FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU BEKERJA DI PT. APAC INTI CORPORA.
i
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PRAKTIK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA
IBU BEKERJA DI PT. APAC INTI CORPORA
(Kajian Teori
Health Belief ModelDalam Manajemen Laktasi)
SKRIPSI
Diajukan sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh
Ave Alyatalaththova Mahabay Aryotochter 6411412104
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016
(2)
ii
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Juni 2016
ABSTRAK
Ave Alyatalaththova Mahabay Aryotochter
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja di PT. Apac Inti Corpora (Kajian Teori Health Belief Model dalam Manajemen Laktasi),
XIX + 117 halaman + 25 tabel + 2 gambar + 22 lampiran
Berdasarkan studi pendahuluan di PT. Apac Inti Corpora, diketahui bahwa hanya terdapat 14,25% ibu bekerja yang memberikan ASI eksklusif meskipun telah diberikan fasilitas ruang laktasi dan ada upaya manajemen laktasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi praktik pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di PT. Apac Inti Corpora.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sampel berjumlah 78 orang yang memiliki bayi usia 6-12 bulan, yang diperoleh dengan menggunakan simple random sampling. Analisis data dilakukan dengan uji chi square (α=0,05).
Penelitian menunjukkan bahwa faktor persepsi (p=0,036), paritas (p=0,018), tingkat pengetahuan (p=0,017), sosial budaya (p=0,016), dukungan keluarga (p=0,006), dukungan atasan langsung (p = 0,013), dan peran pengasuh bayi (p=0,045) berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif. Sedangkan faktor tingkat pendidikan (p =0,108) dan dukungan teman kerja (p=1,000) tidak berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di PT. Apac Inti Corpora
Dinas kesehatan perlu memberikan penyuluhan tentang manajemen laktasi kepada ibu bekerja. Perusahaan juga perlu membuat kebijakan tertulis agar pekerja tetap dapat mempraktikkan pemberian ASI eksklusif.
Kata Kunci : Ibu Bekerja, Manajemen Laktasi, Pemberian ASI eksklusif Kepustakaan : 71 (2003-2016)
(3)
iii
Public Health Science Department Faculty of Sport Science Semarang State University June 2016
ABSTRACT
Ave Alyatalaththova Mahabay Aryotochter
Factors Associated with Exclusive Breastfeeding Practice among Working Mothers in PT. Apac Inti Corpora (Health Belief Model Theoretical Study in Lactation Management),
XIX + 117 pages + 25 tables + 2 images + 22 attachments
Based on the preliminary study on PT. Apac Inti Corpora, it is known that there are only 14.25% of working mothers who practice the exclusive breastfeeding although it had been provided lactation rooms and lactation management efforts. The purpose of this study was to determine the factors that influence the practice of exclusive breastfeeding in mothers working at PT. Apac Inti Corpora.
This study used cross sectional design. These samples included 78 respondents who had infants aged 6-12 month, which is obtained by using simple random sampling. The data were analyzed by chi square test (α=0,05).
The result showed that perception (p = 0,036), parity (p = 0,018), the level of knowledge (p = 0,017), socio-cultural (p = 0,016), support of family (p = 0,006), support of direct superior (p = 0,013), and the role of babysitter (p = 0,045) was associated to the practice of exclusive breastfeeding. While the factor level of education (p = 0,108) and the support of coworkers (p = 1,000) was not associated to the practice of exclusive breastfeeding in working mothers at PT. Apac Inti Corpora.
The health department need to provide education on lactation management for working mothers. The company also needs to create a written policy for workers who are breastfeeding so that workers will still be able to practice exclusive breastfeeding.
.
Keywords: Working Mothers, Lactation management, Exclusive Breastfeeding, Literature: 71 (2003-2016)
(4)
(5)
(6)
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila
engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap (Q.S Al-Insyirah:6-8)”
“Cobalah untuk tidak menjadi seorang yang SUKSES, tapi jadilah
seorang yang BERNILAI (Einsten)”
“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak
menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah (Thomas Alva Edison)”
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa
yang telah diusahakannya (QS An Najm:39) “
PERSEMBAHAN :
Skripsi ini Ananda persembahkan untuk : Abah, Mimi, dan Adik-adikku
tercinta atas segala doa, pengorbanan dan kasih sayangnya.
Teman-teman IKM 2012 atas semangat dan kebersamaannya
Almamaterku, Universitas Negeri Semarang
(7)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja di PT. Apac Inti Corpora (Kajian Teori Health Belief Model dalam Manajemen Laktasi)” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Perlu disadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat selesai tanpa bantuan dari berbaga pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati disampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Prof. Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd., atas ijin penelitian yang diberikan.
2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Bapak Irwan Budiono, S.KM, M.Kes (Epid), atas ijin penelitian yang diberikan.
3. Dosen pembimbing, Ibu Mardiana, S.KM, M.Si, atas arahan, bimbingan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
4. Dosen penguji 1, Bapak Muhammad Azinar, S.KM, M.Kes dan dosen penguji 2 Ibu Galuh Nita Prameswari, S.KM, M.Si, atas arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, atas ilmu yang diberikan selama kuliah.
(8)
viii
6. Direktur PT. Apac Inti Corpora atas ijin penelitian yang diberikan. 7. Karyawan PT. Apac Inti Corpora yang telah bersedia menjadi responden. 8. Abah (Drs. Aryoto) dan Mimi (Bayyinatin Nidhomi, S.Pd) atas dukungan,
doa, perhatian, kasih sayang, dan motivasinya baik moril maupun materiil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Adik-adikku (Ave Avalokiteshvara Mahabay Aryotochter dan Ave „Avo Van Gebel Muhammad Mahabay Aryotossohn) atas semangat, kasih sayang, dan doanya.
