2.1.3 Model Pembelajaran Taba
2.1.3.1 Definisi Model Pembelajaran Taba
Model pembelajaran Taba merupakan salah satu model pembelajaran yang didasarkan pada penalaran induktif dan beraliran konstruktivisme. Nama dari
model pembelajaran tersebut diambil dari nama penemunya, yaitu Hilda Taba. Model pembelajaran Taba terlahir atas pemikiran Hilda Taba yakni keterbutuhan
atas model pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir. Tiga postulat tentang berpikir oleh Hilda Taba melahirkan ide bahwa kemampuan berpikir
dapat diajarkan melalui model pembelajaran yang khusus. Mengenai model pembelajaran tersebut, Eggan et al. 1979: 192 menyatakan sebagai berikut.
The underlying goal of Taba Model is the development of thinking skills in the students, i.e., to teach students how to think. Taba, a
curriculum theorist who had a significant impact on current social studies education, felt that teachers too often deliver prepackaged
generalizations to students rather than have them process information to form their own generalization. As a solution to this
problem, she developed a model to teach students to make observations and to form different types of inferencecs from these
observations.
Sebagai salah satu model pembelajaran yang menggunakan penalaran induktif, model pembelajaran Taba memiliki proses berpikir dari spesifik menuju
general. Eggen et al. 1979: 110 juga menjelaskan tentang penalaran induktif atau Inductive Reasoning sebagai berikut.
In inductive thinking the individual makes a number of observations which are then processed into a concept or
generalization. In inductive thinking, the individual does not have prior knowledge of the abstraction but only arrives at it after
observing and analyzing the observations.
Penalaran induktif menuntun siswa untuk menemukan sendiri kesimpulan atau generalisasi dari hasil observasi yang telah dilakukan. Hal tersebut akan lebih
mudah diterima siswa dibandingkan dengan menerima konsep dari guru secara langsung tanpa keterlibatan siswa dalam penarikan kesimpulan. Apabila materi
disampaikan secara deduktif aksiomatis seperti matematika pada perguruan tinggi, siswa akan mengalami kesulitan dalam menguasai materi tersebut. Apabila materi
disampaikan secara induktif, siswa akan menemukan keyakinan atas konsep tersebut. Dengan keyakinan tersebut, ingatan siswa akan lebih tahan lama. Oleh
karena itu, pembelajaran matematika pada sekolah dasar dan menengah lebih banyak menggunakan penalaran induktif.
Penalaran induktif memiliki tujuan sejalan dengan konstruktivisme. Penalaran induktif menggarisbawahi tujuannya yaitu membangun kemampuan
siswa dalam berpikir, sedangkan konstruktivisme menitikberatkan pada kemampuan siswa dalam menemukan konsep dan membangun pengetahuannya
sendiri. Model Taba telah diterapkan dalam pembelajaran pengetahuan sosial.
Namun demikian, sebagai salah satu model yang beralur pemikiran induktif dan beraliran konstruktivisme, model Taba layak untuk diterapkan dalam
pembelajaran matematika. Penalaran induktif dan aliran konstruktivisme model pembelajaran tersebut sesuai untuk membangun kemampuan berpikir kreatif
siswa dalam menyelesaikan soal segiempat yang rumit.
2.1.3.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Taba