̶ 220 ̶ Dari angka PDRB tersebut, nampak bahwa Jawa Timur terus
mengalami peningkatan, hal ini sejalan dengan proses membaiknya kondisi ekonomi Jawa Timur.
Tabel 2.121 Perkembangan PRDB Per Kapita Jawa Timur
No. U r a i a n
2009 2010
2011 2012
1. PDRB ADHB Trilyun Rp
686,85 778,57 884,50 1.001,72
2. PDRB ADHK 2000 Trilyun Rp
320,86 342,28 366,98 393,67
3. PDRB Per Kapita Juta Rp
18,42 20,77
23,46 26,32
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jatim Keterangan : Angka Diperbaiki Angka Sementara
Struktur perekonomian Jawa Timur tahun 2012 didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan
restoran, sektor industri pengolahan dan sektor pertanian yang kontribusi ketiganya sebesar 72,93 persen, meningkat dibanding
dengan periode yang sama tahun 2011 yang mencapai 72,49 persen. Peningkatan kontribusi ketiga sektor tersebut, terutama
disebabkan meningkatnya kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 0,41 persen dan sektor pertanian sebesar
0,04 persen sedangkan kontribusi beberapa sektor lain menurun. Kontribusi sektor konstruksi turun dari 4,67 persen menjadi 4,55
persen; sektor listrik, gas dan air bersih turun dari 1,43 persen menjadi 1,35 persen; dan sektor jasa-jasa turun dari 8,55 persen
menjadi 8,35 persen. Perkembangan sektor-sektor yang bergerak pada layanan jasa tersebut sangat dibutuhkan guna mendukung
sektor riil baik dalam berproduksi, distribusi, maupun pemasaran sehingga sektor-sektor non tradable goods seirama dengan
perkembangan sektor-sektor riil.
4. Indeks Disparitas Wilayah Jawa Timur
Salah satu upaya Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk adalah dengan memacu kegiatan ekonomi
di seluruh sektor. Hasil kegiatan ekonomi tersebut diharapkan nantinya terjadi pertumbuhan ekonomi atau yang disebut program
pro growth, dan selanjutnya dapat menciptakan kesempatan kerja yang seluas-luasnya kepada masyarakat pro job. Melalui
kesempatan kerja itu diharapkan dapat dinikmati hasilnya oleh
̶ 221 ̶
Tabel 2.122 Indeks Williamson Jawa Timur
Tahun 2008-2012 Tahun
Indeks Williamson
Perubahan
1 2
3
2008 113,93
-0,18398 2009
114,46 0,46520
2010 115,14
0,59409 2011
112,68 -2,13653
2012 112,60
-0,07100
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur Keterangan: Angka Diperbaiki
Angka Sementara
masyarakat dengan bertambahnya pendapatan mereka sehingga kesejahteraan masyarakat dapat meningkat, tidak terkecuali
bertambahnya pendapatan pada masyarakat yang bergolongan pendapatan rendah pro poor. Tetapi paradogs muncul, saat
dikatakan percepatan pembangunan digalakkan di masing-masing daerah timbul ketimbangan antar daerah akibat perbedaan sumber
daya yang mendukung pembangunan tersebut. Diduga perbedaan itu
secara tidak
langsung juga
menciptakan perbedaan
kesejahteraan dari sisi kewilayahan. Untuk menyempitkan disparitas antar wilayah ini perlu kerja keras, inisiatif dan
kreatifitas Pemerintah Daerah dalam memanfaatkan segala potensi yang ada untuk meningkatkan ekonominya.
Salah satu indikator yang bisa membaca seberapa jauh tingkat disparitas antar wilayah yaitu Indeks Williamson. Rumus
menghitung Indeks ketimpangan Williamson :
dimana: Yi
= PDRB perkapita di kabkota i
Y =
PDRB perkapita rata-rata provinsi fi
= jumlah penduduk di kabkota i
n =
jumlah penduduk di provinsi Semakin
besar angka
yang ditunjukkan oleh Indeks Williamson
berarti semakin
melebar kesenjangan
yang terjadi di wilayah tersebut.
Sebaliknya, semakin
kecil indeks ini, semakin mengecil
kesenjangan antar wilayahnya. Pencapaian
Indeks Williamson di Jawa Timur pada
lima tahun terakhir relatif berfluktuatif,
tetapi ada
kecenderungan semakin
membaik dalam kurun dua tahun terakhir. Pada tahun 2008 indeks ini tercatat sebesar
113,93 selanjutnya melebar pada tahun 2009 – 2010. Selanjutnya
indeks ini semakin mengecil pada tahun 2011 dan 2012 yang
̶ 222 ̶ pencapaiannya masing-masing 112,68 dan 112,60. Adanya
jembatan Suramadu yang membuat Madura yang dulu seolah-olah masih terpisah dengan pulau Jawa, menjadikan Madura seakan-
akan sudah menyatu, sehingga arus perekonomian dan transfer sosial budaya semakin cepat dibanding kondisi sebelum adanya
jembatan Suramadu. Selain itu Jalur Lintas Selatan sangat mendukung perekonomian pada wilayah selatan yang dulunya
masih terkendala. Demikian pula daerah-daerah yang ekonominya transportasinya bergantung pada Tol Porong yang semula
terkendala dengan adanya luapan lumpur Sidoarjo, dengan adanya jalur alteleri Porong perekonomiannya kembali normal. Pada
Tahun 2012 Indeks Williamson kembali mengecil -0,071 persen dibanding tahun 2011 atau mencapai 112,60. Revitalisasi sarana
transportasi terutama jalan tol diduga pendorong menyempitnya disparitas wilayah di Jawa Timur, selain pertumbuhan ekonomi
yang cukup baik dimasing-masing daerah. Pemerintah perlu menjaga kondisi ini agar di tahun mendatang dengan lebih
memperhatikan perbaikan sarana dan prasarana daerah-daerah perdesaan sehingga pertumbuhan ekonominya bisa ditingkatkan
dan kalau itu terjadi tidak mustahil Indeks Williamson akan mengecil.
5. Indeks Pembangunan Manusia Jawa Timur Tahun 2007 – 2012