PENANAMAN KARAKTER CINTA LINGKUNGAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI TAMANAN BANTUL.

(1)

PENANAMAN KARAKTER CINTA LINGKUNGAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI TAMANAN BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Trinanda Putri Cahyani NIM 12108244006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “PENANAMAN KARAKTER CINTA LINGKUNGAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI TAMANAN BANTUL” yang disusun oleh Trinanda Putri Cahyani, NIM 12108244006 ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, 16 September 2016 Pembimbing

Fathurrohman, M.Pd


(3)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah telah lazim.

Tanda tangan dengan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 17 Oktober 2016 Yang Menyatakan,

Trinanda Putri Cahyani NIM 12108244006


(4)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “PENANAMAN KARAKTER CINTA LINGKUNGAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI TAMANAN BANTUL” disusun oleh Trinanda Putri Cahyani, NIM 12108244006 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 27 September 2016 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Fathurrohman, M.Pd. Ketua Penguji ... ... Sigit Dwi Kusrahmadi, M.Si. Sekertaris Penguji ... ... Dr. Mami Hajaroh, M.Pd. Penguji Utama ... ...

Yogyakarta, ... Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

Dr. Haryanto, M.Pd.


(5)

MOTTO

“... Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana

Allah telah berbuat baik kepadamu,

dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan .(Terjemahan QS. al-Qashasah (28): 77)

Kita bisa lebih besar dan lebih baik dari apa yang kita pikirkan (Penulis)


(6)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur atas penyelesaikan penulisan skripsi ini, maka kupersembahkan Tugas Akhir Skripsi ini kepada:

1. Ibu dan ayah tercinta, Bapak Kristakno dan Ibu Suprapti serta kakak-kakakku.

2. Almamater UNY yang telah menjadi tempat untuk menimba ilmu. 3. Agama, Nusa dan bangsa.


(7)

PENANAMAN KARAKTER CINTA LINGKUNGAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI TAMANAN BANTUL

Oleh

Trinanda Putri Cahyani NIM 12108244006

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penanaman karakter cinta lingkungan di SD Negeri Tamanan. Fokus penelitian yang diajukan adalah nilai-nilai karakter cinta lingkungan yang ditanamkan di SD Negeri Tamanan dan penanaman karakter di SD Negeri Tamanan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, guru, dan siswa. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dengan reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan menggunakan triangulasi teknik dan sumber.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter cinta lingkungan di SD N Tamanan ditanamkan dengan (1) Pengembangan kurikulum sekolah meliputi program pengembangan diri, pengintegrasian dalam mata pelajaran, dan budaya sekolah. Program pengembangan diri meliputi kegiatan rutin piket dan SMUTLIS, kegiatan spontan, keteladanan, pengkondisian sekolah. Pengintegrasian diupayakan dalam semua mata pelajaran. Budaya sekolah melalui SMUTLIS, apotek hidup, tamanisasi, ruang dan fasilitas, motivasi kepada siswa, penerapan hadiah dan hukuman, dan pengembangan karakter cinta lingkungan., kepedulian, dan tanggung jawab. (2) Pengembangan proses pembelajaran kelas dengan praktek dan pengamatan langsung, sekolah dengan pengarahan dan lomba, dan luar sekolah dengan pramuka, kunjungan ke luar sekolah dan outbond/wisata. (3) Pengembangan kesehatan sekolah meliputi pemeliharaan ruang dan bangunan, pencahayaan dan ventilasi udara ruang kelas yang memadai, pengelolaan fasilitas sanitasi, pengelolaan kantin/warung, pencegahan lingkungan dari jentik nyamuk, larangan dan penyuluhan bahaya rokok, dan promosi hygiene dan sanitasi dengan poster serta himbauan/ajakan dan sosialisasi.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga proses penyusunan skripsi yang berjudul : Penanaman Pendidikan Karakter Cinta Lingkungan di Sekolah Dasar Negeri Tamanan Bantul” dapat terselesaikan. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Keberhasilan skripsi ini dapat terwujud berkat bimbingan, bantuan, dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih saya berikan kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan menimba ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta dalam mewujudkan masa depan.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan ijin penelitian dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk memaparkan gagasan skripsi ini dan memberikan ijin penelitian. 4. Dra. Mujinem, M.Hum. sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah


(9)

5. Fathurrohman, M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabar dan pengertiannya dalam memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini

6. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat, serta seluruh karyawan FIP UNY yang telah memberikan pelayanan untuk kelancaran penulisan skripsi ini

7. Anis Rinawati, M.Pd. sebagai Kepala Sekolah SD Negeri Tamanan yang telah memberikan ijin penelitian dan bantuan selama penelitian berlangsung

8. Segenap warga SD N Tamanan yang bersedia menjadi subjek penelitian. 9. Bapak dan Ibu tercinta, Kristakno dan Suprapti, terimakasih atas doa, kasih

sayang, dukungan, perhatian, dan pengorbanan yang telah diberikan sepanjang hidup sampai saat ini.

10.Kakak-kakakku tercinta, Adi Cristiandi Utama dan Dwitanti Wahyu Utami, terimakasih atas kasih sayang dan dukungan yang diberikan selama ini sehingga dapat menyelesaikan studi ini.

11.Teruntuk Bripda Nur Arif Sulistyo, terimakasih atas waktu, perhatian, dukungan, dan motivasinya yang diberikan sehingga dapat menyelesaikan studi ini.

12.Teman-temanku Dyah Ayu Septianingrum, Prastiwi Hardianti, Uly Eka Lestari, dan Andi Lintang pertiwi yang selalu memberi motivasi selama ini. 13.Teman-teman kelas D “D Javu”, sahabat-sahabat kontrakan yang sudah

memberikan banyak warna bagaikan keluarga selama masa studi di Universitas Negeri Yogyakarta.


(10)

14.Semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungan demi terselesaikannya penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca sekalian.

Yogyakarta, 17 Oktober 2016


(11)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 8

D. Rumusan masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Penanaman Karakter ... 10

1. Pengertian Karakter ... 10

B. Tinjauan tentang Penanaman Karakter Cinta Lingkungan ... 12

1. Pengertian Lingkungan ... 12

2. Pengertian Cinta ... 13

C. Penanaman Karakter Cinta Lingkungan ... 18


(12)

2. Pendekatan Pengembangan Proses Pembelajaran... 23

3. Pengembangan Kesehatan Lingkungan Sekolah ... 24

D. Kerangka Pikir ... 26

E. Pertanyaan Penelitian ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 30

B. Jenis Penelitian ... 30

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

D. Objek dan Subjek Penelitian ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Instrumen Penelitian ... 35

G. Teknik Analisis Data ... 40

H. Keabsahan Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 43

B. Deskripsi Subjek dan Objek Penelitian ... 45

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 46

D. Pembahasan ... 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 124

B. Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 127


(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-kisi lembar observasi sekolah ... 36

Tabel 2. Kisi-kisi lembar wawancara kepala sekolah... 38

Tabel 3. Kisi-kisi lembar wawancara guru ... 38

Tabel 4. Kisi-kisi lembar wawancara siswa ... 39

Tabel 5. Penanaman karakter cinta lingkungan dalam pengembangan kurikulum sekolah ... 77

Tabel 6. Penanaman karakter cinta lingkungan dalam pengembangan proses pembelajaran ... 88

Tabel 7. Penanaman karakter cinta lingkungan dalam pengembangan kesehatan lingkungan sekolah ... 106


(14)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Gambar Alur Pikir Penelitian ... 29

Gambar 2. Kegiatan piket harian siswa ... 49

Gambar 3. Kegiatan spontan dimasukkan dalam kurikulum ... 52

Gambar 4. Dokumentasi keteladanan di dalam kurikulum ... 55

Gambar 5. Pengkondisian bak sampah pilah di dalam kelas ... 59

Gambar 6. Pengkondisian kamar mandi dalam keadaan bersih ... 60

Gambar 7. Siswa terlibat dalam penataan kelas ... 62

Gambar 8. Papan Visi, misi sekolah ... 63

Gambar 9. Dokumentasi RPP ... 66

Gambar 10. Dokumentasi kegiatan pembelajaran yang aktif ... 67

Gambar 11. Dokumentasi kegiatan SMUTLIS ... 71

Gambar 12. Guru memotivasi siswa dalam merawat tanaman ... 74

Gambar 13. Dokumentasi siswa sedang piket ... 76

Gambar 14. Guru mengajak praktik langsung dalam pembelajaran ... 81

Gambar 15. Salah satu guru memberi pengarahan ... 83

Gambar 16. Kegiatan kemah dalam ekstrakurikuler pramuka ... 85

Gambar 17. Kegiatan outbond tertulis di dalam kurikulum ... 87

Gambar 18. Kegiatan pemeliharaan ruang dan bangunan ... 90

Gambar 19. Kondisi ruang kelas ... 92

Gambar 20. Tempat penampungan akhir sampah ... 95

Gambar 21. Gambar kantin sekolah ... 97

Gambar 22. Kegiatan SISMANTIK oleh siswa ... 100

Gambar 23. Poster larangan merokok di lingkungan sekolah ... 102


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 131

Lampiran 2. Kisi-Kisi Lembar Penelitian ... 132

Lampiran 3. Lembar Observasi Penanaman Pendidikan Karakter Cinta Lingkungan ... 135

Lampiran 4. Daftar Pertanyaan Wawancara Dengan Kepala Sekolah ... 136

Lampiran 5. Daftar Pertanyaan Wawancara Dengan Guru ... 139

Lampiran 6. Daftar Pertanyaan Wawancara Dengan Siswa ... 142

Lampiran 7. Reduksi, Display Data, dan Kesimpulan Hasil Wawancara Dengan Kepala Sekolah ... 145

Lampiran 8. Reduksi, Display Data, dan Kesimpulan Hasil Wawancara Dengan Guru ... 153

Lampiran 9. Reduksi, Display Data, dan Kesimpulan Hasil Wawancara Dengan Siswa ... 177

Lampiran 10. Tabel Triangulasi Sumber dan Cross Check Hasil Wawancara Kepala Sekolah, Guru, dan Siswa ... 187

Lampiran 11. Hasil Observasi Penanaman Karakter Cinta Lingkungan di SD N Tamanan ... 196

Lampiran 12. Tabel Triangulasi Data ... 250

Lampiran 13. Dokumentasi ... 261

Lampiran 14. Lembar RPP ... 266

Lampiran 15. Kurikulum sekolah ... 274

Lampiran 16. Surat Pengantar Permohonan Ijin Penelitian FIP ... 283

Lampiran 17. Surat Ijin Penelitian BAPPEDA Bantul ... 284


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, dimana dalam perkembangannya memerlukan banyak pembangunan. Pendidikan merupakan aset yang pentung untuk Negara yang sedang berkembang, karena pendidikan merupkan jalan utama agardapat melakukan banyak pembangunan, oleh karena itu Indonesia harus memajukan pendidikan yang mendukung kemajuan manusia Indonesia.

Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003, pendidikan merupakan usaha terencana untuk membangun lingkungan belajar dan proses pembelajaran, sehingga para anak didik dapat secara giat mengembangkan potensi masing-masing guna memperbaiki taraf kerohanian, kesadaran, kepribadian, kecerdasan, keetisan dan kekreatifan yang sesua bagi masing-masing warga Negara, maupun bagi bangsa. Sebagaimana yang tertuang dalam undang-undang tersebut pada pasal 3 disebutkan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagai berikut, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.


(17)

Mewujudkan suatu tujuan pendidikan dapat dicapai melalui berbagai proses pendidikan. Proses pendidikan pada dasarnya selalu berhubungan dan tidak terlepas dari lingkungan. Proses pendidikan dengan lingkungan merupakan dua hal yang berhubungan dan tidak bisa dipisahkan. Menurut Arif Rohman (2009: 195) hubungan pendidikan dengan lingkungan ibarat makhluk hidup dalam ilmu ekologi dinyatakan selalu hidup dalam habitatnya. Pendidikan sendiri tentunya memiliki tujuan yang luhur bagi kehidupan dan seharusnya berdampak baik bagi lingkungan manusia. Perilaku manusia terhadap lingkungan hidupnya dapat dilihat secara nyata sejak manusia belum berperadaban, awal adanya peradaban, dan sampai sekarang pada saat peradaban itu menjadi modern dan semakin canggih didukung oleh ilmu dan teknologinya. Namun ironisnya perilaku manusia terhadap lingkungan hidup tidak semakin arif tetapi sebaliknya.

Kualitas lingkungan hidup sekarang ini semakin menurun karena tindakan eksploitatif terhadap alam yang berlebihan tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan dan fungsi ekologinya. Contoh gambaran permasalahan lingkungan yang diungkapkan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) melaporkan, dari tahun 1990 hingga 2005 kerusakan hutan di Indonesia mencapai 28 juta hektar dan menempati urutan kedua setelah Brazil (42 juta hektar). (Liputan6.com Juni 2015)

Meningkatnya kerusakan lingkungan juga ditandai dengan banyaknya bencana alam yang terjadi selama tahun 2015 hingga 2016 ini yang ditimbulkan oleh kesalahan perlakuan manusia terhadap lingkungan. Bencana banjir, tanah longsor bahkan kebakaran hutan terjadi dimana-mana. Hal


(18)

tersebut tidak lain disebabkan karena beralihnya fungsi lahan, sehingga lahan sudah tidak sesuai dengan fungsinya lahan digunakan menjadi kawasan industri, pemukiman dan perkebunan. Alih fungsi tersebut mengakibatkan kerusakan lahan hutan. Tentunya bencana tersebut disebabkan tidak hanya oleh satu faktor saja, namun oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang menyebabkan yaitu kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan juga diiringi dengan pencemaran lingkungan yang terjadi, baik pencemaran air, tanah maupun udara.

Permasalahan lingkungan yang terjadi tidak terlepas dari lemahnya kesadaran kita terhadap lingkungan hidup karena adanya anggapan yang memandang bahwa pemanfaatan alam bagi manusia itu adalah hal yang wajar. Manusia yang seharusnya menjaga lingkungan demi kelestarian lingkungan di bumi tetapi cenderung mengeksploitasi lingkungan demi kepentingan pribadinya. Perilaku yang konsumtif mengakibatkan pemanfaatan sumber daya alam tidak memperhitungkan akibat kerusakannya. Memudarnya kepedulian terhadap lingkungan yang berakibat pada kehidupan manusia. Hal ini dapat di lihat melalui kebiasaan-kebiasaan orang-orang yang ada di sekitar kehidupan nyata. Misalnya, menebang pohon secara liar guna memenuhi kebutuhan pribadinya adalah hal yang lumrah. Membuang sampah sembarangan di mana pun sepertinya adalah suatu hal yang juga wajar dikarenakan belum ada aturan yang ketat untuk itu, meskipun sudah diatasi dengan disediakannya tempat-tempat sampah yang ada di tempat-tempat strategis.


(19)

Contoh lain yang baru-baru ini sedang menjadi perbincangan masyarakat Indonesia yaitu banyaknya produksi sampah plastik di Indonesia. Hal ini juga dipaparkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, dalam artikel (National Geographic Indonesia pada 23 Januari 2016) jumlah limbah plastik di Indonesia terlalu banyak. Per tahunnya, masyarakat Indonesia menggunakan hampir 10 milyar lembar kantong plastik, dan 95 persennya menjadi sampah. Permasalahan lain yang menambah parahnya kerusakan lingkungan yaitu ketidakpedulian masyarakat terhadap lahan hijau di sekitar. Dan ditambah dengan ketidakpedulian masyarakat dengan bertambahnya sampah plastik yang dibuang secara sembarangan. Sehingga bencana alam dengan mudahnya menyergap masyarakat, sebagai contoh bencana banjir seringkali terjadi apabila turun hujan.

Masalah lingkungan yang selama ini terjadi harus segera ditanggulangi, manusia sebagai khalifah di bumi mempunyai tanggungjawab dan kewajiban untuk menjaga dan melestarikan lingkungan. Melalui pendidikan manusia diharapkan mempunyai perilaku yang baik dalam menjaga dan melestarikan lingkungan. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan kerusakan lingkungan saat ini yaitu dengan membentuk manusia yang berkarakter. Karakter yang dibentuk yaitu penanaman karakter cinta lingkungan sejak dini. Manusia yang berkarakter dalam setiap aktifitasnya akan menjaga dan melestarikan lingkungannya dengan baik. Menyadarkan manusia agar tidak membuat kerusakan terhadap alam tidaklah mudah. Dikti (Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, 2011: 136) mengemukakan bahwa menyadarkan masyarakat yang sudah terlanjur kurang


(20)

memahami arti kualitas lingkungan untuk kelestarian umat manusia, sulit dilakukan. Sehingga penanaman pendidikan karakter harus dilakukan dengan sasaran yang tepat. Lebih lanjut lagi menurut Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad (2011: 136) menyebutkan bahwa penanaman, pemahaman, dan kesadaran tentang pentingnya menjaga kelestarian kualitas lingkungan sangat baik apabila diterapkan melalui pendidikan. Jenjang pendidikan paling dasar adalah jenjang pendidikan sekolah dasar. Pendidikan sekolah dasar menjadi pilihan yang tepat sasaran untuk penanaman nilai karakter, salah satunya adalah membentuk nilai karakter cinta lingkungan. Pada masa usia sekolah dasar adalah masa dunia perkembangan kecerdasan anak yang sangat luas. Pada masa usia sekolah ini menurut Uyoh Sadulloh (2010: 141) menyebutkan bahwa anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya, dorongan untuk mengetahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar. Penanaman karakter di sekolah dasar, dapat dilaksanakan melalui penanaman nilai karakter cinta lingkungan. Penanaman karakter cinta lingkungan di jenjang sekolah dasar menjadi dasar yang kuat bagi anak untuk mencintai lingkungan. Penanaman karakter cinta lingkungan di sekolah dapat diterapkan berdasarkan kurikulum sekolah maupun program-program sekolah yang telah direncanakan sekolah. Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 15) mengemukakan upaya penanaman karakter peduli ingkungan melalui kurikulum sekolah dan proses pembelajaran. Hal tersebut juga diperkuat dengan Undang-Undang RI No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menambahkan salah satu cara untuk


(21)

menanamkan karakter peduli lingkungan melalui kesehatan lingkungan sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, Sekolah Dasar Negeri Tamanan merupakan sekolah dasar yang berupaya melaksanakan penanaman karakter cinta lingkungan. Setiap pagi sebelum kegiatan belajar, kegiatan yang rutin dilakukan siswa adalah piket kelas dan perawatan taman. Piket kelas dan perawatan taman melibatkan siswa yang mendapat tugas di masing-masing kelas. Ada pula kegiatan kebersihan pagi yang melibatkan siswa yang tidak mendapat tugas piket dan guru. Kebersihan pagi meliputi membersihkan ruang kelas, membuang isi bak sampah, dan merawat tanaman-tanaman yang ada di lingkungan sekolah. Selain itu kegiatan kebersihan yang merupakan upaya pelaksanaan penanaman pendidikan cinta lingkungan yang dikenal dengan SMUTLIS (Sepuluh Menit Untuk Lingkungan Sekolah). Kegiatan ini dilakukan setiap pagi sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Menurut penuturan Kepala Sekolah, kegiatan SMUTLIS ini dilakukan bergantian setiap kelas mulai dari kelas satu sampai kelas enam mendapat jadwal kegiatan SMUTLIS ini. Kegiatan SMUTLIS biasanya meliputi aksi pungut sampah di halaman sekolah. Namun masih ada kendala dalam pelaksanaannya. Kondisi cuaca yang tidak tentu, pada saat cuaca hujan kegiatan SMUTLIS ditiadakan.

