PELAKSANAAN KUASI REORGANISASI lanjutan PERISTIWA SETELAH TANGGAL NERACA

298

61. PELAKSANAAN KUASI REORGANISASI lanjutan

Eliminasi saldo laba yang sudah ditentukan penggunaannya appropriated sebesar Rp1.000.000 tidak dilakukan pada saat kuasi reorganisasi karena Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara BUMN selaku pemegang saham Bank melalui Keputusan No. Kep-154M-MBU2002 tanggal 29 Oktober 2002 telah menyetujui peningkatan Modal Saham Ditempatkan dan Disetor Penuh sebesar Rp1.000.000 melalui konversi saldo laba yang sudah ditentukan penggunaannya tersebut menjadi Modal Saham Ditempatkan dan Disetor Penuh. Selanjutnya, berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Pemegang Saham tentang Perubahan Anggaran Dasar No. 2 tanggal 1 Juni 2003, yang dibuat di hadapan Aulia Taufani, SH, sebagai pengganti Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta serta PP No. 26 tahun 2003 tanggal 29 Mei 2003 yang antara lain menyetujui penambahan modal ditempatkan dan disetor penuh tersebut, Bank Mandiri telah membukukan saldo cadangan sebesar Rp1.000.000 tersebut sebagai modal saham ditempatkan dan disetor penuh.