10. Furqon Haqiqi atas doa, dukungan, dan motivasi yang diberikan.
11. Sahabatku (Uci, Chandra, Siska, Wenty) atas bantuan dan motivasi yang diberikan.
12. Teman-teman jurusan IKM 2012 dan peminatan PKIP atas kebersamaan, dukungan, bantuan, dan motivasinya.
13. Keluargaku di KSR PMI Unit Unnes atas dukungan dan bantuan berupa moril maupun materiil yang diberikan.
14. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga amal baik dari semua pihak mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Semarang, Juni 2016 Penyusun
(9)
ix
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ... i
Abstrak ... ii
Abstract ... iii
Pernyataan ... iv
Persetujuan ... v
Motto dan Persembahan ... vi
Kata Pengantar ... vii
Daftar Isi ... ix
Daftar Tabel ... xvi
Daftar Gambar ... xviii
Daftar Lampiran ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.2.1 Rumusan Masalah Umum ... 7
1.2.2 Rumusan Masalah Khusus ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.3.1 Tujuan Umum ... 8
1.3.2 Tujuan Khusus ... 9
1.4 Manfaat Penelitian ... 10
1.4.1 Bagi Dinas Kesehatan dan Instansi yang terkait ... 10
1.4.2 Bagi Masyarakat... 10
(10)
x
1.4.4 Bagi Peneliti ... 10
1.5 Keaslian Penelitian ... 11
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 18
1.6.1 Ruang Lingkup Tempat ... 18
1.6.2 Ruang Lingkup Waktu ... 18
1.6.3 Ruang Lingkup Materi ... 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 19
2.1 Landasan Teori ... 19
2.1.1 ASI Eksklusif ... 19
2.1.1.1 Pengertian ... 19
2.1.1.2 Jenis-jenis ASI ... 20
2.1.1.3 Komposisi ASI ... 21
2.1.1.4 Manfaat ASI Eksklusif ... 23
2.1.2 Ibu Bekerja ... 26
2.1.3 Manajemen Laktasi ... 27
2.1.3.1 Anatomi Payudara ... 27
2.1.3.2 Cara Perawatan Payudara ... 28
2.1.3.3 Pengertian Laktasi ... 30
2.1.3.4 Fisiologi Laktasi ... 30
2.1.3.5 Pengertian Manajemen Laktasi ... 32
3.1.3.6 Teknik Menyusui ... 32
3.1.3.6.1 Posisi dan Perlekatan Menyusui ... 32
3.1.3.6.2 Langkah-langkah Menyusui Yang Benar ... 33
3.1.3.6.3 Cara Pengamatan Teknik Menyusui Yang Benar ... 33
(11)
xi
2.1.4 Manajemen Laktasi Pada Ibu Bekerja ... 35
2.1.4.1 Perencanaan Menyusui ... 35
2.1.4.1.1 Selama Kehamilan ... 35
2.1.4.1.2 Menjelang Ibu Bekerja ... 36
2.1.4.1.3 Selama Ibu Bekerja ... 38
2.1.4.2 Teknik Yang Dianjurkan Untuk Menyusui Selama Bekerja... 39
2.1.4.2 ASI Perah ... 39
2.1.4.2.1 Pengertian ASI Perah ... 39
2.1.4.2.2 Cara Memerah ASI ... 40
2.1.4.2.3 Wadah Penyimpanan ASI ... 41
2.1.4.2.4 Cara Menyimpan ASI ... 41
2.1.4.2.5 Cara Menyajikan ASI ... 42
2.1.5 Mitos dan Masalah Dalam Menyusui ... 42
2.1.5.1 Mitos Menyusui ... 42
2.1.5.2 Masalah Menyusui ... 44
2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja... 45
2.1.6.1 Paritas ... 45
2.1.6.2 Tingkat Pendidikan ... 46
2.1.6.3 Tingkat Pendapatan Perkapita Keluarga ... 47
2.1.6.4 Tingkat Pengetahuan ... 47
2.1.6.5 Persepsi ... 48
2.1.6.6 Lingkungan Sosial Budaya ... 48
2.1.6.7 Dukungan Keluarga ... 49
(12)
xii
2.1.6.9 Dukungan Teman Kerja ... 50
2.1.6.10 Ketersediaan Fasilitas Menyusui di Tempat Kerja ... 50
2.1.6.11 Ketersediaan Petugas Kesehatan di Tempat Kerja ... 51
2.1.6.12 Peran Petugas Kesehatan di Tempat Kerja ... 51
2.1.6.13 Peran Pengasuh Bayi ... 52
2.1.6.14 Lama Jam Kerja ... 53
2.1.6.15 Kebijakan Cuti Melahirkan di Tempat Kerja ... 53
2.2 Teori Perilaku Health Belief Model (HBM) ... 54
2.3 Kerangka Teori ... 58
BAB III METODE PENELITIAN ... 59
3.1 Kerangka Konsep ... 59
3.2 Variabel Penelitian ... 59
3.2.1 Variabel Bebas ... 59
3.2.2 Variabel Terikat ... 60
3.3 Hipotesis Penelitian ... 60
3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 61
3.5 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 65
3.6 Populasi dan Sampel ... 65
3.6.1 Populasi Penelitian ... 65
3.6.2 Sampel ... 65
3.6.2.1 Besar Sampel ... 65
3.6.2.2 Teknik Pengambilan Sampel ... 66
3.7 Sumber Data ... 67
3.7.1 Sumber Data Primer ... 67
(13)
xiii
3.8 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data ... 67
3.8.1 Instrumen Penelitian ... 67
3.8.1.1Validitas Instrumen ... 68
3.8.1.2 Reliabilitas Instrumen ... 69
3.8.2 Teknik Pengambilan Data ... 70
3.8.2.1 Metode Dokumentasi ... 70
3.8.2.2 Metode Kuesioner ... 70
3.9 Prosedur Penelitian ... 70
3.9.1 Pra Penelitian ... 70
3.9.2 Penelitian ... 71
3.9.3 Pasca Penelitian ... 71
3.10 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 71
3.10.1 Teknik Pengolahan Data ... 71
3.10.2 Analisis Data ... 72
3.10.2.1 Analisis Univariat ... 72
3.10.2.2 Analisis Bivariat ... 72
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 75
4.1 Gambaran Umum ... 75
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 75
4.2 Hasil Penelitian ... 77
4.2.1 Analisis Univariat ... 77
4.2.1.1 Distribusi Responden Menurut Persepsi ... 77
4.2.1.2 Distribusi Responden Menurut Paritas ... 77
4.2.1.3 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 78
(14)
xiv
4.2.1.5 Distribusi Responden Menurut Sosial Budaya ... 79
4.2.1.6 Distribusi Responden Menurut Dukungan Keluarga ... 79
4.2.1.7 Distribusi Responden Menurut Dukungan Atasan Langsung ... 80
4.2.1.8 Distribusi Responden Menurut Dukungan Teman Kerja ... 80
4.2.1.9 Distribusi Responden Menurut Peran Pengasuh Bayi ... 81
4.2.1.10 Distribusi Responden Menurut Praktik Pemberian ASI Eksklusif ... 81
4.2.2 Analisis Bivariat ... 81
4.2.2.1 Hubungan Antara Persepsi dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif .... 82
4.2.2.2 Hubungan Antara Paritas dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif ... 83
4.2.2.3 Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Praktik Pemberian ASI4Eksklusif ... 83
4.2.2.4 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif ... 85
4.2.2.5 Hubungan Antara Sosial Budaya dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif ... 87
4.2.2.6 Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif ... 88
4.2.2.7 Hubungan Antara Dukungan Atasan Langsung dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif ... 89
4.2.2.8 Hubungan Antara Dukungan Teman Kerja dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif ... 91
4.2.2.9 Hubungan Antara Peran Pengasuh Bayi dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif ... 92
4.2.2.10 Rekapitulasi Hasil Uji Bivariat ... 93
BAB V PEMBAHASAN ... 94
5.1 Pembahasan Hasil Penelitian ... 94
5.1.1 Hubungan Antara Persepsi dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif ... 94
(15)
xv
5.1.3 Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Praktik Pemberian ASI
Eksklusif ... 98
5.1.4 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif ... 99
5.1.5 Hubungan Antara Sosial Budaya dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif ... 102
5.1.6 Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif ... 104
5.1.7 Hubungan Antara Dukungan Atasan Langsung dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif ... 107
5.1.8 Hubungan Antara Dukungan Teman Kerja dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif ... 109
5.1.9 Hubungan Antara Peran Pengasuh Bayi dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif ... 112
5.2 Hambatan dan Kelemahan Penelitian ... 114
5.2.1 Hambatan ... 114
5.2.2 Kelemahan ... 114
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 115
6.1 Simpulan ... 115
6.2 Saran ... 115
6.2.1 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang ... 115
6.2.2 Bagi PT. Apac Inti Corpora ... 116
6.2.3 Bagi Pekerja ... 116
6.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya ... 117
DAFTAR PUSTAKA ... 118
(16)
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian ini ... 11
Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 61
Tabel 3.2 Rekapitulasi Uji Validitas Instrumen ... 68
Tabel 3.3 Rekapitulasi Uji Reliabilitas Instrumen ... 69
Tabel 3.4 Daftar Variabel dan Uji Statistik Bivariat ... 73
Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Paritas ... 77
Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 78
Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan ... 78
Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Persespi ... 78
Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Sosial Budaya ... 79
Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Dukungan Keluarga ... 79
Tabel 4.7 Distribusi Responden Menurut Dukungan Atasan Langsung ... 80
Tabel 4.8 Distribusi Responden Menurut Dukungan Teman Kerja ... 80
Tabel 4.9 Distribusi Responden Menurut Peran Pengasuh Bayi ... 81
Tabel 4.10 Distribusi Responden Menurut Praktik Pemberian ASI Eksklusif .... 81
Tabel 4.11 Tabulasi Silang Antara Persepsi dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif ... 82
Tabel 4.12 Tabulasi Silang Antara Paritas dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif ... 83
Tabel 4.13 Tabulasi Silang Antara Tingkat Pendidikan dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif ... 84
Tabel 4.14 Tabulasi Silang Antara Tingkat Pengetahuan dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif ... 85
Tabel 4.15 Tabulasi Silang Antara Sosial Budaya dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif ... 87
(17)
xvii
Tabel 4.16 Tabulasi Silang Antara Dukungan Keluarga dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif ... 88 Tabel 4.17 Tabulasi Silang Antara Dukungan Atasan Langsung dengan Praktik
Pemberian ASI Eksklusif ... 90 Tabel 4.18 Tabulasi Silang Antara Dukungan Teman Kerja dengan Praktik
Pemberian ASI Eksklusif ... 91 Tabel 4.19 Tabulasi Silang Antara Peran Pengasuh Bayi dengan Praktik
Pemberian ASI Eksklusif ... 92 Tabel 4.20 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat Hubungan Antara Variabel Bebas
(18)
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Kerangka Teori ... 58 Gambar 3.1 Kerangka Konsep ... 59
(19)
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Keputusan Dosen Pembimbing ... 125
Lampiran 2 Surat Ijin Pengambilan Data ... 126
Lampiran 3 Ethical Clearence ... 127
Lampiran 4 Surat Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 128
Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Uji Valisitas dan Reliabilitas Instrumen ... 129
Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian Kepada Kesbangpol Kabupaten Semarang ... 130
Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian Dari Kesbangpol Kabupaten Semarang ... 131
Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian Kepada PT. Apac Inti Corpora ... 132
Lampiran 9 Surat Keterangan Ijin Pelaksanaan Penelitian ... 133
Lampiran 10 Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 134
Lampiran 11 Lembar Permohonan Menjadi Responden ... 135
Lampiran 12 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 136
Lampiran 13 Kuesioner Penelitian ... 137
Lampiran 14 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 152
Lampiran 15 Skoring Kuesioner ... 160
Lampiran 16 Identitas Responden ... 178
Lampiran 17 Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 182
Lampiran 18 Uji Normalitas Data ... 188
Lampiran 19 Analisis Univariat ... 192
Lampiran 20 Analisis Bivariat ... 194
Lampiran 21 Fasilitas Ruang Laktasi di PT. Apac Inti Corpora ... 203
(20)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Susu formula atau makanan-makanan tiruan untuk bayi tidak akan sanggup menandingi keunggulan ASI. Manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Oleh sebab itu, pemberian ASI selama 6 bulan sejak kelahiran dikenal dengan pemberian ASI eksklusif (Prasetyono, 2012).
ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan pada bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya tanpa tambahan makanan dan cairan lain. Pemberian ASI Eksklusif dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit infeksi maupun non infeksi, meningkatkan Intelligence Quotient (IQ) dan Emotional Quotient (EQ) anak, serta dapat mengurangi tingkat kematian bayi di Indonesia. Selain itu, memberikan ASI kepada anak dapat menciptakan ikatan psikologis dan kasih sayang yang kuat antara ibu dan bayi (Prasetyono, 2012).
Pemerintah Indonesia telah menetapkan berbagai regulasi tentang pemberian ASI eksklusif. Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009, pasal 128 menyebutkan bahwa (1) Setiap bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan selama 6 bulan kecuali atas indikasi medis; (2) Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus;
(21)
(3) Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum. Pada Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian ASI Eksklusif, pada Pasal 2 disebutkan bahwa Pengaturan pemberian ASI Eksklusif bertujuan untuk: Menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 (enam) bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya; Memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya; dan meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, pemerintah daerah, dan pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif. Selain itu bersadarkan SK Menteri Kesehatan Tahun 2004 No. 450/MENKES/SK/VI/2004 tentang Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Indonesia, menyebutkan bahwa (1) Menetapkan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia hingga usia 6 (enam) bulan, dan dianjurkan untuk diteruskan hingga usia 2 (dua) tahun bersama dengan makanan pendamping. (2) Staff layanan kesehatan harus menginformasikan kepada semua Ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI Eksklusif (Kemenkes RI, 2004).
Penelitian Cai, et al (2012) menunjukkan bahwa data trend prevalensi ASI eksklusif pada bayi berusia kurang dari enam bulan di negara-negara berkembang meningkat dari 33% pada tahun 1995 menjadi 39% pada tahun 2010. Peningkatan prevalensi di hampir semua daerah di negara berkembang, dengan peningkatan terbesar terlihat di Afrika Barat dan Tengah. Namun prevalensi pemberian ASI esklusif di Indonesia belum mengalami peningkatan yang signifikan. Selain itu,
(22)
persentase pemberian ASI eksklusif di Indonesia belum mencapai target 80% seperti yang ditargetkan oleh pemerintah Indonesia (Kemenkes RI, 2015).
Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada tahun 2014 sebesar 52,3%, menurun apabila dibandingkan dengan persentase pada tahun 2013 yaitu sebesar 54,34%. Begitu pula dengan persentase pemberian ASI eksklusif di Jawa Tengah pada tahun 2014 sebanyak 60%, menurun apabila dibandingkan dengan persentase pada tahun 2013 yaitu sebanyak 67,95% (Kemenkes RI, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, menyebutkan bahwa banyak alasan yang menjadi penyebab seorang ibu tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Hasil penelitian oleh Helda (2009), menyebutkan bahwa kebijakan tentang hak cuti melahirkan yang diterima ibu bekerja tidak sesuai dengan kebutuhan pemberian ASI eksklusif. Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan menyebutkan bahwa pekerja perempuan mendapatkan hak cuti selama 3 bulan. Sedangkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Sehingga hal itu menjadi alasan seorang ibu untuk tidak dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya hingga usia 6 bulan.
Adanya persepsi yang salah tentang menyusui bahwa menyusui akan membuat daya tarik seorang wanita menurun juga merupakan penghambat pemberian ASI eksklusif. Alasan lain yang menjadi penyebab rendahnya pemberian ASI Eksklusif adalah pengetahuan tentang manajemen laktasi dan sikap terhadap menejemen laktasi. Berdasarkan penelitian oleh Tasnim, et al (2014) menyebutkan bahwa 21,2% responden tidak memberikan ASI eksklusif
(23)
karena faktor kurangnya pengetahuan. Masyarakat yang tidak tahu tentang pentingnya serta manfaat yang diberikan oleh ASI tidak akan memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.
Hasil penelitian oleh Rahmawati (2010) menyebutkan bahwa alasan pekerjaan menjadi salah satu penyebabnya. Kesibukan bekerja di luar rumah hingga 8 jam menyebabkan intensitas pertemuan antara ibu dan bayi menjadi kurang. Padahal telah dikeluarkan peraturan bersama 3 menteri (Menteri Pemberdayaan Wanita dan Perlindungan Anak, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Menteri Kesehatan) No. 48/MEN.PP/XII/2008, PER.27/MEN/XII/2008 dan 1177/MENKES/PB/XII/2008 tentang pemberian ASI selama waktu kerja di tempat kerja.
Hasil penelitian Anggraeni, dkk (2015) menyatakan bahwa ada perbedaan pemberian ASI eksklusif berdasarkan status kerja. Penelitian yang dilakukan Putri (2013), juga menyatakan bahwa pemberian ASI eksklusif pada wanita pekerja pabrik lebih sedikit daripada ibu rumah tangga. Selain itu faktor dukungan tempat kerja berupa penyediaan ruang laktasi, serta faktor dorongan petugas kesehatan juga mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif oleh ibu bekerja (Haryani, 2014).
Kabupaten semarang merupakan salah satu kawasan industri di Jawa Tengah. Terdapat beberapa pabrik/perusahaan besar yang berdiri di kawasan tersebut dan sebagian besaar pegawainya adalah perempuan. Namun sebagian besar tempat kerja tersebut belum memiliki fasilitas ruang laktasi sehingga kurang mendukung program pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja. Sedangkan telah dikeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 15 Tahun 2013 tentang Tata Cara
(24)
Penyediaan Fasilitas Khusus Ibu Menyusui dan/atau Memerah ASI. Peraturan ini dikhususkan untuk tempat kerja dan tempat umum. Pekan ASI sedunia tahun 2015 mengangkat tema “menyusui dan bekerja” dengan tujuan untuk mendukung ibu bekerja agar dapat memberikan ASI eksklusif (IDAI, 2015).
PT. Apac Inti Corpora merupakan salah satu perusahaan yang ada di Kabupaten Semarang yang memiliki 3 shift kerja dengan lama kerja masing-masing adalah 8 jam. Sebagian besar karyawannya adalah wanita mempunyai kemungkinan untuk hamil dan menyusui. Perusahaan ini juga telah menyediakan ruang laktasi dan fasilitas lainnya yang berupa wastafel, pompa, meja, kursi, lemari pendingin, media informasi dan sebagainya untuk membantu ibu menyusui dalam program pemberian ASI secara eksklusif. Menurut tenaga kesehatan yang ada di PT. Apac Inti Corpora, para tenaga kesehatan juga sudah memberikan informasi terkait ASI eksklusif baik melalui media maupun penyuluhan secara langsung. Namun jumlah pekerja yang melakukan pemberian ASI secara eksklusif masih sangat rendah.
Berdasarkan data yang didapat dari poliklinik PT. Apac Inti Corpora pada bulan Maret 2016, di sana terdapat 209 karyawan wanita yang memiliki bayi usia 0-12 bulan. Dari 209 karyawan wanita yang memiliki bayi usia 0-12 bulan, 95 karyawan diantaranya memiliki bayi usia 6-12 bulan, dan 114 karyawan lainnya memiliki bayi usia < 6 bulan. Dari 100% (95) karyawan yang memiliki bayi usia 6-12 bulan, hanya 14,25% (15) karyawan yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya saat usia 0-6 bulan.
(25)
Upaya yang dilakukan dalam mencapai keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada ibu disebut dengan manajemen laktasi. Manajemen laktasi sangat dibutuhkan bagi seorang ibu khususnya ibu yang bekerja di luar rumah agar tetap dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Manajemen laktasi terdiri dari beberapa komponen yang meliputi perawatan payudara, ASI eksklusif, perencanaan menyusui, teknik menyusui, ASI perah, serta mitos dan masalah dalam menyusui (Perinasia, 2011).
