Pembelajaran Matematika Landasan Teori

2.1.2 Pembelajaran Matematika

Pembelajaran menurut Gagne seperti yang dikutip Rifa’i et al. 2009: 192 adalah serangkaian peristiwa eksternal siswa yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Hamalik 1995: 54 berpendapat pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran. Setiap unsur-unsur tersebut hendaknya saling berhubungan dan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat terlaksana kegiatan pembelajaran yang optimal. Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah pada bagian glosarium menyantumkan pembelajaran adalah: 1 proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, dan 2 usaha sengaja, terarah, dan bertujuan oleh seseorang atau sekelompok orang termasuk guru dan penulis buku pelajaran agar orang lain termasuk siswa dapat memperoleh pengalaman yang bermakna. Dengan demikian pembelajaran dapat diartikan sebagai pendidikan dalam lingkup persekolahan atau proses sosialisasi dimana melibatkan siswa, guru, fasilitas, sumber belajar, prosedur dan interaksi yang terjadi diantaranya dengan tujuan menciptakan suasana belajar yang optimal. Pembelajaran dalam konteks standar pendidikan secara umum menurut Sanjaya 2006: 107 memiliki tiga makna. Pertama, pembelajaran dipandang sebagai proses berpikir. Dalam pembelajaran berpikir proses pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi juga kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri self regulated. Pengetahuan tidak datang dari luar, melainkan dibentuk oleh individu itu sendiri. Pembelajaran berpikir adalah berpartisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Makna pembelajaran yang kedua adalah proses pembelajaran memanfaatkan potensi otak. Pembelajaran berpikir merupakan pembelajaran yang memanfaatkan dan menggunakan kemampuan otak secara maksimal. Pembelajaran akan efektif apabila melibatkan otak kiri dan otak kanan secara seimbang. Makna pembelajaran yang ketiga adalah pembelajaran berlangsung sepanjang hayat. Sepanjang kehidupan manusia akan selalu dihadapkan pada masalah atau tujuan yang ingin dicapainya. Maka manusia perlu belajar untuk dapat menghadapi masalah atau mencapai tujuan yang diinginkan. Dangan demikian, pembelajaran menjadi proses yang dilakukan terus-menerus, yang tidak penah berhenti, dan tidak terbatas pada dinding kelas. Pembelajaran matematika merupakan kegiatan pembelajaran yang menggunakan matematika sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan Soedjadi, 2000: 37. Tujuan umum pembelajaran matematika sesuai dengan KTSP adalah agar siswa dapat: 1 memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; 2 menggunakan penalaran, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3 memecahkan masalah, yaitu mampu memahami masalah, merancang model matematika, dan menggunakan model tersebut untuk menemukan solusi; 4 mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain; dan 5 memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan Wardhani, 2008: 2. Matematika memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Salah satu karakteristik yang menonjol adalah matematika memiliki objek-objek yang abstrak. Hal tersebut mengakibatkan kesulitan bagi siswa dalam mengukur besaran matematika secara langsung. Karakteristik lain yang dimiliki adalah matematika mengandalkan tata nalar yang logis. James et. al. dalam Suherman 2003: 16 mendefinisikan matematika sebagai ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Setiap konsep atau pernyataan dalam matematika sangat jelas berjenjang sehingga terjaga konsistensinya. Dengan demikian, siswa harus menguasai konsep dasar dengan benar agar tidak mengalami kesulitan pada jenjang materi berikutnya. Hal tersebut mengajarkan kepada siswa bahwa kebenaran ilmiah bersifat saling terkait, artinya antara satu konsep dengan konsep yang lain memungkinkan terjadinya hubungan sehingga diperoleh prinsip-prinsip baru. Pembelajaran matematika membangun representasi internal siswa berupa bayangan konkrit, skema, prosedur, model, dan lain-lain. Nellisen dalam Pali nussa 2012: 54 menyatakan, “Methematization is viewed as a constructive, interactive and reflective activity ”. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan ciri-ciri pembelajaran matematika. Dengan memandang matematika sebagai kegiatan konstruktif, maka representasi siswa yang dibangun oleh dirinya sendiri harus diperhatikan dan dapat digunakan sebagai titik berangkat pada pembelajaran di kelas. Beberapa hal dapat disimpulkan mengenai pembelajaran matematika adalah: 1 pembelajaran matematika memiliki tujuan untuk membekali kemampuan berpikir keatif pada siswa dalam menyelesaikan masalah matematika maupun masalah sehari-hari; 2 matematika memiliki objek yang abstrak sehingga dibutuhkan media pembelajaran yang dapat membantu dalam proses pembelajaran; 3 pembelajaran matematika mengandalkan tata nalar yang logis sehingga dibutuhkan model pembelajaran yang mendukung perkembangan kemampuan nalar siswa; 4 pengertiankonsep dalam matematika jelas berjenjang dan terjaga konsistensinya sehingga siswa diharapkan dapat menguasai materi prasyarat sebelum melanjutkan ke jenjang berikutnya; 5 pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang menitikberatkan pada proses berpikir, bukan sekedar menemukan jawaban dengan cara cepat; dan 6 pembelajaran matematika dapat dipandang sebagai kegiatan yang bersifat konstruktif, interaktif, dan reflektif.

2.1.3 Model Pembelajaran Taba