62. PERISTIWA SETELAH TANGGAL NERACA

a. Divestasi 10 Kepemilikan Saham Pemerintah RI pada Bank Mandiri. Berdasarkan keputusan Tim Kebijakan Privatisasi Badan Usaha Milik Negara No. Kep-05TKP012004 tanggal 19 Januari 2004, pelepasan 10 kepemilikan Pemerintah Republik Indonesia di PT Bank Mandiri Persero Tbk. direncanakan pada triwulan pertama tahun 2004 Catatan 32. b. Penyampaian Surat Keberatan Pajak tanggal 13 Januari 2004 atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB tanggal 24 Oktober 2003 dan Surat Gugatan atas Surat Paksa tanggal 29 Desember 2003. Pada tanggal 13 Januari 2004, Bank telah mengirimkan Surat Keberatan ke Kantor Pajak dalam kaitannya dengan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB yang dikeluarkan oleh Kantor Pajak pada tanggal 24 Oktober 2003. Pada hari yang sama, Bank juga telah mengirimkan Surat Gugatan ke Pengadilan Pajak dalam kaitannya dengan Surat Paksa yang dikeluarkan oleh Kantor Pajak pada tanggal 29 Desember 2003 Catatan 27c. c. Penjualan Obligasi Pemerintah Pada tanggal 29 Pebruari 2004, dalam kaitannya dengan ketentuan secondary reserve, Bank melaksanakan transaksi penjualan Obligasi Pemerintah sebesar Rp17.070.000 tidak diaudit. Rasio secondary reserve Bank pada tanggal 29 Pebruari 2004 adalah sebesar 12,64 tidak diaudit. d. Program Penjaminan Pemerintah atas Kewajiban pada Bank-bank Lokal Berdasarkan Keputusan Presiden No. 152004 tanggal 27 Pebruari 2004 tentang berakhirnya tugas dan penutupan BPPN, dan Keputusan Menteri Keuangan No. 84KMK.062004 tanggal 27 Pebruari 2004, Pemerintah Republik Indonesia membentuk Unit Pelaksana Penjaminan Pemerintah, sebuah institusi baru yang menggantikan BPPN, untuk melanjutkan pelaksanaan Program Penjaminan Pemerintah atas Kewajiban pada Bank-bank Lokal Catatan 60. e. Proposal Pelunasan atas Pinjaman Subordinasi Bank Mandiri dari Bank Indonesia BI Pada tanggal 9 Maret 2004, Bank telah menyampaikan proposal baru sehubungan dengan pelunasan pinjaman subordinasi dari BI melalui surat No. COOSPM.0602004 tanggal 9 Maret 2004. f. Proposal Pelunasan atas Pinjaman Subordinasi PT Bank Syariah Mandiri BSM, anak perusahaan, dari Bank Indonesia Pada tanggal 9 Maret 2004, BSM telah menyampaikan proposal sehubungan dengan pelunasan pinjaman subordinasi dari BI melalui surat No. 6105DIR tanggal 9 Maret 2004. PT BANK MANDIRI PERSERO TBK. DAN ANAK-ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 Desember 2003, 30 April 2003 dan 31 Desember 2002 Jumlah฀dalam฀jutaan฀Rupiah,฀kecuali฀disebutkan฀lain PT BANK MANDIRI PERSERO TBK. DAN ANAK-ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 Desember 2003, 30 April 2003 dan 31 Desember 2002 Jumlah฀dalam฀jutaan฀Rupiah,฀kecuali฀disebutkan฀lain 299 B a n k ฀ M a n d i r i ฀ L a p o r a n ฀ T a h u n a n ฀ 2 0 0 3 PT BANK MANDIRI PERSERO TBK. DAN ANAK-ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 Desember 2003, 30 April 2003 dan 31 Desember 2002 Jumlah฀dalam฀jutaan฀Rupiah,฀kecuali฀disebutkan฀lain PT BANK MANDIRI PERSERO TBK. DAN ANAK-ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 Desember 2003, 30 April 2003 dan 31 Desember 2002 Jumlah฀dalam฀jutaan฀Rupiah,฀kecuali฀disebutkan฀lain 63. RINGKASAN PERBEDAAN-PERBEDAAN SIGNIFIKAN ANTARA PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI YANG DITERAPKAN OLEH BANK PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI YANG BERLAKU UMUM DI INDONESIA PSAK DAN STANDAR PELAPORAN KEUANGAN INTERNASIONAL “IFRS” Laporan keuangan konsolidasi disajikan berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yang untuk beberapa hal signifikan tertentu berbeda dari IFRS. Perbedaan-perbedaan signifikan tersebut disajikan dalam paragraf-paragraf berikut ini: a. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Berdasarkan PSAK, Bank mencatat penyisihan penghapusan aktiva produktif menggunakan cadangan umum dan cadangan khusus yang dihitung berdasarkan estimasi manajemen dan pedoman dari Bank Indonesia. Berdasarkan IFRS, Bank mencatat penyisihan penghapusan atas aktiva produktif yang tidak dianggap mengalami penurunan nilai menggunakan cadangan umum dan cadangan khusus yang dihitung berdasarkan IAS No. 37—“Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi dan Aktiva Kontinjensi”. Berdasarkan IAS No. 39—“Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran“, Bank menghitung penyisihan penghapusan aktiva produktif berdasarkan nilai sekarang bersih net present value dari aktiva produktif yang mengalami penurunan nilai impaired earning assets dan berdasarkan ekspektasi penagihan atas aktiva produktif lainnya. Suatu aktiva produktif dianggap mengalami penurunan nilai bila terdapat kemungkinan yang besar bahwa Bank akan tidak dapat menagih semua tagihan sesuai dengan syarat-syarat kontrak. b. Penyisihan Penghapusan atas Komitmen dan Kontinjensi Berdasarkan PSAK, Bank mencatat penyisihan penghapusan atas komitmen dan kontinjensi menggunakan cadangan umum dan cadangan khusus yang dihitung berdasarkan estimasi manajemen dan pedoman dari Bank Indonesia. Berdasarkan IFRS, Bank mengakui penyisihan penghapusan atas komitmen dan kontinjensi tertentu sesuai dengan IAS No. 37—“Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi dan Aktiva Kontinjensi”. c. Instrumen Derivatif Berdasarkan PSAK, Bank menerapkan PSAK No. 55—“Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai“, yang mengharuskan perhitungan dan pengakuan instrumen derivatif pada nilai wajarnya. Pada tanggal 30 April 2003 dan 31 Desember 2002, basis penghitungan nilai wajar untuk kontrak berjangka mata uang asing forward foreign currency contract didasarkan pada kurs spot Reuters pada tanggal laporan sesuai dengan pedoman