Penanaman karakter cinta lingkungan juga ditanamkan dengan membiasakan anak untuk memilah-milah sampah sesuai dengan jenisnya. Berdasarkan hasil observasi disetiap kelas memiliki tiga buah tempat sampah yang dibedakan sesuai jenisnya. Sebagai sekolah Adiwiyata, SD Negeri Tamanan membiasakan siswa untuk mengurangi sampah plastik dengan


(22)

secara berkala melakukan kegiatan pembuatan kerajinan dari bahan-bahan sampah. Kantin di SD Negeri Tamanan sendiri sudah terdaftar oleh BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), pedagang kantin diminta untuk meminimalisir penggunaan plastik dalam menjajakkan dagangannya.

Kegiatan lain yang menunjang penanaman karakter cinta lingkungan yaitu pemanfaatan air, air hujan ditampung dan dimanfaatkan untuk wudhu siswa dan guru, kemudian air wudhu mengalir masuk ke kolam ikan yang ada, kemudian jika air di dalam kolam sudah kotor dimanfaatkan lagi untuk menyiram tanaman-tanaman yang ada di SD Negeri Tamanan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, sangat menarik bagi peneliti untuk mengetahui bagaimana penanaman karakter cinta lingkungan di SD Negeri Tamanan. Ruang lingkup yang akan diteliti juga akan dipersempit membahas lingkungan yang berkaitan dengan alam dan lingkungan keseharian siswa. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Sekolah Dasar tersebut dengan judul “Penanaman Karakter Cinta Lingkungan di SD Negeri Tamanan, Bantul”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka didapatkan identifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Rendahnya kesadaran dalam menjaga dan melestarikan lingkungan yang sudah tertata dengan baik yang mengakibatkan kerusakan lingkungan. 2. Manusia cenderung mengeksploitasi lingkungan hanya untuk kepentingan


(23)

3. Belum diketahui secara menyeluruh program-program yang mendukung penanaman karakter cinta lingkungan di Sekolah Dasar Negeri Tamanan.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, maka peneliti membatasi permasalahan pada Sekolah Dasar Negeri Tamanan sudah berupaya menanamkan karakter cinta lingkungan namun dalam pelaksanaannya masih terdapat kendala.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di uraikan di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

Bagaimana penanaman karakter cinta lingkungan di Sekolah Dasar Negeri Tamanan Bantul?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penanaman karakter cinta lingkungan di Sekolah Dasar Negeri Tamanan Bantul.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Secara teoritis :

Memberikan gambaran pelaksanaan dan masukan dalam pelaksanaan penanaman karakter cinta lingkungan sesuai dengan visi dan misi sekolah.


(24)

2. Secara praktis :

a. Bagi Kepala Sekolah

1) Memberikan masukan mengenai pelaksanaan penanaman karakter cinta lingkungan.

b. Bagi Guru

1) Memberikan masukan kepada guru dalam pelaksanaan penanaman karakter cinta lingkungan.

2) Meningkatkan motivasi bagi guru untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter cinta lingkungan dalam proses pembelajaran.

c. Bagi Siswa

1) Memberi informasi bagi siswa tentang karakter cinta lingkungan yang dikembangkan oleh sekolah.

2) Meningkatkan pembiasaan bertindak dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai karakter cinta lingkungan.


(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Penanaman Karakter 1. Pengertian Karakter

Manusia antara satu dengan yang lainnya memiliki ciri-ciri yang membedakan antara dirinya dengan orang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat melalui bentuk fisik maupun karakternya. Karakter menurut Heri Gunawan (2012:3) adalah “keadaan asli yang ada dalam diri individu seseorang yang membedakan dirinya dengan orang lain”, sehingga seseorang dapat dikenal melalui karakternya. Karakter seseorang dapat diketahui melalui perilaku yang ditunjukkan oleh dirinya sendirinya. Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan oleh Dharma Kusuma, Cepi Triatna, dan Johar Permana (2012:11), “karakter merupakan suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk perilaku anak, sehingga karakter seseorang dapat dilihat berdasarkan perilakunya.” Pendapat lain menurut Simon Philips dalam Masnur Muslich (2011: 70), “karakter adalah kumpulan tata nilai yang membentuk kesatuan serta menjadi landasan dalam pemikiran, sikap dan perilaku yang ditampilkan.”Menurut Mulyasa (2012: 3), bahwa “karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral yang diwujudkan dalam tindakan nyata melalui perilaku baik, jujur, bertanggung jawab, hormat terhadap orang lain, dan nilai-nilai karakter mulia lainnya.” Hal senada juga disampaikan oleh Darmiyati Zuchdi (2009: 86) menyatakan bahwa “karakter lebih ditekankan pada aplikasi nilai-nilai positif dalam kehidupan sehari-hari, sehingga lebih


(26)

mengarah kepada sikap dan perilaku manusia”. Lebih lanjut lagi Muchlas Samani, dkk (2011: 43) mengungkapkan bahwa karakter dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakan dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilaku kehidupan sehari-hari

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan aplikasi nilai-nilai positif yang telah ada dalam diri individu itu sendiri terbentuk baik karena pengaruh lingkungan. Nilai-nilai positif yang telah ada dalam diri individu tersebut seperti perilaku jujur, tanggung jawab, hormat erhadap orang lain, toleransi, kerja sama, adil, disiplin, kerja keras, dan peduli. Sehingga karakter yang melekat dalam diri manusia akan membedakan antara manusia yang satu dengan yang lain.

2. Penanaman Karakter

Pembentukan karakter sangat kuat kaitannya dengan penanaman karakter. Penanaman merupakan suatu proses, cara, berbuat, perbuatan menanam atau menanamkan (KBBI, 2005: 1134). Penanaman merupakan sebuah proses perbuatan menanam, sehingga dalam penanaman karakter di dalamnya juga terdapat suatu proses perbuatan. Mulyasa (2012: 167) menjelaskan pendapatnya bahwa penanaman karakter dapat diartikan sebagai proses pertumbuhan batiniah atau rohaniah peserta didik. Pertumbuhan itu terjadi ketika mereka menyadari suatu nilai yang terkandung dalam karakter, kemudian dijadikan suatu sistem nilai diri


(27)

sehingga membentuk karakter. Dengan demikian, penanaman karakter menentukan pembentukan karakter dalam diri seseorang. Lebih lanjut Mulyasa (2012: 167) memaparkan pendapatnya yaitu :

Tahap-tahap penanaman karakter dalam pendidikan karakter mencakup (a) transformasi nilai, pada tahap ini guru hanya sekedar menginformasikan nilai yang baik dan yang kurang baik kepada siswa melalui komunikasi verbal, (b) transaksi nilai, yaitu tahap pendidikan karakter melalui interaksi antara peserta didik dengan guru yang bersifat timbal balik, (c) transiternalisasi, yakni penampilan guru di hadapan peserta didik bukan lagi sosok fisiknya, melainkan sikap mental dan kepribadiannya.

Penanaman karakter juga diungkapkan oleh Zubaedi (2011: 38) menyatakan pendapatnya bahwa “pengembangan krakter dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai etika dasar sebagai basis karakter yang baik.” Dari berbagai pendapat tersebut, dapat dimaknai bahwa penanaman karakter merupakan proses memasukkan nilai-nilai dalam diri seseorang sehingga membentuk karakter yang menentukan sikap, perilaku, dan tidakan seseorang dalam kehidupan nyata.

B. Tinjauan tentang Penanaman Karakter Cinta Lingkungan 1. Pengertian Lingkungan

Purwanto (Binti Maunah, 2009: 177) mengemukakan bahwa lingkungan (environment) meliputi kondisi dan alam dunia ini dengan cara-cara tetentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life process. Proses kehidupan manusia tidak terlepas dari lingkungan yang mengelilinginya. Menurut pendapat Avianto Muhtadi dkk (2011: 6) lingkungan merupakan sesuatu yang mengelilingi kita, tempat kita berada dan melangsungkan kehidupan serta memenuhi segala keperluan hidup.


(28)

Lingkungan bagi manusia merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam kehidupannya.

Pengertian lingkungan juga tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Berdasarkan beberapa pengertian di atas peneliti menyimpulkan lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada di sekeliling kita yang sangat mempengaruhi kehidupan kita baik berupa benda hidup maupun benda mati. Lingkungan senantiasa harus dilestarikan supaya tercipta keseimbangan di dalam kehidupan.

2. Pengertian Cinta

Menurut Prescott (Nana Syaodih Sukmadinata, 2004: 14) objek cinta tidak selalu manusia, bisa juga benda, Negara, bangsa, tanah air, Tuhan, dan sebagainya. Lebih lanjut Prescott menjelaskan bahwa cinta memiliki beberapa ciri: pertama, cinta melibatkan rasa empati. Seseorang yang mencintai berusaha memasuki perasaan dari orang yang dicintainya. Kedua, orang yang mencintai sangat memperhatikan kebahagiaan, kesejahteraan dari orang yang dicintainya. Ketiga, orang yang mencintai menemukan perasaan senang, dan hal ini menjadi sumber bagi peningkatan kebahagiaan, kesejahetraan dan perkembanagan dirinya. Keempat, orang yang mencintai berusaha melakukan berbagai upaya dan turut membantu


(29)

orang yang dicintai untuk mendapatkan kebahagiaan,kesejahteraan dan kemajuan. Dari ciri-ciri di atas manusia tidak hanya cinta dengan sesama manusia melainkan juga kepada lingkungan. Manusia yang benar-benar cinta terhadap lingkungan akan bertindak sebagaimana berdasarkan ciri-ciri cinta di atas. Pertama, manusia yang cinta terhadap lingkungan. Memiliki rasa empati terhadap lingkungan tersebut, manusia akan menjaga lingkungan dengan sepenuh hati supaya lingkungan tidak rusak. Kedua orang yang mencintai lingkungan akan merasa bahagia dan senang apabila lingkungan yang dicintainya terjaga kelestariannya. Ketiga orang yang mencintai lingkungan akan timbul perasaan senang dan menjadi kebahagiaan sendiri apabila lingkungan berada dalam kondisi aman dan terjaga. Keempat, orang yang mencintai lingkungan akan berusaha dan berupaya dengan berbagai cara agar lingkungan yang dicintainya tidak rusak dan tetap terjaga kelestariannya.

