1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, dimana dalam perkembangannya memerlukan banyak pembangunan. Pendidikan merupakan
aset yang pentung untuk Negara yang sedang berkembang, karena pendidikan merupkan jalan utama agardapat melakukan banyak pembangunan, oleh
karena itu Indonesia harus memajukan pendidikan yang mendukung kemajuan manusia Indonesia.
Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003, pendidikan merupakan usaha terencana untuk membangun lingkungan belajar dan proses
pembelajaran, sehingga para anak didik dapat secara giat mengembangkan potensi masing-masing guna memperbaiki taraf kerohanian, kesadaran,
kepribadian, kecerdasan, keetisan dan kekreatifan yang sesua bagi masing- masing warga Negara, maupun bagi bangsa. Sebagaimana yang tertuang
dalam undang-undang tersebut pada pasal 3 disebutkan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagai berikut, pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
2 Mewujudkan suatu tujuan pendidikan dapat dicapai melalui berbagai
proses pendidikan. Proses pendidikan pada dasarnya selalu berhubungan dan tidak terlepas dari lingkungan. Proses pendidikan dengan lingkungan
merupakan dua hal yang berhubungan dan tidak bisa dipisahkan. Menurut Arif Rohman 2009: 195 hubungan pendidikan dengan lingkungan ibarat makhluk
hidup dalam ilmu ekologi dinyatakan selalu hidup dalam habitatnya. Pendidikan sendiri tentunya memiliki tujuan yang luhur bagi kehidupan dan
seharusnya berdampak baik bagi lingkungan manusia. Perilaku manusia terhadap lingkungan hidupnya dapat dilihat secara nyata sejak manusia belum
berperadaban, awal adanya peradaban, dan sampai sekarang pada saat peradaban itu menjadi modern dan semakin canggih didukung oleh ilmu dan
teknologinya. Namun ironisnya perilaku manusia terhadap lingkungan hidup tidak semakin arif tetapi sebaliknya.
Kualitas lingkungan hidup sekarang ini semakin menurun karena tindakan eksploitatif terhadap alam yang berlebihan tanpa memperhatikan
daya dukung lingkungan dan fungsi ekologinya. Contoh gambaran permasalahan lingkungan yang diungkapkan oleh Institut Pertanian Bogor
IPB melaporkan, dari tahun 1990 hingga 2005 kerusakan hutan di Indonesia mencapai 28 juta hektar dan menempati urutan kedua setelah Brazil 42 juta
hektar. Liputan6.com Juni 2015 Meningkatnya kerusakan lingkungan juga ditandai dengan banyaknya
bencana alam yang terjadi selama tahun 2015 hingga 2016 ini yang ditimbulkan oleh kesalahan perlakuan manusia terhadap lingkungan. Bencana
banjir, tanah longsor bahkan kebakaran hutan terjadi dimana-mana. Hal
3 tersebut tidak lain disebabkan karena beralihnya fungsi lahan, sehingga lahan
sudah tidak sesuai dengan fungsinya lahan digunakan menjadi kawasan industri, pemukiman dan perkebunan. Alih fungsi tersebut mengakibatkan
kerusakan lahan hutan. Tentunya bencana tersebut disebabkan tidak hanya oleh satu faktor saja, namun oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang
menyebabkan yaitu kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan juga diiringi dengan pencemaran lingkungan yang terjadi, baik pencemaran air, tanah
maupun udara. Permasalahan lingkungan yang terjadi tidak terlepas dari lemahnya
kesadaran kita terhadap lingkungan hidup karena adanya anggapan yang memandang bahwa pemanfaatan alam bagi manusia itu adalah hal yang wajar.
Manusia yang seharusnya menjaga lingkungan demi kelestarian lingkungan di bumi tetapi cenderung mengeksploitasi lingkungan demi kepentingan
pribadinya. Perilaku yang konsumtif mengakibatkan pemanfaatan sumber daya alam tidak memperhitungkan akibat kerusakannya. Memudarnya
kepedulian terhadap lingkungan yang berakibat pada kehidupan manusia. Hal ini dapat di lihat melalui kebiasaan-kebiasaan orang-orang yang ada di sekitar
kehidupan nyata. Misalnya, menebang pohon secara liar guna memenuhi kebutuhan pribadinya adalah hal yang lumrah. Membuang sampah
sembarangan di mana pun sepertinya adalah suatu hal yang juga wajar dikarenakan belum ada aturan yang ketat untuk itu, meskipun sudah diatasi
dengan disediakannya tempat-tempat sampah yang ada di tempat-tempat strategis.
4 Contoh lain yang baru-baru ini sedang menjadi perbincangan
masyarakat Indonesia yaitu banyaknya produksi sampah plastik di Indonesia. Hal ini juga dipaparkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti
Nurbaya, dalam artikel National Geographic Indonesia pada 23 Januari 2016 jumlah limbah plastik di Indonesia terlalu banyak. Per tahunnya, masyarakat
Indonesia menggunakan hampir 10 milyar lembar kantong plastik, dan 95 persennya menjadi sampah. Permasalahan lain yang menambah parahnya
kerusakan lingkungan yaitu ketidakpedulian masyarakat terhadap lahan hijau di sekitar. Dan ditambah dengan ketidakpedulian masyarakat dengan
bertambahnya sampah plastik yang dibuang secara sembarangan. Sehingga bencana alam dengan mudahnya menyergap masyarakat, sebagai contoh
bencana banjir seringkali terjadi apabila turun hujan. Masalah lingkungan yang selama ini terjadi harus segera
ditanggulangi, manusia sebagai khalifah di bumi mempunyai tanggungjawab dan kewajiban untuk menjaga dan melestarikan lingkungan. Melalui
pendidikan manusia diharapkan mempunyai perilaku yang baik dalam menjaga dan melestarikan lingkungan. Salah satu upaya untuk mengatasi
permasalahan kerusakan lingkungan saat ini yaitu dengan membentuk manusia yang berkarakter. Karakter yang dibentuk yaitu penanaman karakter
cinta lingkungan sejak dini. Manusia yang berkarakter dalam setiap aktifitasnya akan menjaga dan melestarikan lingkungannya dengan baik.