Pada ibu yang bekerja, sangat penting untuk mengetahui manajemen laktasi. Selain itu, ibu bekerja juga perlu menanggapi dan memandang positif manajemen laktasi agar dapat mencapai keberhasilan dalam memberikan ASI eksklusif. Sehingga, meskipun ibu bekerja di luar rumah namun tetap dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya (IDAI, 2010). Namun selain melakukan manajemen laktasi, faktor internal dan eksternal lainnya juga harus dipertimbangkan dalam keberhasilan memberikan ASI eksklusif pada ibu bekerja. Faktor-faktor tersebut meliputi tingkat pendidikan, pengetahuan, pendapatan, paritas, persepsi, sarana dan prasarana, dukungan keluarga, dukungan atasan langsung, dukungan teman kerja, peran petugas kesehatan di tempat kerja, peran pengasuh bayi, lama jam kerja, kebijakan cuti melahirkan dan sosial budaya.
Salah satu teori yang membahas tentang perilaku kesehatan ialah teori Health
Belief Model (HBM). Teori ini mengemukakan bahwa perilaku seseorang
dipengaruhi oleh persepsi seseorang yang meliputi persepsi tentang kerentanan, keseriusan, hambatan, dan manfaat. Selain itu juga ada variabel demografi dan isyarat untuk bertindak yang mempengaruhi persepsi seseorang. Teori HBM tepat
(26)
digunakan dalam penelitian ini karena manajemen laktasi bersifat individu dan teori HBM menyatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh persepsi atau kepercayaan individu itu sendiri tanpa memandang apakah persepsi tersebut sesuai atau tidak dengan realita (Priyoto, 2014).
Berdasarkan permasalahan rendahnya persentase pemberian ASI eksklusif di PT. Apac Inti Corpora meskipun di sana telah disediakan fasilitas ruang laktasi dan fasilitas pendukung menyusui lainnya, maka perlu dilakukan kajian lebih dalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi praktik pemberian ASI eksklusif pada Ibu bekerja di PT. Apac Inti Corpora yang dikaji menggunakan teori Health Belief Model dalam manajemen laktasi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, bahwa terdapat masalah dalam pemberian ASI eksklusif yaitu rendahnya pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di PT. Apac Inti Corpora, maka rumusan masalah dalam penelitian ini ialah sebagai berikut :
1.2.1 Rumusan Masalah Umum
Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di PT. Apac Inti Corpora?
1.2.2 Rumusan Masalah Khusus
Rumusan masalah khusus ialah sebagai berikut :
1. Apakah persepsi berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif di PT. Apac Inti Corpora?
(27)
2. Apakah paritas berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif di PT. Apac Inti Corpora?
3. Apakah tingkat pendidikan berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif di PT. Apac Inti Corpora?
4. Apakah tingkat pengetahuan berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif di PT. Apac Inti Corpora?
5. Apakah sosial budaya berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif di PT. Apac Inti Corpora?
6. Apakah dukungan keluarga berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif di PT. Apac Inti Corpora?
7. Apakah dukungan atasan langsung berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif di PT. Apac Inti Corpora?
8. Apakah dukungan teman kerja berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif di PT. Apac Inti Corpora?
9. Apakah peran pengasuh bayi berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif di PT. Apac Inti Corpora?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah sebagai berikut :
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di PT. Apac Inti Corpora.
(28)
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis hubungan persepsi dengan praktik pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di PT. Apac Inti Corpora.
2. Untuk menganalisis hubungan paritas dengan praktik pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di PT. Apac Inti Corpora.
3. Untuk menganalisis hubungan tingkat pendidikan dengan praktik pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di PT. Apac Inti Corpora.
4. Untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan praktik pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di PT. Apac Inti Corpora.
5. Untuk menganalisis hubungan sosial budaya dengan praktik pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di PT. Apac Inti Corpora.
6. Untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan praktik pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di PT. Apac Inti Corpora.
7. Untuk menganalisis hubungan dukungan atasan langsung dengan praktik pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di PT. Apac Inti Corpora.
8. Untuk menganalisis hubungan dukungan teman kerja dengan praktik pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di PT. Apac Inti Corpora.
9. Untuk menganalisis hubungan peran pengasuh bayi dengan praktik pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di PT. Apac Inti Corpora.
(29)
1.4 MANFAAT HASIL PENELITIAN
1.4.1 Bagi Dinas Kesehatan dan Instansi yang Terkait
Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan dan instansi terkait untuk menggencarkan sosisalisasi program ASI eksklusif dan manajemen laktasi khususnya pada ibu bekerja agar ibu bekerja dapat memberikan ASI secara eksklusif.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Sebagai tambahan pengetahuan bagi masyarakat khususnya ibu bekerja bahwa terdapat manajemen laktasi untuk mensukseskan pemberian ASI eksklusif sehingga masyarakat khususnya ibu yang bekerja dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.Selain itu sebagai tambahan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi praktik pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja.
1.4.3 Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam penanggulangan masalah rendahnya pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja. Dan dapat digunakan sebagai bahan pustaka, informasi, dan referensi yang dapat digunakan sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya dalam mengembangkan ilmu di Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang.
1.4.4 Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman dalam melaksanakan penulisan karya ilmiah dan melatih kemampuan melakukan penelitian di masyarakat. Dan dapat digunakan sebagai pembanding antara teori-teori yang diperoleh di bangku kuliah yang berhubungan dengan judul skripsi ini dengan kenyataan sebenarnya.
(30)
1.5 KEASLIAN PENELITIAN
Tabel 1.1 Penelitian-penelitian yang Relevan dengan Penelitian Ini
No Judul
Penelitian Nama Peneliti Tahun dan Tempat Penelitian Rancangan Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Faktor - Faktor Yang Berhubungan Pemberian ASI Ekslusif Pada Karyawati Unsika Tahun 2013 Sri Rahayu dan Nelly Apriningr um 2013, Uniska Survey Analitik, pendekatan cross sectional
Variabel Bebas : usia, pendidikan, penolong
persalinan, tempat persalinan,paritas, jarak kelahiran anak, dukungan keluarga,
dukungan penolong persalinan,
dukungan tempat
kerja dan
pengetahuan ibu
Terikat :
pemberian ASI Eksklusif
Seluruh variabel yang diteliti nilai P > 0.05 sehingga tidak ada hubungan yang bermakna antara keseluruhan variabel dengan pemberian
ASI eksklusif.
2. Penerapan Analisis Jalur Dalam Analisis Faktor Determinan Eksklusivitas Pemberian
ASI Di
Wilayah Kerja Puskesmas Payangan, Gianyar
Ni Wayan Wiwin Cahyani, I Ketut T. W.
2014, Gianyar
Cross sectional
Variabel bebas: pengetahuan, sikap, peran keluarga, peran tenaga kesehatan. Variable terikat : praktik pemberian ASI eksklusif.
Tidak terdapat hubungan antara seluruh variabel dengan pemberian ASI eksklusif
3. Gambaran Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja
Di Desa
Rasti Oktora 2013, Tangerang Selatan cross sectional
Variabel bebas : pengetahuan, pendidikan, usia, pekerjaan, peran petugas, jumlah anak, promosi susu formula.
Dari 107 responden, diperoleh gambaran perilaku berdasarkan pekerjaan yaitu, sebanyak 18 (16,82 persen) responden ibu bekerja dan tidak
(31)
Serua Indah, Kecamatan Jombang, Tangerang Selatan
Variabel terikat : perilaku
pemberian ASI eksklusif.
bekerja sebanyak 89 (83,18%) responden.
Dan Jumlah
responden yang menggunakan susu formula sebesar 59 (55,14%) responden, dan yang tidak menggunakan susu formula sebesar 48 (44,86%)
responden. Untuk peran petugas, mengatakan bahwa yang menerima informasi mengenai pentingnya
pemberian ASI Eksklusif dari petugas kesehatan
sebanyak 47
(43,93%)
responden, dan yang tidak menerima informasi sebanyak
60 (56,07%)
responden. 4. Faktor-Faktor
Yang Mempenga-ruhi Kegagalan Pemberian Air
Susu Ibu (ASI)
Eksklusif Pada Ibu Bekerja (Studi
Kualitatif di Tempat Penitipan Anak (TPA) Dian Dharma Putra
Dewi Aisyah
2009, TPA Dian
Dharma Putra
Kualitatif Variabel Bebas : Makanan
prelaktal, Mitos, motivasi
Variabel Terikat : Kegagalan
Pemberian ASI eksklusif
Kegagalan disebabkan
pemberian ASI yang keliru, pemberian susu formula oleh tenaga kesehatan, kurangnya motivasi ibu, masih percaya
dengan mitos
pemberian MP-ASI, kurangnya dukungan dari dokter anak di TPA, dan masalah produksi susu.