pelaporan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Pada tanggal 23 Oktober 2003, Bank Indonesia menerbitkan surat edaran yang menghapus ketentuan untuk menggunakan kurs spot Reuters untuk revaluasi kontrak berjangka mata uang asing. Berdasarkan IAS No. 39—“Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran“, Bank menghitung nilai wajar dari instrumen derivatif kontrak mata uang berjangka dengan menggunakan kurs transaksi mata uang berjangka forward rate pada tanggal neraca. Bank mengklasifikasikan obligasi Pemerintah Catatan 8 sebagai originated loans menurut IFRS dan karenanya tidak ada keharusan untuk melakukan pengukuran atau pengakuan secara terpisah untuk indeksasi derivatif yang melekat embedded dalam obligasi lindung nilai. Originated loans adalah aset-aset dimana Bank memberikan pendanaan awal dan tidak ditentukan oleh bentuk dari instrumen yang dihasilkan dari pendanaan tersebut. 300 63. RINGKASAN PERBEDAAN-PERBEDAAN SIGNIFIKAN ANTARA PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI YANG DITERAPKAN OLEH BANK PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI YANG BERLAKU UMUM DI INDONESIA ”PSAK” DAN STANDAR PELAPORAN KEUANGAN INTERNASIONAL “IFRS” Lanjutan d. Kesejahteraan Karyawan Sesuai dengan PSAK, Bank mengakui provisi untuk uang penghargaan dan tunjangan masa kerja karyawan berdasarkan KepMen 150 dan UU no. 132003 yang selaras dengan nilai sekarang atas kewajiban manfaat sebagaimana tertuang dalam laporan aktuaria berdasarkan pada PSAK No.57—“Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi dan Aktiva Kontinjensi”. Berdasarkan IFRS, KepMen 150 dan UU no. 132003 diklasifikasikan sebagai program pensiun manfaat pasti defined benefit plan yang mengharuskan aktuaria untuk menggunakan metode penilaian proyeksi unit kredit Projected unit credit method dalam penilaian aktuarianya sebagaimana diharuskan oleh IAS No. 19—“Tunjangan Karyawan”. Lebih jauh, biaya jasa lalu past service cost diakui sebagai beban atau pendapatan dengan metode garis lurus straight line basis selama sisa rata-rata masa kerja hingga manfaat tersebut vested dan perubahan dalam labarugi aktuaria yang timbul sebagai akibat perbedaan asumsi aktuaria dan kondisi aktual tidak memerlukan pengakuan kecuali apabila perubahan tersebut melebihi 10 dari koridor. Apabila labarugi aktuaria melebihi 10 dari koridor, maka kelebihan tersebut akan diamortisasi selama sisa masa kerja karyawan. Sebagaimana disebutkan dalam Catatan 42, Bank telah mengevaluasi dampak Undang-Undang Ketenagakerjaan UU No. 132003 terhadap laporan keuangan konsolidasi dan merubah kebijakan Bank berkaitan dengan uang penghargaan dan tunjangan masa kerja pegawai dari KepMen 150 menjadi UU No. 132003. Untuk PSAK, perbedaan antara kewajiban manfaat sesuai dengan KepMen 150 dan kewajiban manfaat sesuai dengan UU No. 132003 dicatat di laporan laba-rugi tahun 2003. Untuk IFRS, perbedaan manfaat tersebut diakui sebagai biaya jasa lalu negatif negative past service cost yang akan diamortisasi selama sisa rata-rata masa kerja hingga perubahan manfaat tersebut vested. e. Kredit yang dibeli dari BPPN Sesuai dengan PSAK, selisih antara nilai pokok kredit dan harga pembelian diakui sebagai pendapatan yang ditangguhkan jika Bank membuat perjanjian kredit baru dengan debitur dan sebagai penyisihan penghapusan jika Bank tidak membuat perjanjian kredit baru dengan debitur. Koreksi atas pendapatan yang ditangguhkan dan penyisihan penghapusan hanya dapat dilakukan apabila Bank telah menerima pembayaran sebesar harga beli. Sesuai dengan IFRS, selisih antara nilai pokok kredit dan harga pembelian diakui sebagai pendapatan yang ditangguhkan. Untuk kredit dengan kategori performing, pendapatan yang ditangguhkan diamortisasi selama umur kredit dengan menggunakan metode effective interest rate sesuai dengan IFRS 39—“Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran“. Untuk kredit dengan kategori non-performing, pendapatan yang ditangguhkan hanya dapat dikoreksi apabila Bank telah menerima pembayaran sebesar harga beli. f. Aktiva Tetap Sesuai PSAK, aktiva tetap dinyatakan sebesar biaya perolehan, kecuali untuk beberapa aktiva tetap yang digunakan dalam operasi perusahaan yang telah direvaluasi pada tahun 1979, 1987 dan 2003 berdasarkan peraturan pemerintah, dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan amortisasi. Sesuai dengan IFRS, Bank memilih untuk mengakui aktiva tetap sebesar biaya perolehan sesuai dengan benchmark treatment dari IAS 16 revised 1998—“Aktiva Tetap”. Sehingga, revaluasi yang dilakukan oleh Bank pada tanggal 18 Juni 2003 sesuai dengan PSAK Catatan 14 tidak diakui untuk IFRS. PT BANK MANDIRI PERSERO TBK. DAN ANAK-ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 Desember 2003, 30 April 2003 dan 31 Desember 2002 Jumlah฀dalam฀jutaan฀Rupiah,฀kecuali฀disebutkan฀lain 301 B a n k ฀ M a n d i r i ฀ L a p o r a n ฀ T a h u n a n ฀ 2 0 0 3 PT BANK MANDIRI PERSERO TBK. DAN ANAK-ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 31 Desember 2003, 30 April 2003 dan 31 Desember 2002 Jumlah฀dalam฀jutaan฀Rupiah,฀kecuali฀disebutkan฀lain 63. RINGKASAN PERBEDAAN-PERBEDAAN SIGNIFIKAN ANTARA PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI YANG DITERAPKAN OLEH BANK PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI YANG BERLAKU UMUM DI INDONESIA ”PSAK” DAN STANDAR PELAPORAN KEUANGAN INTERNASIONAL “IFRS” Lanjutan g. Pajak Penghasilan Tangguhan Pengaruh dari penyesuaian IFRS atas pajak penghasilan tangguhan telah diakui sesuai dengan IFRS No. 12 - “Pajak Penghasilan”. Tingkat pajak efektif yang digunakan adalah 30.

64. REKONSILIASI LABA BERSIH DAN EKUITAS DENGAN JUMLAH-JUMLAH YANG DITETAPKAN MENURUT IFRS