Menyadarkan manusia agar tidak membuat kerusakan terhadap alam tidaklah mudah. Dikti Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, 2011: 136
mengemukakan bahwa menyadarkan masyarakat yang sudah terlanjur kurang
5 memahami arti kualitas lingkungan untuk kelestarian umat manusia, sulit
dilakukan. Sehingga penanaman pendidikan karakter harus dilakukan dengan sasaran yang tepat. Lebih lanjut lagi menurut Hamzah B. Uno dan Nurdin
Mohamad 2011: 136 menyebutkan bahwa penanaman, pemahaman, dan kesadaran tentang pentingnya menjaga kelestarian kualitas lingkungan sangat
baik apabila diterapkan melalui pendidikan. Jenjang pendidikan paling dasar adalah jenjang pendidikan sekolah dasar. Pendidikan sekolah dasar menjadi
pilihan yang tepat sasaran untuk penanaman nilai karakter, salah satunya adalah membentuk nilai karakter cinta lingkungan. Pada masa usia sekolah
dasar adalah masa dunia perkembangan kecerdasan anak yang sangat luas. Pada masa usia sekolah ini menurut Uyoh Sadulloh 2010: 141 menyebutkan
bahwa anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya, dorongan untuk mengetahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar.
Penanaman karakter di sekolah dasar, dapat dilaksanakan melalui penanaman nilai karakter cinta lingkungan. Penanaman karakter cinta
lingkungan di jenjang sekolah dasar menjadi dasar yang kuat bagi anak untuk mencintai lingkungan. Penanaman karakter cinta lingkungan di sekolah dapat
diterapkan berdasarkan kurikulum sekolah maupun program-program sekolah yang telah direncanakan sekolah. Kementrian Pendidikan Nasional 2010: 15
mengemukakan upaya penanaman karakter peduli ingkungan melalui kurikulum sekolah dan proses pembelajaran. Hal tersebut juga diperkuat
dengan Undang-Undang RI No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menambahkan salah satu cara untuk
6 menanamkan karakter peduli lingkungan melalui kesehatan lingkungan
sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, Sekolah Dasar Negeri
Tamanan merupakan sekolah dasar yang berupaya melaksanakan penanaman karakter cinta lingkungan. Setiap pagi sebelum kegiatan belajar, kegiatan yang
rutin dilakukan siswa adalah piket kelas dan perawatan taman. Piket kelas dan perawatan taman melibatkan siswa yang mendapat tugas di masing-masing
kelas. Ada pula kegiatan kebersihan pagi yang melibatkan siswa yang tidak mendapat tugas piket dan guru. Kebersihan pagi meliputi membersihkan ruang
kelas, membuang isi bak sampah, dan merawat tanaman-tanaman yang ada di lingkungan sekolah. Selain itu kegiatan kebersihan yang merupakan upaya
pelaksanaan penanaman pendidikan cinta lingkungan yang dikenal dengan SMUTLIS Sepuluh Menit Untuk Lingkungan Sekolah. Kegiatan ini
dilakukan setiap pagi sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Menurut penuturan Kepala Sekolah, kegiatan SMUTLIS ini dilakukan bergantian setiap
kelas mulai dari kelas satu sampai kelas enam mendapat jadwal kegiatan SMUTLIS ini. Kegiatan SMUTLIS biasanya meliputi aksi pungut sampah di
halaman sekolah. Namun masih ada kendala dalam pelaksanaannya. Kondisi cuaca yang tidak tentu, pada saat cuaca hujan kegiatan SMUTLIS ditiadakan.
Penanaman karakter cinta lingkungan juga ditanamkan dengan membiasakan anak untuk memilah-milah sampah sesuai dengan jenisnya.
Berdasarkan hasil observasi disetiap kelas memiliki tiga buah tempat sampah yang dibedakan sesuai jenisnya. Sebagai sekolah Adiwiyata, SD Negeri
Tamanan membiasakan siswa untuk mengurangi sampah plastik dengan
7 secara berkala melakukan kegiatan pembuatan kerajinan dari bahan-bahan
sampah. Kantin di SD Negeri Tamanan sendiri sudah terdaftar oleh BPOM Badan Pengawas Obat dan Makanan, pedagang kantin diminta untuk
meminimalisir penggunaan plastik dalam menjajakkan dagangannya. Kegiatan lain yang menunjang penanaman karakter cinta lingkungan
yaitu pemanfaatan air, air hujan ditampung dan dimanfaatkan untuk wudhu siswa dan guru, kemudian air wudhu mengalir masuk ke kolam ikan yang
ada, kemudian jika air di dalam kolam sudah kotor dimanfaatkan lagi untuk menyiram tanaman-tanaman yang ada di SD Negeri Tamanan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, sangat menarik bagi peneliti untuk mengetahui bagaimana penanaman karakter cinta lingkungan di
SD Negeri Tamanan. Ruang lingkup yang akan diteliti juga akan dipersempit membahas lingkungan yang berkaitan dengan alam dan lingkungan keseharian
siswa. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Sekolah Dasar tersebut dengan judul
“Penanaman Karakter Cinta Lingkungan di SD Negeri Tamanan, Bantul”.
B. Identifikasi Masalah