̶ 218 ̶ Berdasarkan
hasil Susenas
September 2012,
garis kemiskinan sebesar Rp. 243.783 atau meningkat sebesar 4,54
persen dari garis kemiskinan Maret 2012. Kenaikan garis kemiskinansebesar Rp. 10.581 perkapitabulan dan sebanyak
74,37 persen diantarnya merupakan konstribusi garis kemiskinan makanan. Garis kemiskinan merupakan harga yang dibayar oleh
kelompok acuan untuk memenuhi kebutuhan pangan sebesar 2.100 kkalkapitahari dan kebutuhan non-pangan esensial
seperti perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi dan lainnya
Kenaikan garis kemiskinan di perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan. Garis kemiskinan meningkat besar 5,55
persen untuk perdesaan dan 3,52 persen untuk wilayah perkotaan. Tingginya kenaikan garis kemiskinan tersebut juga meliputi garis
kemiskinan makanan 5,57 persen untuk perdesaan dan 3,56 persen untuk perkotaan dan garis kemiskinan bukan makanan
5,50 persen untuk perdesaan dan 3,52 persen untuk perkotaan
3. Pertumbuhan Ekonomi ADHK Tahun 2000 Jawa Timur Tahun 2007-2012
Secara umum kondisi perekonomian Jawa Timur sampai dengan akhir tahun 2012 cukup baik, hal ini dapat dilihat dari
pertumbuhan ekonomi Jawa Timur cenderung lebih tinggi yaitu pada tahun 2010 ekonomi tumbuh 6,68 persen, kemudian
meningkat menjadi 7,22 persen tahun 2011 dan terus meningkat hingga tahun 2012 tumbuh menjadi 7,27 persen. Capaian
pertumbuhan ekonomi Jawa Timur di atas pertumbuhan Nasional fluktuasinya searah dengan pertumbuhan ekonomi nasional.
Tabel 2.119 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Terhadap Nasional
Tahun Pertumbuhan Ekonomi
Nasional Jawa Timur
2009 4,63
5,01 2010
6,20 6,68
2011 6,50
7,22 2012
6,30 7,27
Sumber : BPS Provinsi Jatim
̶ 219 ̶ Perekonomian Jawa Timur pada tahun 2012 terjadi
pertumbuhan disemua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran
sebesar 10,06 persen dengan sumber pertumbuhan sebesar 3,20 persen. Kedua sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 9,65
persen dengan sumber pertumbuhan sebesar 0,73 persen. Sektor berikutnya yang mengalami pertumbuhan tinggi adalah sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 8,01 persen dengan sumber pertumbuhan 0,44 persen. Sementara sektor
industri pengolahan dan sektor pertanian walau hanya mampu tumbuh masing-masing sebesar 6,34 persen dan 3,49 persen,
tetapi keduanya memberikan sumbangan pertumbuhan.
Tabel 2.120 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sektor Usaha
Sektor 2009
2010 2011
2012
1.
Pertanian
3,92 2,23
2,53
3,49
2.
Pertambangan Penggalian
6,92 9,18
6,08
2,10
3.
Industri Pengolahan
2,80 4,32
6,06
6,34
4.
Listrik,Gas Air Bersih
2,72 6,43
6,25
6,21
5.
Konstruksi
4,25 6,64
9,12
7,05
6.
Perdagangan, Hotel Restoran
5,58 10,67
9,81
10,06
7.
Pengangkutan Komunikasi
12,98 10,07
11,44
9,65
8.
Keuangan, Sewa, Jasa Perusahaan
5,30 7,27
8,18
8,08
9.
Jasa-jasa
5,76 4,34
5,08
5,07 PDRB
5,01
6,68 7,22
7,27
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur. Keterangan : Angka Diperbaiki Angka Sementara
Selanjutnya perekonomian Jawa Timur yang diukur dengan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2012
mencapai Rp 1.001,72 Trilyun dan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 mencapai 393,67 Trilyun. Capaian di atas lebih tinggi
dibanding tahun 2011 yaitu PDRB ADHB sebesar 884,50 Trilyun dan ADHK sebesar 366,98 Trilyun.
̶ 220 ̶ Dari angka PDRB tersebut, nampak bahwa Jawa Timur terus
mengalami peningkatan, hal ini sejalan dengan proses membaiknya kondisi ekonomi Jawa Timur.
Tabel 2.121 Perkembangan PRDB Per Kapita Jawa Timur
No. U r a i a n
2009 2010
2011 2012
1. PDRB ADHB Trilyun Rp
686,85 778,57 884,50 1.001,72
2. PDRB ADHK 2000 Trilyun Rp
320,86 342,28 366,98 393,67
3. PDRB Per Kapita Juta Rp
18,42 20,77
23,46 26,32
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jatim Keterangan : Angka Diperbaiki Angka Sementara
Struktur perekonomian Jawa Timur tahun 2012 didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan
restoran, sektor industri pengolahan dan sektor pertanian yang kontribusi ketiganya sebesar 72,93 persen, meningkat dibanding
dengan periode yang sama tahun 2011 yang mencapai 72,49 persen. Peningkatan kontribusi ketiga sektor tersebut, terutama
disebabkan meningkatnya kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 0,41 persen dan sektor pertanian sebesar
0,04 persen sedangkan kontribusi beberapa sektor lain menurun. Kontribusi sektor konstruksi turun dari 4,67 persen menjadi 4,55
persen; sektor listrik, gas dan air bersih turun dari 1,43 persen menjadi 1,35 persen; dan sektor jasa-jasa turun dari 8,55 persen
menjadi 8,35 persen. Perkembangan sektor-sektor yang bergerak pada layanan jasa tersebut sangat dibutuhkan guna mendukung
sektor riil baik dalam berproduksi, distribusi, maupun pemasaran sehingga sektor-sektor non tradable goods seirama dengan
perkembangan sektor-sektor riil.
4. Indeks Disparitas Wilayah Jawa Timur