Berdasarkan pemaparan kajian teori dapat disimpulkan bahwa objek cinta tidak hanya kepada sesama manusia, namun bisa juga cinta kepada benda, negara, bangsa, tanah air, Tuhan, dan sebagainya. Lingkungan merupakan objek benda yang diciptakan Tuhan yang dapat dicintai manusia. Cinta kepada lingkungan merupakan sebuah karakter yang dapat dibentuk. Karakter cinta lingkungan merupakan wujud cinta manusia terhadap lingkungan yang ditanamkan dalam sikap manusia untuk menjaga dan mengelola lingkungan.


(30)

Penanaman karakter cinta lingkungan terkonsep dapam penanaman karakter, karena penanaman karakter cinta lingkungan termasuk dalam upaya pengembangan karakter. Penanaman karakter di sekolah terdiri dari beberapa jenis. Ada empat jenis karakter yang selama ini dikenal dan dilaksanakan. Berikut keempat jenis karakter tersebut menurut Jamal Ma’mur Asmani (2012: 80) adalah :

a. Penanaman karakter berbasis nilai religius, yang merupakan kebenaran wahyu Tuhan konservasi moral).

b. Penanaman karakter berbasis nilai budaya, antara lain yang berupa budi pekerti, Pancasila, apresiasi sastra, serta keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa (konservasi lingkungan).

c. Penanaman karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan).

d. Penanaman karakter berbasis kompetensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Berdasarkan jenis penanaman karakter di atas, cinta lingkungan menurut peneliti termasuk dalam jenis penanaman karakter berbasis lingkungan. Penanaman karakter berbasis lingkungan akan membantu dalam penanaman karakter cinta terhadap lingkungan. Karakter cinta lingkungan dapat dikembangkan melalui upaya untuk senantiasa menjaga dan melestarikan lingkungan. Upaya perlindungan terhadap lingkungan dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Hidup pasal 1 ayat (2) dinyatakan bahwa:

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pensemaran, pemanfaatan, pengendalian, pengawasan, dan penegakan hukum.


(31)

Penanaman karakter cinta lingkungan merupakan bentuk pengembangan dari nilai-nilai karakter. Penamanan karakter merujuk pada 18 nilai karakter yang dikemukakan oleh Zamroni. Menurut Zamroni (Darmiyati Zuchdi, 2011: 168-170), Badan penelitian dan pengembangan, Pusat Kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional, telah merumuskan materi penanaman karakter yang mencakup banyak aspek. Aspek-aspek nilai karakter mencakup: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat dan komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Cinta lingkungan merupakan salah satu nilai karakter yang harus dikembangkan. Cinta lingkungan merupakan karakter yang harus dimiliki generasi muda saat ini. Karakter cita lingkungan dapat ditanamkan dengan membiasakan anak sejak dini untuk cinta terhadap lingkungan. Jenjang sekolah dasar merupakan jenjang yang tepat untuk proses menanamkan karakter cinta lingkungan. Karakter cinta lingkungan mencerminkan sikap yang senantiasa menjaga dan melestarikan lingkungan. Setiap sekolah diwajibkan mampu menanamkan karakter cinta lingkungan. Ada beberapa indikator yang harus dicapai oleh sekolah dalam rangka menanamkan nilai karakter cinta lingkungan. Menurut Pupuh Fathurrohman, dkk (2013: 191) indikator yang harus dicapai adalah sebagai berikut :

a. Pembiasaan memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah

b. Tersedia tempat pembuangan sampah dan tempat cuci tangan c. Menyediakan kamar mandi dan air bersih


(32)

d. Pembiasaan hemat energi

e. Membuat biopori di area sekolah

f. Membangun saluran pembuangan air limbah dengan baik g. Melakukan pembiasaan memisahkan jenis sampah organik dan

anorganik

h. Penugasan pembuatan kompos dari sampah organik i. Menyediakan peralatan kebersihan

Selain indikator yang harus dicapai oleh sekolah dalam penanaman karakter juga harus didukung oleh seluruh pihak warga sekolah. Salah satu pihak yang berperan penting dalam program penanaman karakter cinta lingkungan yaitu kepala sekolah. Program yang sudah diputuskan harus mampu direalisasikan melalui guru kelas untuk diperkenalkan kepada peserta didik. Oleh karena itu ada beberapa indikator yang harus dicapai oleh setiap kelas dalam rangka penanaman karakter cinta lingkungan. Menurut Pupuh Fathurrohman, dkk (2013: 191) indikator yang harus dicapai oleh setiap kelas diantaranya yaitu :

a. Memelihara lingkngan kelas

b. Tersedia tempat pembuangan sampah di dalam kelas c. Pembiasaan hemat energi

d. Memasang stiker perintah mematikan lampu dan menutup kran air pada setiap ruangan apabila selesai digunakan.

Penanaman karakter cinta lingkungan yang dilakukan oleh sekolah harus disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Setiap jenjang pendidikan memiliki indikator yang bebeda sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Pada tahap sekolah dasar perkembangan peserta didik dibagi menjadi kelas rendah yang terdiri dari kelas 1-3 dan kelas tinggi yang terdiri dari kelas 4-6 yang memiliki karakteristik berbeda. Bagi peserta didik kelas rendah yaitu kelas 1-3 terdapat beberapa indikator yang harus dicapai


(33)

dalam penanaman pendidikan karakter cinta lingkungan (Daryanto dkk, 2013: 150) berupa :

a. Buang air besar dan kecil di WC b. Membuang sampah di tempatnya c. Membersihkan halaman sekolah

d. Tidak memetik bunga di taman sekolah e. Tidak menginjak rumput di taman sekolah f. Menjaga kebersihan rumah

Bagi peserta didik kelas tinggi yaitu kelas 4-6 indikator yang harus dicapai dalam penanaman karakter cinta lingkungan berupa :

a. Membersihkan WC

b. Membersihkan tempat smapah c. Membersihkan lingkungan sekolah

d. Memperindah kelas dan sekolah dengan tanaman e. Ikut memelihara taman di halaman sekolah

f. Ikut dalam kegiatan menjaga kebersihan lingkungan

Berdasarkan kajian teori di atas penanaman karakter cinta lingkungan adalah usaha sadar dalam menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik melalui usaha nyata yang berwawasan lingkungan. Penanaman karakter cinta lingkungan merupakan upaya untuk membentuk genersi muda yang berbudi luhur. Cinta lingkungan dilaksanakan tidak hanya di dalam proses pembelajaran tetapi juga di luar proses pembelajaran.

C. Penanaman Karakter Cinta Lingkungan 1. Pengembangan Kurikulum Sekolah

Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 15) mengungkapkan bahwa dalam perencanaan dan penanaman budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga pendidik secara bersama-sama sebagai


(34)

suatu komunitas pendidik dan diterapkan ke dalam kurikulum sekolah. Pendapat serupa dipaparkan oleh Hasan (Buchory M. Sukemi, 2012: 356) yang menegaskan bahwa strategi implementasi karakter dalam seting sekolah merupakan suatu kesatuan dari program manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang terimplementasi dalam pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum oleh setiap sekolah. Karakter cinta lingkungan juga merupakan kesatuan dari kurikulum sekolah. Penanaman karakter dalam upaya penanaman karakter cinta lingkungan pada peserta didik dapat dilaksanakan melalui pengembangan sikap-sikap yang diintegrasikan dalam kurikulum pembelajaran. Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 15) mengemukakan pengembangan budaya dan karakter bangsa dilaksanakan melalui:

a. Program Pengembangan Diri

Program pengembangan diri, perancanaan, dan pelaksanaan penanaman karakter dilakukan melalui pengintegrasian dalam kegiatan sehari-hari di sekolah melalui hal-hal berikut.

1) Kegiatan rutin sekolah

Kegiatan rutin sekolah merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus dan konsisten setiap saat. Kegiatan rutin sekolah dalam pelaksanaan pendidikan cinta lingkungan misalnya kegiatan kebersihan diri sendiri seperti menggosok gigi, memotong kuku secara berkala, cuci tangan sesudah dan sebelum makan, cuci tangan dengan sabun setelah buang air.


(35)

2) Kegiatan Spontan

Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru dan tenaga pendidik yang lain jika mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari peserta didik yang harus dikoreksi pada saat itu juga. Kegiatan spontan yang dilakukan bisa berupa teguran, nasehat, maupun tindakan.

3) Keteladanan

Keteladanan adalah perilaku dan sikap kepala sekolah, guru, dan tenaga pendidikan yang lain dalam memberikan contoh yang baik pada peserta didik. Ketelandanan diharapkan mampu memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik dan teladan bagi peserta didik. Keteladanan yang dilakukan oleh tenaga pendidik dengan memberikan contoh perilaku yang mencerminkan perilaku cinta lingkungan. Bentuk keteladanan yang dilakukan misalnya berpakaian rapi, menjaga kebersihan lingkungan, membuang sampah pada tempatnya,merawat fasilitas sekolah, kerja keras, disiplin, dan perilaku yang lain yang mencerminkan cinta lingkungan.