(32)
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009) 5. Alasan Tidak
Diberikan ASI Eksklusif Oleh Ibu Bekerja Di Kota
Mataram Nusa Tenggara Barat
Haryani 2014, Mataram
Kualitatif Variabel bebas : beban kerja, ekonomi, waktu cuti, sarana prasarana,
promosi susu formula
Variabel terikat : pemberian ASI tidak eksklusif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
alasan tidak
diberikanya ASI Ekslusif
oleh ibu yang bekerja antara lain karena adanya rasa malas dari ibu, beban kerja
yang tinggi, waktu cuti terbatas, sarana prasarana yang kurang dan tuntutan kebutuhan ekonomi keluarga. Sedangkan
hal-hal yang
menghambat ibu bekerja
didalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor seperti : faktor ekonomi, faktor fisik ibu, faktor psikologis dan faktor kurangnya sarana dan prasarana pendukung, serta meningkatnya
promosi susu formula. 6. Hubungan
Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Air Susu Ibu Perah (ASIP) Dengan Praktik Pemberian Anestesia Wulandari Wulandari Meikawati , Novita Kumala sari Tembalang., Semarang Cross sectional
Variabel Bebas : Pengetahuan dan sikap terhadap ASIP.
Variable terikat : praktik pemberian ASIP.
Pengumpulan data dengan kuesioner dan uji statistik yang digunakan adalah Fisher Exact. Sebagian besar pengetahuan
responden di
kategori baik (60%). Sikap ibu bekerja
(33)
ASIP Pada Ibu Bekerja Di Kelurahan Tandang Kecamatan Tembalang Kota Semarang
terhadap ASIP sebagian besar positif (60%), dan yang negatif (40%). Responden yang tidak melakukan
praktik ASIP
(71,4%) dan yang melakukan (28,6%). 7. Hubungan
Antara Pengetahuan Ibu Bekerja Tentang Manajemen Laktasi Dan Dukungan Tempat Kerja Dengan
Perilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Anun Indiana Marisa Putri 2013, Kartasura Descriptive correlation, cross sectional
Variabel bebas : pengetahuan manajemen laktasi dan dukungan tempat kerja
Variabel terikat : perilaku
pemberian ASI
1. Terdapat
hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang
manajemen laktasi dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif 2. tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara dukungan tempat kerja dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif 1. Perbedaan dengan penelitian Sri Rahayu ialah terletak pada variabel bebas
dan tempat penelitian. Pada penelitian Sri, variabel bebasnya ialah usia, pendidikan, penolong persalinan, tempat persalinan, paritas, jarak kelahiran anak, dukungan keluarga, dukungan penolong persalinan, dukungan tempat kerja dan pengetahuan ibu. Sedangkan pada penelitian ini variabel bebasnya ialah paritas, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, persepsi, sosial budaya, dukungan keluarga, dukungan atasan langsung, dukungan teman kerja, dan peran pengasuh bayi. Tempat penelitian Sri ialah di Uniska, dan penelitian ini adalah di PT. Apac Inti Corpora. Selain itu hal lain yang
(34)
membedakan ialah pada penelitian ini variabel dikaji menggunakan teori Health Belief Model dalam manajemen laktasi.
2. Perbedaan dengan penelitian Ni Wayan ialah terletak pada variabel bebas dan tempat penelitian. Pada penelitian Ni Wayan, variabel bebasnya ialah pengetahuan, sikap, peran keluarga, dan peran petugas kesehatan. Sedangkan pada penelitian ini variabel bebasnya ialah variabel bebasnya ialah paritas, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, persepsi, sosial budaya, dukungan keluarga, dukungan atasan langsung, dukungan teman kerja, dan peran pengasuh bayi. Tempat penelitian Ni Wayan ialah di Gianyar dan penelitian ini adalah di PT. Apac Inti Corpora. Selain itu hal lain yang membedakan ialah pada penelitian ini variabel dikaji menggunakan teori Health Belief Model dalam manajemen laktasi.
3. Perbedaan dengan penelitian Rasti ialah terletak pada variabel bebas dan tempat penelitian. Pada penelitian Rasti variabel bebasnya ialah pengetahuan, pendidikan, usia, pekerjaan, peran petugas, jumlah anak, promosi susu formula. Sedangkan pada penelitian ini variabel bebasnya ialah variabel bebasnya ialah paritas, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, persepsi, sosial budaya, dukungan keluarga, dukungan atasan langsung, dukungan teman kerja, dan peran pengasuh bayi. Tempat penelitian Isnaini ialah di Tangerang Selatan dan penelitian ini adalah di PT. Apac Inti Corpora. Selain itu hal lain yang membedakan ialah pada penelitian ini variabel dikaji menggunakan teori Health Belief Model dalam manajemen laktasi.
(35)
4. Perbedaan dengan penelitian Dewi Aisyah ialah terletak pada variabel, tempat penelitian, dan jenis penelitian. Pada penelitian Dewi, variabel bebasnya ialah makanan prelaktal, Mitos, motivasi dan variabel terikatnya ialah kegagalan pemberian ASI eksklusif. Sedangkan pada penelitian ini variabel bebasnya ialah variabel bebasnya ialah paritas, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, persepsi, sosial budaya, dukungan keluarga, dukungan atasan langsung, dukungan teman kerja, dan peran pengasuh bayi. dan variabel terikatnya ialah praktik pemberian ASI eksklusif. Tempat penelitian Dewi ialah di TPA Dian Dharma Putra dan penelitian ini adalah di PT. Apac Inti Corpora. Jenis penelitian pada penelitian Dewi ialah kualitatif, sedangkan pada penelitian ini ialah analitik dengan desain cross sectional. Selain itu hal lain yang membedakan ialah pada penelitian ini variabel dikaji menggunakan teori Health Belief Model dalam manajemen laktasi.
5. Perbedaan dengan penelitian Haryani ialah terletak pada variabel, tempat penelitian, dan jenis penelitian. Pada penelitian Haryani, variabel bebasnya ialah beban kerja, ekonomi, waktu cuti, sarana prasarana, promosi susu formula dan variabel terikatnya ialah pemberian ASI tidak eksklusif. Sedangkan pada penelitian ini variabel bebasnya ialah variabel bebasnya ialah paritas, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, persepsi, sosial budaya, dukungan keluarga, dukungan atasan langsung, dukungan teman kerja, dan peran pengasuh bayi, dan variabel terikatnya ialah praktik pemberian ASI eksklusif. Tempat penelitian Haryani ialah di Mataram dan penelitian ini adalah di PT. Apac Inti Corpora. Jenis penelitian pada penelitian Haryani
(36)
ialah kualitatif, sedangkan pada penelitian ini ialah analitik dengan desain cross sectional. Selain itu hal lain yang membedakan ialah pada penelitian ini variabel dikaji menggunakan teori Health Belief Model dalam manajemen laktasi.
6. Perbedaan dengan penelitian Anestesia ialah terletak pada variabel dan tempat penelitian. Pada penelitian Anestesia variabel bebasnya ialah variabel bebasnya ialah tingkat pengetahuan dan sikap tentang ASI perah, dan variabel terikatnya ialah praktik pemberian ASI Perah. Sedangkan pada penelitian ini variabel bebasnya ialah variabel bebasnya ialah paritas, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, persepsi, sosial budaya, dukungan keluarga, dukungan atasan langsung, dukungan teman kerja, dan peran pengasuh bayi, serta variabel terikatnya ialah praktik pemberian ASI eksklusif. Tempat penelitian Anestesia ialah di Tembalang dan penelitian ini adalah di PT. Apac Inti Corpora. Selain itu hal lain yang membedakan ialah pada penelitian ini variabel dikaji menggunakan teori Health Belief Model dalam manajemen laktasi.
7. Perbedaan dengan penelitian Anun ialah terletak pada variabel dan tempat penelitian. Pada penelitian Anun variabel bebasnya ialah variabel bebasnya ialah pengetahuan manajemen laktasi dan dukungan tempat kerja, dan variabel terikatnya ialah perilaku pemberian ASI. Sedangkan pada penelitian ini variabel bebasnya ialah usia, paritas, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, persepsi, sosial budaya, dukungan keluarga, dukungan atasan , dukungan teman kerja, peran petugas kesehatan di tempat kerja dan peran
(37)
pengasuh bayi, dan variabel terikatnya ialah praktik pemberian ASI eksklusif. Tempat penelitian Isnaini ialah di Puskesmas Kartasura dan penelitian ini adalah di PT. Apac Inti Corpora. Selain itu hal lain yang membedakan ialah pada penelitian ini variabel dikaji menggunakan teori Health Belief Model dalam manajemen laktasi
1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN 1.6.1 Ruang Lingkup Tempat
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di PT. Apac Inti Corpora, Bawen, Semarang.
1.6.2 Ruang Lingkup Waktu
Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April tahun 2016.
1.6.3 Ruang Lingkup Materi
Penelitian ini termasuk dalam ilmu kesehatan masyarakat yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi praktik pemberian ASI esklusif pada ibu bekerja di PT. Apac Inti Corpora (kajian teori Health Belief Model dalam manajemen laktasi).
(38)
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 ASI Eksklusif 2.1.1.1Pengetian
ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan pada bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, dan nasi tim (Prasetyono, 2012).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain, walaupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah itu diberi makanan padat pendamping yang cukup dan sesuai, sedangkan ASI tetap diberikan sampai usia 2 tahun atau lebih (Damayanti, 2013).
