanakan kegiatan praktikum menggunakan metode demonstrasi dan teknik POE secara mandiri. Berdasarkan data keterlaksanaan kegiatan praktikum yang diperoleh dari lembar observasi aktivitas guru menunjukkan bahwa guru sudah hampir melaksanakan semua kegiatannya yang mencangkup kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan juga kegiatan penutup.

2. Keterampilan Proses Sains Siswa