4) Pengkondisian

Pengkondisian dilakukan untuk mendukung keterlaksanaan dan penanaman nila karakter cinta lingkungan. Pengkondisian yang dilakukan oleh sekolah diantaranya berupa penyediaan fasilitas kebersihan yang memadahi, penyediaan toilet yang bersih, tempat sampah diletakkan di tempat yang strategis dilengkapi dengan


(36)

pemisahan bak sampah sesuai dengan jenisnya, penyediaan tempat cuci tangan, tempat pembuangan sampah, serta taman dan kolam sekolah sebagai cerminan dari sanitasi sekolah yang baik.

b. Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran

Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 18) menjelaskan bahwa pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan dalam pegintegrasian dalam mata pelajaran, tidak terkecuali penanaman karkter cinta lingkungan. Pengintegrasian karakter cinta lingkungan dalam mata pelajaran dapat dilakukan melalui hal-hal berikut ini.

1) Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi (SI) untuk menentukan nilai karakter cinta lingkungan sudah tercakup di dalamnya.

2) Memperlihatkan keterkaitan SK dan KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai karakter cinta lingkungan yang dikembangkan.

3) Mencantumkan nilai-nilai yang berkaitan dengan karakter cinta lingkungan pada silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 4) Mencantumkan kegiatan cinta lingkungan dalam mata pelajaran

muatan lokal sekolah.

5) Mengembangkan proses pembelajaran yang aktif, sehingga peserta didik dapat secara langsung mempraktikan nilai atau perilaku cinta lingkungan.


(37)

6) Menyelenggarakan lomba kebersihan antar kelas pada even-even tertentu.

7) Pemberian penghargaan kepada siswa yang cinta lingkungan. c. Budaya Sekolah

Agus Wibowo (2012: 93) menyatakan bahwa kultur atau budaya sekolah dapat dikatakan sebagai pikiran, kata-kata, sikap, perbuatan, dan hati setiap warga sekolah yang tercermin dalam semangat, perilaku, maupun simbol serta slogan khas identitas mereka. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Kementrian pendidikan nasional (2010: 19) bahwa budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah tempat peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, kepala sekolah, guru, dan warga sekolah yang lain. Budaya sekolah dapa membantu sekolah untuk menanamkan karakter cinta lingkungan melalui pembiasaan-pembiasaan berperilaku cinta terhadap lingkungan. Marijan (2010: 258) menyebutkan bahwa sekolah hendaknya membangun budaya berkarakter dengan strategi sebagai berikut.

1) Menyusun program praktik pendidikan karakter di sekolah sebagai perilaku yang dibiasakan.

2) Memberikan ruang dan kesempatan kepada warga sekolah untuk mengekspresikan perilaku-perilaku yang berkarakter baik.

3) Guru tak henti-hentinya memberikan motivasi untuk mengembangkan karakter yang baik, motivasi mencintai karakter baik dan motivasi melakukan aksi berkarakter baik. 4) Memperkuat kondisi sebagai wahana terlaksananyya praktik

pembiasaan bertindak sebagaimana karakter yang diharapkan dengan menerapkan reward dan sanksi yang tegas.

5) Kepala sekolah, guru, dan segenap tenaga kependidikan senantiasa meberikan tauladan sebagai kiblat peserta didik dalam bertindak pada rel pendidikan karakter.


(38)

Berdasarkan kajian teori, budaya sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah membudayakan kegiatan-kegiatan yang mendukung terlaksananya penanaman karakter cinta lingkungan melalui proogram-program yang disusun sekolah, memberikan ruang dan fasilitas kepada warga sekolah, pemberian motivasi berupa pujian dan hukuman untuk mengimplementasikan nilai karakter cinta lingkungan. 2. Pendekatan Pengembangan Proses Pembelajaran

Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 20) menjelaskan bahwa pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa menggunakan pendekatan proses belajar peserta didik secara aktif dan berpusat pada anak. Pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa, salah satunya pelaksanaan penanaman karakter cinta lingkungan dikembangkan dalam proses pembelajaran sebagai berikut:

a. Kelas, melalui proses belajar setiap mata pelajaran atau kegiatan yang dirancang sedemikian rupa. Setiap kegiatan belajar mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pengembangan proses pembelajaran di dalam kelas dilakukan melalui kegiatan belajar yang mengembangkan nilai-nilai tertentu seperti disiplin, jujur, dan kerja keras. Pengembangan karakter cinta lingkungan dapat dilakukan dengan pengkondisian di dalam kelas diantaranya: mengangkat tema atau isu permasalahan lingkungan sekitar, menggunakan media yang berkaitan dengan lingkungan agar peserta didik memiliki kesempatan untuk mengembangkan nilai tersebut.


(39)

b. Sekolah, melalui berbagai kegiatan sekolah yang diikuti seluruh peserta didik, guru, kepala sekolah, dan tenaga administrasi di sekolah itu, dirancang sekolah sejak awal tahun pelajaran, dan dimasukkan ke dalam Kalender Akademik dan yang dilakukan sehari-hari sebagai bagian dari budaya sekolah. Pengembangan program sekolah yang dilakukan agar dapat mendukung penanaman dan pelaksanaan karakter cinta lingkungan misalnya menjaga kebersihan bersama, menanam pohon, lomba kebersihan dan kerapian kelas.

c. Luar Sekolah, melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh seluruh atau sebagian peserta didik, dirancang sekolah sejak awal tahun pe;ajaran, dan dimasukkan ke dalam Kalender Akademik. Pengembangan karakter cinta lingkungan yang dilakukan sekolah dapat berupa ekstrakurikuler dan kunjungan sekolah ke tempat-tempat yang dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap lingkungan.

3. Pengembangan Kesehatan Lingkungan Sekolah

Hubungan antara manusia dan lingkungan menjadikan keduanya saling mempengaruhi satu sama lain. Manusia sangat bergantung pada lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidup, sedangkan lingkungan sangat bergantung pada pola hidup manusia dalam kelestariannya. Arif Sumantri dalam bukunya yang berjudul Kesehatan Lingkungan. Menurut Arif Sumantri (2013: 4) ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu multidisipliner yang mempelajari dinamika hubungan interaktif antara sekelompok manusia atau masyarakat dan berbagai perubahan komponen


(40)

lingkungan hidup manusia yang diduga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat dan mempelajari upaya untuk penanggulangan dan pencegahannya. Penanaman karakter khususnya karakter cinta lingkungan di sekolah juga menjadi salah satu jalan dalam menciptakan lingkungan yang sehat. Lingkungan yang sehat akan membantu menciptakan proses pembelajaran yang kondusif.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan sekolah. Upaya kesehatan lingkungan sekolah sebagai salah satu wujud kepedulian dan kecintaan warga sekolah terhadap lingkungan sekolah. Menciptakan lingkungan yang sehat dan memenuhi standar kesehatan lingkungan juga merupakan usaha dalam mencegah kerusakan lingkungan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2006, tata laksana kesehatan ligkungan meliputi:

a. Pemeliharaan Ruang dan Bangunan, kegiatan pembersihan ruang dan bangunan meliputi intensitas pelaksanaan kebersihan, kegiatan pembersihan, penggunaan larutan disinfektan dalam kegiatan kebersihan, dan pengecatan dinding apabila telah usam.

b. Pencahayaan, pencahayaan cukup dan merata, serta adanya pencahayaan tambahan jika ruangan dalam keadaan gelap.

c. Ventilasi, ventilasi ruang untuk mendapatkan udara yang segar dan bersih.


(41)

d. Fasilitas sanitasi, sanitasi sekolah meliputi pengelolaan toilet, pengelolaan sarsns pembuangan air limbah, pengelolaan sarana pembuangan sampah.

e. Kantin/warung sekolah, kantin/warung sekolah selalu mengutamakan kebersihan dan kesehatan dari makanan yang dijual untuk dikonsumsi oleh siswa.

f. Bebas dari Jentik Nyamuk, lingkungan sekolah harus bebas dari jentik nyamuk. Sekolah mengupayakan program untuk membasmi dan mencegah tumbuhnya jentik nyamuk.

g. Bebas Asap Rokok, terdapat larangan dan himbauan untuk tidak merokok di lingkungan sekolah.

h. Promosi hyginie dan sanitasi sekolah dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

Berdasarkan kajian teori di atas, bahwa pelaksanaan pendidikan karakter cinta linngkungan di sekolah dapat dilaksanakan melalui pengembangan kurikulum di sekolah, pengembangan proses pembelajaran, dan pengembangan kesehatan lingkungan sekolah.

D. Kerangka Pikir

Karakter merupakan suatu nilai-nilai yang telah ada di dalam diri individu itu sendiri terbentuk baik karena pengaruh lingkungan maupun yang sudah melekat di dalam setiap individu. Lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada di sekeliling manusia yang sangat mempengaruhi kehidupan kita baik berupa benda hidup maupun benda mati. Lingkungan


(42)

dengan manusia tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Manusia sangat tergantung dengan kelestarian lingkungan, dan kelestarian lingkungan sangat tergantung oleh pola hidup manusia. Namun keadaan lingkungan sekarang ini semakin memprihatinkan. Setiap hari semakin banyak terjadi kerusakan lingkungan yang menyebabkan kerusakan alam, misalnya kerusakan hutan, eksploitasi hutan, rendahnya kesadaran manusia dalam membuang sampah pada tempatnya, dan lain sebagainya. Akibat permasalahan lingkungan tersebut menyebabkan timbulnya beberapa bencana alam seperti banjir, kebakaran hutan, maupun tanah longsor. Kerusakan lingkungan yang terjadi tidak lepas dari ulah tangan manusia yang kurang memiliki rasa cinta terhadap lingkungan. Keadaan seperti ini tentu saja harus segera diatasi sedini mungkin dari jenjang yang paling dasar. Penyelesaian tidak cukup penyelesaian jangka pendek melainkan jangka panjang, salah satu solusinya adalah melalui penanaman karakter sejak dini.