Pemberian ASI secara eksklusif diberikan dalam jangka waktu 6 bulan. Setelah bayi berusia 6 bulan, ia harus diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun. Manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini sesuai dengan lamanya pemberian ASI eksklusif serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan (Prasetyono, 2012).
(39)
2.1.1.2Jenis-jenis ASI
Berdasarkan waktu produksinya, ASI dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu kolostrum, foremilk, dan handmilk.
1. Kolostrum
Kolostrum adalah cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan redual material, yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan sesudah melahirkan anak. Kolostrum disekresi oleh kelenjar mamae pada hari pertama hingga ketiga atau keempat sejak masa laktasi. Kolostrum mengandung banyak protein dan antibody. Wujudnya sangat kental dan jumlahnya sangat sedikit (Prasetyono, 2012).
2. Foremilk
Air susu yang keluar pertama kali disebut susu awal (foremilk). Air susu ini hanya mengandung sekitar 1-2% lemak dan terlihat encer, serta tersimpan dalam saluran penyimpanan. Air susu tersebut sangat banyak dan membantu menghilangkan rasa haus pada bayi (Prasetyono, 2012).
3. Handmilk
Hindmilk keluar setelah foremilk habis, yakni saat menyusui hampir selesai. Hindmilk sangat kaya, kental, dan penuh lemak bervitamin, sebagaimana hidangan utama setela sup pembuka. Hindmilk yang lebih kaya lemak inilah yang memberikan efek kenyang pada bayi. Airsusu ini memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan oleh bayi. Hindmilk juga sangat bermanfaat dalam pertumbuhan fisik anak (Prasetyono, 2012).
(40)
2.1.1.3Komposisi ASI
Menurut Prasetyono (2012), ASI merupakan suatu emulsi lemak daam larutan protein, laktosa, vitamin, dan mineral ynag berfungsi sebagai makanan bagi bayi. Oleh karena itu, ASI dalam jumlah cukup dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama setelah kelahiran. Komposisi zat gizi dalam ASI adalah sebagai berikut :
1. Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa (gula susu) yang jumlahnya tidak terlalu bervariasi setiap hari, dan jumlahnya lebih banyak ketimbang dalam PASI. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7:4, sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum MPASI.Dengan demikian, pemberian ASI semakin berhasil.
Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi penting yang berperan dalam pertumbuhan sel saraf. Di dalam usus, sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat, yang berfungsi mencegah pertumbuhan bakteri yang berbahaya, serta membantu penyerapan kalsium dan mineral lain-lain.
2. Protein
Kandungan protein dalam ASI berbentuk whey 70% dan kasein 30%, dengan variasi komposisi whey : kasein adalah 90:10 pada hari ke-4 sampai 10 setelah melahirkan, 60:40 pada ASI matur (hari ke-11 sampai 240), dan 50:50 setelah hari ke-240. Pada susu sapi perbandingan whey : kasein adalah 18:82. Protein whey tahan terhadap susasana asam dan lebih mudah diserap sehingga akan
(41)
mempercepat pengosongan lambung. Selain itu protein whey memunyai fraksi asam amino fenilalanin, tirosin, dan metionin dalam jumlah lebih rendah disbanding kasein, tetapi dengan kadar taurin lebih tinggi.
3. Lemak
Sekitar setengah dari energy yang terkandung dalam ASI berasal darri lemak yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi daripada PASI.Hal ini dikarenakan ASI lebih banyak mengandng enzim pemecah lemak (lipase). Kandungan total lemak dalam ASI para ibu bervariasi satu sama lain, dan berbeda-beda dari satu fase ke fase berikutnya. Pada mulanya kandunga lemak rendah, kemudian meningkat jumlahnya.Komposisi lemak pada menit-menit awal menyusui berbeda dengan 10 menit kemudian. Demikian halnya dengan kadar lemak pada hari pertama, kedua, dan seterusnya.Jenis lemak dalam ASI mengandung banyak omega-3, omega-6, dan DHA yang dibutuhkan dalam pembentukan sel-sel jaringan otak.
4. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap.Walaupun kadarnya relative rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan.Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil, mudah diserap tubuh, dan berjumlah sangat sedikit.Sekitar 75% dari zat besi yang terdapat di ASI dapat diserap oleh usus. Lain halnya dengan zat besi yang ada di PASI, yang hanya berjumlah sekitar 5-10%.ASI juga mengandung natrium, kalsium, fosfor, dan klor yang lebih sedikit daripada PASI. Tetapi meskipun sedikit, ia tetap mencukupi kebutuhan bayi.
(42)
5. Vitamin
Apabila makanan yang dikonsumsi oleh ibu memadai, maka semua vitamin yang diperlukan bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya dapat diperoleh dari ASI. Jumlah vitamin D, vitamin A, vitamin C, dan tiamin bervariasi sesuai makanan yang dikonsumsi oleh ibu.
2.1.1.4Manfaat ASI Eksklusif
Menurut Megasari (2014), banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI eksklusif yang dapat dirasakan. Berikut manfaat terpenting yang diperoleh bayi : 1. ASI sebagai nutrisi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan.
2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglbulin dari ibunya melalui ari-ari. Namun, kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru membuat zat kekebalan cukup banyk sehingga mencapai kadar protektif pada waktu berusia 9 sampai 12 bulan, pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi, maka akan terjadi kesenjangan zat pada kekebalan bayi.
(43)
Kesenjangan akan hilang atau berkurang apabila bayi diberi ASI, karena ASI adaah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasir dan jamur.
3. ASI meningkatkan kecerdasan
Kecerdasan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor genetic dan lingkungan. Secara garis besar, terdapat tiga jenis kebutuhan untuk faktor lingkungan yaitu kebutuhan untuk pertumbuhan fisik-otak (ASUH), kebutuhan untuk perkembangan emosional dan spiritual (ASIH), serta kebutuhan untuk perkembanga intelektual dan sosialisasi (ASAH).Bayi memerlukan nutrisi dan makanan yang bergizi dan dalap didapatkan dari ASI. Bayi yang merasa nyaman dan aman, karena merasa dilindungi akan berkembang menjadi orang dewasa yang mandiri dengan emosi yang stabil. Selain itu seringnya bayi mennyusu membuatnya terbiasa berhubungan dengan manusi lain sehingga perkembangan sosialisasinya akan baik. Sehingga ASI dan menyusui secara eksklusif akan menciptakan faktor lingkungan yang optimal untuk meningkatkan kecerdasan bayi malalui pemenuhan senua kebutuhan awal dari faktor-faktor lingkungan. 4. Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga kana merasa aman dan tenteram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik.
(44)
Manfaat lain pemberian ASI eksklusif bagi bayi ialah :
1. Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan.
2. Meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai zat anti kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit. ASI juga akan mengurangi terjadinya mencret, sakit telinga, dan infeksi saluran pernafasan.
3. Melindungi anak dari serangan alergi.
4. Mengandung asam lemak yang diperlukan oleh pertumbuhan otak sehingga bayi ASI eksklusif potensial lebih pandai.
5. Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara. 6. Membantu pembentukan rahang yang bagus
7. Mengurangi risiko terkena penyakit kencing manis, kanker pada anak, dan diduga mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung
8. Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi ASI eksklusif akan lebih cepat bisa jalan.
9. Menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual, dan hubungan sosial yang baik.
Sedangkan manfaat memberikan ASI eksklusif bagi ibu ialah :
1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan karena kadar oksitoksin meningkat sehingga pembuluh darah menutup dan perdarahan akan cepat berhenti.
(45)
3. Menjarangkan kehamilan. Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI eksklusif dan eblum haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setalah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi brusia 12 bulan.
4. Mengecilkan Rahim. Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan sangat membantu Rahim kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses pengecilan ini akan lebih cepat disbanding pada ibu yang tidak menyusui. 5. Menurunkan risiko kanker payudara.
6. Membantu mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia kapan dan dimana saja.
7. ASI selalu bersih, sehat, dan tersedia dalam suhu yang cocok. 8. Lebih ekonomis dan murah.
9. Dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan memasak air dan tanpa harus mencuci botol.
10. Memberi kepuasan bagi ibu.
11. Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasakan kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang mendalam.
