Belajar dan Pembelajaran Kajian Teori
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Sedangkan menurut Joyce 1992: 4, dalam Trianto,
2011: 22, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum,
dan lain-lain. Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar. Dengan pemilihan
metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran, diharapkan adanya perubahan dari memorizing atau menghafal rote learning ke arah
berpikir thinking dan pemahaman understanding, dari model ceramah ke pendekatan discovery learning atau inquiry learning, dari belajar individual
ke kooperatif, serta dari subject centered ke clearer centered atau terkonstruksinya pengetahuan siswa Setiawan, 2005 dalam Wiyantini,
2006:3. Pembelajaran kooperatif cooperative learning adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Krismanto 2000, dalam Fadjar, 2009: 23 menyatakan bahwa pada kegiatan ini sekelompok siswa belajar dengan porsi utamanya
mendiskusikan tugas-tugas matematika, dalam arti saling membantu menyelesaikan tugas ataupun memecahkan masalah. Dalam pembelajaran
kooperatif setiap anggota tim bertanggung jawab atas keberhasilan
kelompoknya menyelesaikan suatu tugas. Slavin 2008: 4 mengemukakan bahwa dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling
membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam
pemahaman masing-masing. Selanjutnya menurut Slavin 2008: 4, apabila diatur dengan baik, siswa-siswa dalam kelompok kooperatif akan belajar
satu sama lain untuk memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok telah menguasai konsep-konsep yang telah dipikirkan.
“Meski para siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling bantu saat mengerjakan kuis maupun
ulangan. Tiap siswa harus tahu materinya. Tanggung jawab individual seperti ini memotivasi siswa untuk memberi penjelasan dengan baik satu
sama lain, karena satu-satunya cara bagi tim untuk berhasil adalah dengan membuat semua anggota tim menguasai informasi atau kemampuan yang
diajarkan ” Slavin, 2008: 12-13.
Pembelajaran kooperatif memiliki tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik dari pembelajaran kooperatif Slavin, 1995 dalam Isjoni, 2009:
33, dari http:blog.tp.ac.idmodel-pembelajaran-kooperatif diakses 4 Desember 2012, yaitu:
a. Penghargaan kelompok, penghargaan kelompok ini diperoleh jika
kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. b.
Pertanggung jawaban individu, pertanggung jawaban ini menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar.
c. Kesempatan yang sama untuk berhasil, setiap siswa yang berprestasi
rendah atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Pembelajaran kooperatif
memiliki lima unsur Lie, 2010: 31, yaitu: 1 saling ketergantungan positif, 2 tanggung jawab perseorangan, 3 tatap muka, 4 komunikasi antar
anggota, dan 5 evaluasi proses kelompok. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan penting
pembelajaran Ibrahim, dkk, 2000: 7, yaitu: 1 hasil belajar akademik, 2 penerimaan terhadap keragaman, dan 3 pengembangan keterampilan
sosial. Johnson Johnson 1994 menyatakan bahwa tujuan pokok belajar
kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara
kelompok Trianto, 2011: 57. Ada banyak nilai pembelajaran kooperatif diantaranya adalah:
a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial;
b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan,
informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan; c.
Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial; d.
Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen;
e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois;
f. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa;
g. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara
hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekan; h.
Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia; i.
Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif;
j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan
lebih baik; k.
Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama
dan orientasi tugas. Sugiyanto, 2010: 43-44
Pembelajaran kooperatif terdiri dari enam langkah atau fase pembelajaran, yaitu:
Tabel 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Fase
Tingkah Laku Guru
Fase-1 Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase-2 Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase-3 Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok kooperatif Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase-4 Membimbing kelompok bekerja
dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Fase-5
Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6 Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Ibrahim, dkk., 2000: 10, dalam Trianto, 2011: 66-67