Penanaman karakter sejak dini diharapkan mampu untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas dan berbudi luhur. Penanaman karakter positif pada jenjang sekolah dasar yang terintegrasikan dalam pembelajaran merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai karakter. Nilai-nilai karakter yang dikembangkan di sekolah dasar meliputi religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat dan komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli linkungan, peduli sosial, tanggung jawab.


(43)

Permasalahan kerusakan lingkungan yang terjadi dapat diatasi dengan penanaman nilai karakter. Penanaman karakter cinta lingkungan merupakan pengembangan dari penanaman karakter. Penanaman karakter akan lebih optimal bial dilaksanakan sejak dini. Cinta lingkungan merupakan salah satu pengembangan nilai karakter yang dapat dibiasakan sejak dini dan bisa langsung diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman karakter cinta lingkungan sejak dini dapat diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Penanaman karakter cinta lingkungan merupakan usaha sadar untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik melalui usaha nyata yang berwawasan lingkungan yang berupaya meningkatkan rasa kepekaan peserta didik terhadap kelestarian lingkungan, baik dalam proses pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran. Penanaman karakter cinta lingkungan dapat dilaksanakan antara lain melalui pengembangan kurikulum sekolah berupa program pengembangan diri, pengintegrasian dalam mata pelajaran serta budaya sekolah. Penanaman karakter cinta lingkungan juga dilengkapi dengan pengembangan kesehatan linkungan sekolah yang mencakup berbagai aspek di sekolah muali dari bangunan sekolah, pencahayaan dan ventilasi, kantin, sanitasi sekolah, sekolah bebas jentik nyamuk, sekolah bebas asap rokok, dan adanya promosi hygienie. Oleh karena itu, dengan menggunakan tiga pengembangan tersebut diharapkan dapat mendeskrikpsikan penanaman karakter cinta lingkungan di Sekolah Dasar Negeri Tamanan Bantul.


(44)

Kerangka pikir ini akan lebih mudah dipahami melalui bagan di bawah ini.

Gambar 1. Alur Pikir Penelitian

E. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, pertanyaan penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penanaman karakter cinta lingkungan di Sekolah Dasar Negeri

Tamanan melalui pengembangan kurikulum sekolah?

2. Bagaimana penanaman karakter cinta lingkungan di Sekolah Dasar Negeri Tamanan melalui pengembangan proses pembelajaran?

3. Bagaimana penanaman karakter cinta lingkungan di Sekolah Dasar Negeri Tamanan melalui pengembangan kesehatan lingkungan sekolah?


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Sebagaimana pengertian penelitian kualitatif yang didefinisikan oleh Lexy J. Moleong (2006: 6) berikut ini: ”penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah”.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Bodgan dan Biklen (Lexy J. Moloeng, 2006: 3) mengemukakan bahwa ada beberapa istilah yang digunakan untuk penelitian kualitatif, yaitu penelitian atau inkuiri naturalistik atau alamiah, etnografi, interaksionis simbolik, perspektif ke dalam, etnometodologi, the chicago School, fenomenologis, studi kasus, interpretatif, ekologis, dan deskriptif. Apabila dilihat dari permasalahan yang diteliti, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Jenis penelitian ini dipilih untuk mendeskripsikan peneanman pendidikan karakter cinta lingkungan di Sekolah Dasar Negeri Tamanan Bantul.


(46)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Mei tahun 2016 di Sekolah Dasar Negeri Tamanan yang beralamatkan di Jalan Pasopati No. 21 Tamanan Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul Yogyakarta.

D. Objek dan Subjek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah situasi penanaman karakter cinta lingkungan di Sekolah Dasar Negeri Tamanan. Hal ini berdasarkan pendapat dari Spradley (Sugiyono, 2015: 297) menyatakan bahwa objek dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi berupa situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity). Objek penelitian dignakan untuk menentukan subjek penelitian. Subjek penelitian merupakan seseorang atau sesuatu yang darinya diperoleh keterangan. Subjek penelitian kualitatif adalah informan, Andi Prastowo (2012: 195). Sementara itu, informan menurut Lexy J. Moleong (2006: 132) diartikan sebagai orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi dan kondisi latar penelitian. Informan bertugas memberikan pandangan dari segi orang dalam tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, proses, dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian tersebut.

Peneliti menentukan informan sumber data menggunakan teknik

snowball. Snowball menurut sugiyono (2015: 300) merupakan teknik

pengambilan sumber data, yang awalnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Dalam tahap awal, penelitian ini mengambil informan kunci kepala sekolah. Peneliti melakukan penelitian dengan kepala sekolah, kemudian kepala


(47)

sekolah memberi rekomendasi enam guru yang berpengaruh pada bidang lingkungan. Masing-masing guru memilih satu orang siswa untuk menjadi subjek penelitian dan membantu pengumpulan data. Hal ini dilakukan sampai data yang diperoleh peneliti dianggap jenuh.

E. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Menurut Sugiyono (2015: 308) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang alami (natural setting), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi, wawacara mendalam dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: 1. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data secara langsung. Observasi dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Tamanan. Djam’an Satori dan Aan Komariah (2011: 105), observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Selanjutnya menurut Sugiyono (2015: 204) dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant observation (observasi non partisipan). Selanjutnya dari segi instrumentasi


(48)

yang digunakan, maka observasi dibedaka menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur.

Dari segi proses pengumpulan data, peneliti menggunakan observasi non partisipan dalam pelaksanaan pengumpulan data, yaitu peneliti tidak terlibat dengan aktifitas yang diamati dan hanya sebagai pengamat independen. Peneliti mencatat, menganalisis, dan membuat kesimpulan tentang penanaman karakter cinta lingkungan di SD Negeri Tamanan. Sedangkan dalam segi instrumen peneliti menggunakan observasi terstruktur yaitu observasi yang dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data dengan melakukan tanya jawb kepada nara sumber. Peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah selaku key informan dalam penelitian ini. Wawancara kemudian dilakukan kepada enam guru yang sudah direkomendasikan oleh kepala sekolah. Peneliti kemudian melakukan wawancara kepada siswa yang telah direkomendasikan oleh guru-guru tersebut. Lexy J. Moleong (2006:186) mengungkapkan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Sugiyono (2015: 194) berpendapat bahwa wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya


(49)

sedikit/kecil. Esterberg (Sugiyono, 2015: 319) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, wawancara semiterstruktur, dan tidak terstruktur.

Peneliti menggunakan wawancara semiterstruktur dengan alasan jenis wawancara ini tergolong dalam kategori in-dept interview, dimana dalam pelaksanannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Jenis wawancara ini bertujuan untuk menemuan permasalahan secara lebih terbuka sehingga peneliti dapat menambah pertanyaan di luar pedoman wawancara untuk mengungkap pendapat dan ide-ide dari responden.

3. Dokumentasi

Data dokumentasi yang diperoleh peneliti dalam penelitian ini mengambil dari dokumen-dokumen yang berupa rencana kerja sekolah, program sekolah, kurikulum sekolah, dan papan slogan yang berkaitan dengan pelaksanaan penanaman karakter cinta lingkungan. Suharsimi Arikunto (2010: 274) mengungkapkan bahwa metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.

Peneliti juga mengambil dokumentasi berupa foto, papan slogan, dan kegiatan yang berkaitan dengan penanaman karakter cinta lingkungan di Sekolah Dasar Negeri Tamanan Bantul.


(50)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Sugiyono (2015: 307) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif instrument utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti menggunakan alat bantu pedoman observasi dan wawancara untuk memudahkan mendapatkan data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Pedoman observasi dirancang sebagai pedoman mengobservasi penanaman karakter cinta lingkungan secara keseluruhan di Sekolah Dasar Negeri Tamanan. Pedoman wawancara dirancang sebagai pedoman untuk melakukan wawancara langsung kepada nara sumber, yaitu kepala sekolah, guru, dan beberapa siswa. Adapun rancangan pedoman observasi dan wawancara peneliti sebagai berikut.

1. Instrumen Observasi

Instrumen observasi digunakan untuk mendapatkan data secara langsung. Data yang diperoleh melalui observasi akan dideskripsikan. Kementrian Pendidikan Nasional tahun 2010 mengemukakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat dilaksanakan melalui pendekatan kurikulum dan pengembangan proses pembelajaran. Penanaman karakter cinta lingkungan dikembangkan dari budaya dan karakter bangsa, maka dari itu peneliti membuat lembar observasi


(51)

penanaman karakter cinta lingkungan melalui pendekatan kurikulum dan pengembangan proses pembelajaran. Penanaman karakter cinta lingkungan juga ditinjau dari aspek program kesehatan lingkungan. Instrumen observasi yang disusun berdasarkan teori dan dikembangkan dari kisi-kisi observasi. Tabel 1. Kisi-kisi lembar observasi sekolah

No Variabel Indikator Deskripsi aspek yang teramati 1 Kurikulum

Sekolah

a. Program Pengembangan Diri

1) Kegiatan rutin sekolah

Kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus-menerus dan konsisten setiap saat.

2) Kegiatan Spontan

Kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga. 3) Keteladanan Perilaku dan sikap kepala

sekolah, guru, dan tenaga pendidik yang lain dalam memberika contoh yang baik bagi peserta didik.