2.1.2 Ibu Bekerja
Ibu bekerja merupakan kelompok yang berisiko tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi. Hal ini disebabkan karena rata-rata masa cuti kerja melahirkan ialah selama 3 bulan sehingga intensitas ibu untuk bertemu si bayi pada bulan ke 4 dan seterusnnya menjadi kurang apabila dibandingkan dengan ibu
(46)
rumah tangga.Namun pada ibu bekerja yang sebelumnya punya pengalaman menyusui biasanya lebih berhasil untuk memberikan ASI eksklusif. Dukungan dari tempat ibu bekerja sangat diperlukan, dengan cara :
1. Menyediakan tempat penitipan bayi di tempat kerja, maka ibu dapat menyusui anaknya pada jam istirahat.
2. Pada 6 bulan pertama pasca persalinan, jam kerja dibuat lebih pendek untuk memberi kesempatan ibu menyusui.
3. Menyediakan tempat untuk memerah ASI. 4. Cuti pasca persalinan diperpanjang (IDAI, 2010).
2.1.3 Manajemen Laktasi 2.1.3.1Anatomi Payudara
Payudara adalah kelenjar yang terletak si bawah kulit, di atas ototy dada, dan fungsinya untuk memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara dengan berat kira-kira 200 gram, yang kiri umumnya lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil, payudara akan membesar mencapai 600 gram dan pada waktu menyusui bias mencapai 800 gram (Perinasia, 2011).
Struktur utama payudara adalah puting dan aerola, jaringan subkutis, alveoli (terbagi dalam lobul-lobul), sel myoepitel, pembuluh darah dan limfe, ligament Cooper dan lemak. Lemak menentukan ukuran dan bentuk payudara. Produksi ASI tidak berhubungan dengan ukuran payudara. Pada papilla dan areola terdapat saraf yang sangat penting untuk reflex menyusui. Bila puting dihisap, terjadilah
(47)
rangsangan saraf yang diteruskan ke kelenjar hipofisis yang kemudian merangsang produksi dan pengeluaran ASI (Perinasia, 2011).
Ada empat macam bentuk puting, yaitu bentuk yang normal, pendek, panjang, dan terbenam. Namun bentuk-bentuk puting ini tidak terlalu berpengaruh pada proses laktasi, yang terpenting adalah bahwa puting susu dan areola dapat
ditarik sehingga membentuk tonjolan atai “dot” ke dalam mulut bayi. Kadang
dapat terjadi puting tidak menonjol, namun bayi bisa menyusu dengan baik (Perinasia, 2011).
2.1.3.2Cara Perawatan Payudara
Payudara dalam kehamilan dan menyusui akan bertambah besar dan menghasilkan air susu. Perawatan payudara merupakan suatu tindakan merawat payudara yang dilaksanakan oleh pasien maupun dibantu oleh orang lain. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk merawat payudara, antara lain:
1) Bila puting sudah keluar
Merawat payudara bisa dilakukan setelah kehamilan berusia tujuh bulan. Sebab setelah usia tujuh bulan, janin sudah menempel kuat di rahim. Bila dilakukan sebelum itu, dikhawatirkan akan menimbulkan kontraksi rahim, sehingga ditakutkan terjadi kelahiran prematur, atau bahkan keguguran.
Cara merawat payudara yang bisa dilakukan adalah:
a. Basahi puting susu dengan minyak, lalu bersihkan dengan kapas.
b. Setelah bersih, tarik puting susu ke atas secara melingkar. Lakukan 10-15 kali bergantian kanan dan kiri.
(48)
c. Lakukan massage atau pemijatan dari pangkal ke arah ujung untuk merangsang peredaran pembuluh darah di sekitar payudara.
d. Lakukan pemijatan secara memutar dari atas ke samping, lalu ke bawah. Lakukan masing-masing gerakan sebanyak 10-15 kali secara bergantian. e. Kompres payudara secara bergantian dengan air dingin dan air hangat.
Bedakan kain kompres untuk air dingin dan air hangat. Lakukan sebanyak 20 kali secara bergantian kanan dan kiri. Cara ini bertujuan untuk melenturkan pembuluh darah. Pada saat dikompres dengan air hangat, pembuluh darah akan melebar dan pada saat dikompres dengan air dingin, pembuluh darah akan mengerut. Kelenturan ini sangat diperlukan saat menyusui kelak. Terutama untuk memompa ASI agar lancar ketika diisap bayi.
f. Ambil washlap kasar, lalu gosok-gosokkan pada puting susu secara bergantian. Cara ini merangsang puting pada saat diisap bayi dan untuk menghindari lecet dan perdarahan akibat sesapan lidah bayi yang masih kasar.
2) Bila puting tidak keluar
Ibu yang puting susunya tidak keluar tentu tidak akan bisa menyusui bayinya dengan baik. Puting susu yang tidak keluar ini bisa dimanipulasi, sehingga ketika bayi lahir, puting susu siap digunakan. Tidak seperti perawatan payudara yang baru boleh dilakukan setelah kehamilan berusia tujuh bulan, memanipulasi puting yang tidak keluar sudah bisa dilakukan sejak awal kehamilan. Bahkan sejak akan menyiapkan kehamilan (Perinasia, 2011).
(49)
2.1.3.3Pengertian Laktasi
Laktasi adalah bagian terpadu dari proses reproduksi yang memberikan makanan bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar biologik dan psikologik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang ideal bagi pertumbuhan neonatus (Perinasia, 2011).
2.1.3.4F isiologi Laktasi
Dalam melakukan pemberian ASI, terdapat 2 refleks yang berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu :
a) Refleks prolaktin
Setelah seoarang ibu melahirkan dan terlepasnya plasenta, fungsi korpus luteum berkurang maka estrogen dan progestinya berkurang. Dengan adanya hisapan bayi pada puting susu dan areola akan merangsang ujung-ujung saraf sensorik, rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin namun sebaliknya. Hormon prolaktin yang akan merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat susu.
b) Refleks aliran
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin rangsangan yang berasal dari hisapan bayi yang dilanjutakan ke hipofise anterior yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini diangkut menuju uterus yang dan menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadinya proses involusi.
Selain itu terdapat tiga reflex yang penting dalam mekanisme hisapan bayi diantaranya ialah refleks menangkap, refleks menghisap dan refleks menelan.
(50)
1) Refleks menangkap
Timbulnya bila bayi baru lahir tersentuh pipinya, bayi akan menoleh kea rah sentuhan. Bila bibirnya dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha untuk menangkap puting susu.
2) Refleks menghisap
Reflex ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh, biasanya oleh puting susu. Supaya puting mencapai bagian belakang palatum, maka sebagian besar areola harus tertangkap mulut bayi. Dengan demikian, maka sinus laktiferus yang berada di bawah areola akan tertekan antara gusi, lidah dan palatum, sehingga ASI terperah keluar.
3) Refleks menelan
Terjadi apabila mulut bayi terisi ASI, maka ia akan menelannya.
Mekanisme menyusu pada payudara berbeda dengan mekanisme menyusu dari botol. Karena dot karetnya panjang dan tidak perlu ditegangkan sehingga bayi tidak perlu menghisap kuat. Bila bayi terbiasa minum dari botol maka akan timbul kesulitan pada bayi yang disebut dengan bingung puting.
Menyusui bayi yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan bayi karena secara alamiah bayi akan mengatur kebutuhannya sendiri. Semakin sering bayi menyusu, maka payudara akan memproduksi ASI lebih banyak. Produksi ASI selalu berkesinambungan. Setelah payudara disusukan, maka akan terasa kosong dan payudara melunak. Pada keadaan ini ibu tetap tidak akan kekurangan ASI karena ASI akan terus diproduksi asal bayi tetap menghisap, ibu cukup makan dan minum, serta ada keyakinan mampu memberikan ASI pada anaknya.
(51)
Bila kemudian bayi disapih, reflex prolaktin akan terhenti. Sekresi ASI juga terhenti. Alveoli mengalami kehancuran, kemudian bersama siklus menstruasi dimana hormon esterogen dan progesterone berperan, alveoli akan terbentuk kembali (Perinasia, 2011).
2.1.3.5Pengertian Manajemen Laktasi
Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap ibu dalam 3 tahap, yaitu pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan pada masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun (postnatal) (Perinasia, 2011).
Manajemen laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu, ayah dan keluarga untuk menunjang keberhasilan menyusui (Prasetyono, 2012). Dan ruang lingkup manajemen laktasi dimulai pada masa kehamilan, setelah persalinan, dan masa menyusui bayi.
2.1.3.6Teknik Menyusui
Untuk mencapai keberhasilan menyusui, maka diperlukan teknik-teknik yang benar dalam menyusui. Teknik menyusui ialah sebagai berikut :
2.1.3.6.1 Posisi dan Pelekatan Menyusui
Ada berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring. Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi Caesar. Menyusui bayi
(52)
kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola. Bayi disusui secara bersamaan di payudara kiri dan kanan (Perinasia, 2011).
2.1.3.6.2 Langkah-Langkah Menyusui Yang Benar
a. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola disekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara
c. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah menekan puting susu atau areolanya saja.
d. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara menyemtuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.
e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi (Perinasia, 2011).