4) Pengkondisian Upaya sekolah untuk mendukung penanaman karakter cinta lingkungan.

b. Pengintegrasian dalam mata pelajaran

Nilai-nilai karakter disampaikan dalam pengintegrasian dalam mata pelajaran.

c. Budaya Sekolah Pikiran, kata-kata, sikap, perbuatan, dan hati setiap warga sekolah yang tercermin dalam semangat, perilaku, maupun simbol serta slogan khas identitas mereka.

2 Pengemba ngan Proses Pembelajaran

a. Pribadi Adanya apresiasi bagi seluruh warga sekolah yang berkarakter cinta lingkungan.

b. Kelas Pembelajaran di dalam kelas yang berbasis lingkungan. c. Sekolah Kegiatan sekolah untuk

menunjang penanaman karakter cinta lingkungan.

d. Luar Sekolah Kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang menumbuhkan karakter cinta lingkungan.


(52)

No Variabel Indikator Deskripsi aspek yang teramati 3 Kesehatan

Lingkungan Pendidikan

a. Pemeliharaan

Ruang dan

Bangunan

Kegiatan pembersihan ruang dan bangunan meliputi intensitas pelaksanaan kebersihan, penggunaan larutan disinfektan dalam kegiatan kebersihan dan pengecatan dinding.

b. Pencahayaan dan Ventilasi

Pengaturan pencahayaan dan ventilasi untuk mendapat udara segar sesuai kebutuhan.

c. Fasilitas Sanitasi Pengelolaan air limbah dan pembuangan sampah.

d. Kantin/warung Sekolah

Kantin yang mengutamakan kebersihan dan kesehatan dari makanan.

e. Bebas dari Jentik Nyamuk

Program sekolah untuk membasmi dan mencegah tumbuhnya jentik nyamuk. f. Bebas Asap

Rokok

Terdapat larangan dan himbauan untuk tidak merokok di lingkungan sekolah.

g. Promosi Hygiene dan sanitasi sekolah

Sanitasi dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

2. Instrumen Wawancara

Instrumen wawancara merupakan instrumen atau paduan yang digunakan peneliti dalam melakukan kegiatan wawancara selama penelitian. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh data melalui tanya jawab secara langsung. Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah, guru, dan siswa untuk mengetahui penanaman karakter cinta lingkungan di SD Negeri Tamanan.


(53)

Tabel 2. Kisi-kisi lembar wawancara untuk kepala sekolah

No Variabel Indikator No.

Butir

Jumlah Butir 1 Kurikulum

Sekolah

a. Program Pengembangan Diri

1) Kegiatan rutin di sekolah 1 1

2) Kegiatan Spontan 2 1

3) Keteladanan 3 1

4) Pengkondisian 4, 5, 6, 7, 8, 9

6 b. Pengintegrasian dalam mata

pelajaran

10, 11 2

c. Budaya Sekolah 12, 13,

14

3 2 Pengembangan

Proses Pembelajaran

a. Pribadi 15 1

b. Kelas 16 1

c. Sekolah 17 1

d. Luar Sekolah 18, 19 2

3 Kesehatan Lingkungan Pendidikan

a. Pemeliharaan Ruang dan Bangunan

20 1

b. Pencahayaan dan Ventilasi 21 1

c. Fasilitas Sanitasi 22 1

d. Kantin/warung Sekolah 23 1

e. Bebas dari Jentik Nyamuk 24 1

f. Bebas Asap Rokok 25 1

g. Promosi hygiene dan sanitasi sekolah

26 1

Tabel 3. Kisi-kisi lembar wawancara untuk guru

No Variabel Indikator No.

Butir

Jumlah Butir 1 Kurikulum

Sekolah

a. Program Pengembangan Diri

1) Kegiatan rutin di sekolah 1 1

2) Kegiatan Spontan 2 1

3) Keteladanan 3 1

4) Pengkondisian 4, 5, 6, 7, 8, 9

6 b. Pengintegrasian dalam mata

pelajaran

10, 11, 12, 13

4 c. Budaya Sekolah 14, 15,

16

3 2 Pengembangan

Proses Pembelajaran

a. Pribadi 17 1

b. Kelas 18 1

c. Sekolah 19 1


(54)

No Variabel Indikator No. Butir

Jumlah Butir 3 Kesehatan

Lingkungan Pendidikan

a. Pemeliharaan Ruang dan Bangunan

22 1

b. Pencahayaan dan Ventilasi 23 1

c. Fasilitas Sanitasi 24 1

d. Kantin/warung Sekolah 25 1 e. Bebas dari Jentik Nyamuk 26 1

f. Bebas Asap Rokok 27 1

g. Promosi hygiene dan sanitasi sekolah

28 1

Tabel 4. Kisi-kisi lembar wawancara untuk siswa

No Variabel Indikator No.

Butir

Jumlah Butir 1 Kurikulum

Sekolah

a. Program Pengembangan Diri

1) Kegiatan rutin di sekolah 1 1

2) Kegiatan Spontan 2 1

3) Keteladanan 3 1

4) Pengkondisian 4, 5, 6, 7, 8

5 b. Pengintegrasian dalam mata

pelajaran

9, 10 2

c. Budaya Sekolah 11, 12, 13

3 2 Pengembangan

Proses Pembelajaran

a. Pribadi 14 1

b. Kelas 15 1

c. Sekolah 16, 17,

18

3

d. Luar Sekolah 19, 20 2

3 Kesehatan Lingkungan Pendidikan

a. Pemeliharaan Ruang dan Bangunan

21 1

b. Pencahayaan dan Ventilasi 22 1

c. Fasilitas Sanitasi 23 1

d. Kantin/warung Sekolah 24 1 e. Bebas dari Jentik Nyamuk 25 1

f. Bebas Asap Rokok 26 1

g. Promosi hygiene dan sanitasi sekolah


(55)

G.Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan untuk mengolah data dalam bentuk kata-kata. Analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis model Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (Sugiyono, 2015: 337) mengemukakan bahwa aktivitas dan analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan data conclusion drawing/verification. Aktivitas dalam menganalisis data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Dalam penelitian ini, peneliti memilah-milah data yang berupa pemaman kepala sekolah dan guru tentang kegiatan yang menganding nilai karakter cinta lingkungan yang dikembangkan, pelaksanaan penanaman nilai karakter cinta lingkungan di SD N Tamanan Bantul. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan ( Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, 1992: 16).

2. Penyajian Data (Data Display)

Peneliti menyajikan data dalam penelitian ini berupa deskripsi dari hasil pengamatan. Penyajian data menurut Matthew B. Miles dan A. Huberman (1992: 17) sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.


(56)

Peneliti menyajikan data yang berupa pengetahuan kepala sekolah dan guru tentang bagaimana penanaman karakter cinta lingkungan, nilai-nilai cinta lingkungan yang dikembangkan, serta pelaksanaan penanaman karakter cinta lingkungan di SD Negeri Tamanan Bantul.

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification)

Penarikan kesimpulan dilakukan setelah mereduksi data dan menyajikan data. Menurut Matthew B. Miles dan A Michael Huberman (1992: 19) penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Data-data yang berupa pengetahuan kepala sekolah dan guru tentang kegiatan penanaman karakter cinta lingkungan, nilai-nilai cinta lingkungan yang dikembangkan, serta pelaksanaan penanaman karakter cinta lingkungan di SD N Tamanan Bantul yang telah dikemukakan pada penyajian data diinterprestasikan kemudian dianalisis untuk memperoleh kesimpulan.

H.Keabsahan Data

Dalam penelitian ini untuk menguji keabsahan data, peneliti menggunakan uji kredibilitas. Menurut Sugiyono (2015: 368) uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negative, dan member check. Dalam pengujian kreibilitas penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi. Sugiyono (2015: 372) mengartikan bahwa triangulasi dalam pengujin kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data


(57)

dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dalam menguji kredibilitas data, peneliti menggunakan triangulasi, bahan referensi, serta member check. Triangulasi yang digunakan peneliti adalah triangulasi teknik dan sumber.

1. Triangulasi Sumber

Data dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan beberapa sumber. Sumber yang digunakan yaitu kepala sekolah, guru kelas, dan beberapa siswa. Peneliti menggali informasi dari kepala sekolah kemudian guru kelas, dan didukung oleh siswa. Peneliti menggunakan triangulasi sumber dalam penelitian yang dilakukan. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2015: 373).

2. Triangulasi Teknik

Dalam penelitian ini, peneliti mengungkapkan data tentang penanaman pendidikan karakter cinta lingkungan dengan teknik wawancara, kemudian dicek dengan observasi, kemudian dicek dengan dokumentasi. Sugiyono (2015: 373) menjelaskan bahwa triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Penggunaan teknik triangulasi sumber dan triangulasi teknik diharapkan mampu mendapatkan data yang valid dan kredible agar dapat dibuktikan kebenarannya.


(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Lokasi Sekolah

Sekolah Dasar Negeri Tamanan beralamat di jalan Pasopati No. 21 Kauman, Tamanan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Sekolah Dasar Negeri Tamanan terletak di sebelah barat jalan Pasopati. Sebelah utara berbatasan dengan jalan kecil yang menjadi jalan untuk masuk ke pemukiman warga, sebelah barat dan selatan berbatasan langsung dengan pemukiman warga. Sekolah Dasar Negeri Tamanan masuk dalam wilayah desa Tamanan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.

Dilihat dari segi fisik Sekolah Dasar Negeri Tamanan, bangunan masih baik dan masih dalam tahap pengembangan. Sekolah ini mempunyai halaman untuk bermain dan kegiatan upacara yang cukup luas, namun tempat untuk parkir sepeda motor untuk guru dan karyawan belum tersedia jadi hanya parkir di depan kelas-kelas dan di bawah pohon. Tempat parkir yang dimiliki difungsikan untuk tempat parkir sepeda siswa karena banyaknya siswa yang menggunakan sepeda dalam mobilitasnya. Bagian depan masing-masing kelas terdapat tempat cuci tangan dan taman hijau yang ditata rapi dan dikelola masing-masing kelas. Setiap bagian ruang kelas terpasang poster dan kata-kata mutiara. Gedung sekolah masih terlihat seperti bangunan baru yang kuat dan kokoh dengan pencahayaan yang cukup dan ventilasi yang baik. Secara keseluruhan kondisi fisik gedung sekolah masih bagus.


(59)

2. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah Dasar Negeri Tamanan

Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah Dasar Negeri Tamanan adalah sebagai berikut:

Visi Sekolah Dasar Negeri Tamanan adalah “Terwujudnya insan berakhlak mulia, cerdas, terampil, berkepribadian Indonesia, berwawasan global serta peduli lingkungan”. Misi Sekolah Dasar Negeri Tamanan adalah membiasakan melaksanakan ibadah; melaksanakan peringatan hari besar keagamaan; membiasakan perilaku yang dilandasi norma susila dan berwawasan kebangsaan; melestarikan keragaman budaya Indonesia; melaksanakan hari besar nasional; membiasakan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, religius, kerja keras, toleransi, kreatif, kebersihan, dan mandiri; menjuarai Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat kabupaten; rata-rata nilai ujian 10 besar tingkat kecamatan; menjuarai OSN (Olimpiade Sains Nasional) tingkat propinsi; membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat; memperoleh penghargaan Adiwiyata tingkat nasional; mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam meraih penghargaan Adiwiyata tingkat nasional; melaksanakan pendidikan lingkungan di sekolah dan di masyarkat; melaksanakan pembelajaran berbasis IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi).

Tujuan Sekolah Dasar Negeri Tamanan adalah: 1) meningkatkan fungsi dan peran sekolah dalam upaya meningktkan sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang memiliki tingkat pengetahuan, kemampuan dan keterampilan, perilaku untuk menjadi warga negara yang berbudi, beriman dan bertaqwa, dan berkemampuan, 2)


(60)

meningkatkan sumberdaya yang ada di sekolah dan lingkungan secara efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan, 3) meningkatkan profesional tenaga kependidikan dan memberi motivasi kearah inovasi pendidikan sehingga tercapai pendidikan di sekolah, 4) mewujudkan pribadi peserta didik yang sadar akan pendidikan diri, keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat, 5) membentuk pribadi yang berbudaya hidup bersih dan sehat berwawasan lingkungan dan berupaya melestarikannya.

B.Deskripsi Subjek dan Objek Penelitian 1. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, 6 guru, dan 6 siswa SD Negeri Tamanan. Kepala sekolah adalah An yang menjadi sumber untuk memperoleh data mengenai keteladanan guru dan karyawan, pemberdayaan dan pengembangan sekolah dalam penanaman karakter cinta lingkungan di SD Negeri Tamanan secara umum. Selain itu peneliti juga mewawancarai 6 guru kelas sebagai sumber data mengenai keteladanan guru, proses pembelajaran, pengembangan diri serta pengembangan kesehatan lingkungan sekolah dalam penanaman karakter cinta lingkungan di SD Negeri Tamanan. Guru yang diwawancarai yaitu Sn sebagai wali kelas VIA, Tr sebagai wali kelas IB, Mj sebagai guru olahraga, Nn sebagai wali kelas IVA, Tt sebagai wali kelas VA, Ag sebagai wali kelas IIIB yang juga sebagai koordinator sekolah adiwiyata.

Peneliti melakukan wawancara kepada siswa kelas tinggi maupun kelas rendah secara bertahap dalam memastikan dan mengkroscek kebenaran data wawancara dari kepala sekolah dan guru serta menambah


(61)

data penelitian. Siswa yang diwawancarai peneliti adalah Ch siswa kelas IB, Kh siswa kelas IIA, Ld siswa kelas IIIA, Rz siswa kelas IVB, Vi siswa kelas VB, Ha siswa kelas VIA.

Peneliti melakukan observasi terhadap lingkungan sekolah, proses pembelajaran, serta kegiatan pengembangan diri dan pengembangan kesehatan lingkungan untuk mendapatkan data yang lebih valid. Peneliti juga melakukan study dokumentasi berupa gambar kegiatan siswa, RPP, dan profil SD Negeri Tamanan untuk mengetahui penanaman karakter cinta lingkungan di SD Negeri Tamanan.

2. Deskripsi Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah penanaman karakter cinta lingkungan di SD Negeri Tamanan Banguntapan Bantul. Penanaman karakter cinta lingkungan di SD Negeri Tamanan dilihat dari pengembangan diri, pengembangan proses pembelajaran, dan pengembangan kesehatan lingkungan sekolah.

C.Deskripsi Hasil Penelitian

Peneliti mengumpulkan data menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi diperoleh data tentang penanaman karakter cinta lingkungan di Sekolah Dasar Negeri Tamanan yang ditinjau dari aspek pengembangan kurikulum sekolah, pengembangan proses pembelajaran, dan kesehatan lingkungan sekolah. Deskripsi hasil penelitian sebagai berikut.


(62)

1. Pengembangan Kurikulum Sekolah a. Program Pengembangan Diri

1) Kegiatan Rutin Sekolah

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah bentuk kegiatan rutin sekolah dalam menanamkan karakter cinta lingkungan sebagai berikut:

An : “Untuk pendidikan karakter cinta lingkungan SD kami memang kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) berbasis lingkungan hidup, jadi program-program yang direncanakan juga harus berwawasan lingkungan mbak. Kalau kegiatan rutin ya SMUTLIS (Sepuluh Menit Bersih Lingkungan Sekolah), piket kelas pagi, piket kelas siang, menyirami tanaman”. (Senin, 25 April 2016)

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah menunjukka bahwa untuk kegiatan rutin yang dilakukan sekolah dalam menanamkan karakter cinta lingkungan adalah SMUTLIS (Sepuluh Menit Bersih Lingkungan Sekolah) dan piket kebersihan setiap pagi. Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan yang disampaikan oleh guru sebagai berikut:

Tr : “Ya dengan SMUTLIS kalau kelas saya setiap hari Senin biasanya menyiram tanaman, mencabuti rumput-rumput yang ada di lingkungan sekolah”. (Jumat, 29 April 2016) Tt : “Itu yang rutin setiap pagi piket kelas sama setelah pulang

sekolah, Jumat Bersih itu juga rutin yah itu”. (Senin, 9 Mei 2016)

(Hasil wawancara dengan guru lain terlampir)

Wawancara dengan kepala sekolah dan guru menunjukkan bahwa bentuk kegiatan rutin yang dilaksanakan sekolah dalam penanaman karakter cinta lingkungan adalah piket kelas setiap pagi


(63)

dan setelah pulang sekolah, dan kegiatan kebersihan pagi atau SMUTLIS (Sepuluh menit untuk lingkungan sekolah). Kegiatan SMUTLIS meliputi kegiatan membersihkan dan merawat lingkungan sekolah. Hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru juga didukung dengan hasil wawacara dengan siswa sebagai berikut:

Rz : “Piket kelas, membersihkan halaman sekitar, menyirami tanaman, kerja bakti”. (Rabu, 27 April 2016)

(Hasil wawancara dengan siswa lain terlampir)

Hasil wawancara dengan kepala sekolah, guru, dan siswa diperkuat dengan hasil observasi kegiatan rutin sekolah selama peneliti melakukan pengamatan. Berdasarkan hasil observasi selama pengamatan diperoleh hasil bahwa sekolah melaksanakan kegiatan piket kelas yang sudah sesuai jadwal mulai dari kelas I sampai kelas VI. Siswa yang bertugas piket datang lebih awal sampai sekolah. Pada saat piket pagi, siswa yang bertugas piket membersihkan ruang kelas dengan cara menyapu, menata meja dan kursi, membersihkan lingkungan kelas, serta menyiram dan merawat taman kelas masing-maing. Siswa memeriksa dan membuang isi bak sampah yang sudah penuh ke bak penampungan akhir. Setiap selesai kegiatan pembelajaran siswa merapikan dan membersihkan ruang kelas, meliputi menutup jendela, menyapu ruang kelas, memeriksa bak sampah jika ada bak sampah yang penuh maka isi sampahnya dibuang ke bak penampungan sebelum pulang sekolah. Selain itu, pada saat bel jam pelajaran, siswa kelas IIB dan kelas VB mengadakan kegiatan


(64)

kebersihan (SMUTLIS). Kegiatan SMUTLIS meliputi kegiatan pemeliharaan dan perawatan lingkungan sekolah yang melibatkan warga sekolah. Kegiatan SMUTLIS merupakan salah satu bentuk kegiatan pembiasaan rutin sekolah di dalam kurikulum sekolah, SMUTLIS dilaksanakan sebagai pembentukan kepedulian terhadap lingkungan alam. Bentuk kegiatan SMUTLIS diantaranya membersihkan halaman sekolah, merawat dan menyiram tanaman, dan membuang sampah-sampah yang diletakkan di sekitar taman sekolah.

Hasil wawancara dan observasi diperkuat dengan studi dokumentasi berupa gambar saat siswa dan guru melakukan kegiatan piket kelas pagi dan siang.

Gambar 2. Kegiatan piket harian siswa

Dari ulasan di atas, dapat disimpulkan bahwa bentuk kegiatan rutin sekolah dalam penanaman karakter cinta lingkungan adalah dengan melaksanakan kegiatan piket dan kebersihan pagi (SMUTLIS). Kegiatan piket dilaksanakan oleh siswa dengan bimbingan masing-masing guru kelas. Di dalam kegiatan SMUTLIS,


(1)

(2)

(3)

(4)

283


(5)

284


(6)

285