2.1.3.6.3 Cara Pengamatan Teknik Menyusui Yang Benar
Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang benar, perhatikan : a. Bayi tampak tenang
b. Badan bayi menempel pada perut ibu c. Mulut bayi terbuka lebar
d. Dagu bayi menempel pada payudara ibu
e. Sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak masuk
(53)
g. Puting susu ibu tidak terasa nyeri
h. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus i. Kepala agak menengadah (Perinasia, 2011).
2.1.3.6.4 Lama dan F rekuensi Menyusui
Tidak ada jadwal yang pasti kapan dan berapa lama ibu harus menyusui. Tindakan menyusui dilakukan setiap bayi membutuhkan tanpa mengenal jadwal. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan, atau hanya ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Ibu perlu menggunakan nalurinya agar peka merasakan kapan perlu menyusui bayinya walaupun si bayi belum menagih jatah.
Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setalah 1-2 minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, yaitu sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari, efeknya positif karena akan memicu produksi ASI selanjutnya.
Pada beberapa hari pertama, ibu mungkin harus membangunkan bayi untuk mulai menyusui. Hal ini untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan pasokan yang cukup sehingga sah saja membangunkan bayi bila mereka tidur lebih dari empat jam sejak waktu menyusui terakhir. Perlahan rutinitas menyusui dapat
(54)
diatur setiap 1-3 jam sekali dan berkurang pada saat malam hari (Hardiyanti, 2013).
2.1.4 Manajemen Laktasi Pada Ibu Bekerja
Manajemen laktasi pada ibu bekerja adalah upaya yang dilakukan ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya khususnya pada ibu yang bekerja.
2.1.4.1Perencanaan Menyusui
Menurut IDAI (2010), untuk mencapai keberhasilan menyusui pada ibu bekerja, maka harus dilakukan sebuah perencanaan yang meliputi beberapa langkah yang harus dilakukan agar tetap dapat memberikan ASI secara eksklusif selama ibu bekerja.
2.1.4.1.1 Selama Kehamilan
Selain pengetahuan mengenai menjaga kehamilan dan cara melahirkan, teknik menyusui dan manfaat ASI yang dapat didiskusikan dengan dokter kebidanan dan dokter anak, ada beberapa hal lain yang perlu didiskusikan di tempat kerja selama kehamilan:
1. Mendiskusikan dengan atasan atau rekan kerja mengenai keputusan ibu untuk terus menyusui dan bekerja.
2. Mendiskusikan manfaat bagi perusahaan bila pekerja perempuannya terus menyusui.
3. Mendiskusikan dengan atasan mengenai waktu cuti melahirkan dan menyusui.
(55)
4. Mendiskusikan dengan atasan kapan rencana kembali bekerja, apakah akan kerja penuh atau paruh waktu atau bahkan kerja di rumah bila fasilitas seperti internet ada.
5. Mendiskusikan dengan atasan apakah diperbolehkan untuk pulang menyusui atau menyusui bayi di tempat kerja.
6. Menyusui langsung pada saat bekerja dapat memperpanjang masa menyusui. 7. Mendiskusikan dengan atasan mengenai waktu istirahat pada jam kerja untuk
memerah ASI bila tidak memungkinkan untuk menyusui langsung.
8. Mencari tempat yang nyaman untuk memerah ASI. Sedapat mungkin tempat memerah ASI memang tersedia khusus untuk tujuan tersebut, dan tidak di toilet.
9. Mencari tahu apakah disediakan tempat memerah dan menyimpan ASI perah. 10. Mencari tahu apakah ada tempat penitipan anak di dalam lingkungan kerja
atau di sekitar lingkungan kerja dan fasilitas apa yang disediakan oleh tempat penitipan anak tersebut.
11. Bertukar pengalaman dengan ibu-ibu bekerja lainnya.
12. Mendiskusikan dengan pasangan (suami) dan keluarga dekat mengenai waktu akan masuk bekerja kembali, yang mengasuh bayi saat bekerja, perlukah pasangan juga mengambil cuti, pembagian pekerjaan rumah tangga atau mengasuh anak-anak yang lain.
2.1.4.1.2 Menjelang Ibu Bekerja
Pada masa nifas sampai 2 minggu menjelang ibu bekerja, ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan, antara lain:
(56)
1. Menyusui bayi langsung dari payudara. Hindari -- empeng/dot, botol susu dan minuman lain selain ASI
2. Mengkonsumsi cairan cukup, makanan yang bergizi dan hindari stres agar produksi ASI tidak terganggu
3. Relaksasi selama 20 menit setiap hari di luar waktu memerah ASI 4. Memakai pakaian yang memudahkan ibu untuk memerah ASI
5. Berlatih cara memerah ASI menggunakan tangan, pompa manual ataupun pompa elektrik kemudian perhatikan berapa waktu yang dibutuhkan untuk mengosongkan payudara.Biasanya diperlukan 15-20 menit untuk mengosongkan kedua payudara. Latihan memerah ASI ini dapat dimulai sejak saat ASI pertama keluar atau payudara mulai terasa penuh yang pada umumnya terjadi di minggu pertama setelah kelahiran
6. Menetapkan jadwal memerah ASI, biasanya setiap 3-4 jam
7. ASI yang diperah dapat dibekukan untuk persediaan atau tambahan saat ibu mulai bekerja
8. Berlatih memberikan ASI perah melalui cangkir, sendok, atau pipet pada jam kerja. ASI perah sebaiknya tidak diberikan dengan botol karena akan menganggu penyusuan langsung dari payudara.
9. Menghisap dari botol berbeda dengan menyusu langsung dari ibu
10. Mencari pengasuh (nenek, kakek, anggota keluarga lain, baby sitter, pembantu) yang dapat memberikan ASI dan menjaga bayi selama ibu bekerja. Satu sampai dua minggu menjelang ibu bekerja, biarkan pengasuh menghabiskan waktu lebih sering dengan bayi agar mereka dapat lebih
(57)
mengenal satu dengan lainnya. Melatih pengasuh bayi agar trampil memberikan ASI perah dengan cangkir, sendok atau pipet
11. Bila tidak ada pengasuh, ibu sebaiknya mencari tempat penitipan anak.
2.1.4.1.3 Selama Ibu Bekerja
Lakukan dengan rutin hal-hal yang dirasakan mendukung kegiatan menyusui seperti pada waktu menjelang bekerja ditambah dengan beberapa hal berikut: 1. Berusaha agar pertama kali kembali bekerja pada - akhir pekan sehingga hari
kerja ibu pendek dan ibu dapat lebih menyesuaikan diri
2. Berusaha agar tidak menumpuk pekerjaan sehingga ibu tidak stres
3. Berusaha untuk istirahat cukup, minum cukup serta mengkonsumsi makanan bergizi
4. Menyusui bayi di pagi hari sebelum meninggalkan bayi ke tempat kerja dan pada saat pulang kerja
5. Menyusui bayi lebih sering di sore/malam hari dan pada hari libur agar produksi ASI lebih lancar serta hubungan ibu-bayi menjadi lebih dekat
6. Mempersiapkan persediaan ASI perah di lemari es selama ibu bekerja 7. Berusaha agar dapat memerah ASI setiap 3 jam selama ibu bekerja
8. Bila tidak ada pompa/pemerah ASI di tempat kerja, siapkan pompa/pemeras ASI, wadah penyimpan ASI dan pendinginnya sebelum pergi bekerja
9. Memerah ASI di ruangan yang nyaman sambil memandang foto bayi atau mendengarkan rekaman tangis bayi
10. Mendiskusikan masalah yang dialami dengan ibu bekerja lainnya atau dengan atasan agar dapat mencari jalan keluar
(58)
2.1.4.2Teknik Yang Dianjurkan Untuk Menyusui Selama Bekerja
a. Sebelum berangkat kerja ibu tetap menyusui bayinya
b. ASI yang berlebihan dapat diperas atau di pompa,kemudian disimpan dilemari pendingin untuk diberikan pada bayi saat ibu bekerja
c. Selama ibu bekerja ASI dapat diperas atau di pompa dan di simpan di lemari pendingin di tempat kerja, atau diantar pulang.
d. Bayi dapat di titipkan ke tempat penitipan bayi apabila kantor atau instansi tidak menyediakan tempat.
e. Setelah ibu di rumah, perbanyak menyusui yaitu saat malam hari. Perawat bayi dapat membawa bayi ketempat ibu bekerja bila memungkinkan.
f. Ibu dianjurkan untuk istirahat, minum cukup,makan dengan gizi cukup untuk menambah produksi ASI (IDAI, 2010).
2.1.4.3ASI Perah
2.1.4.3.1 Pengertian ASI Perah
ASI perah merupakan ASI yang diperah oleh ibu dan disimpan untuk diberikan kepada bayinya selama ibu bekerja diluar rumah. ASI perah merupakan metode yang cocok untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi meskipun ibu bekerja di luar rumah.
Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif, meskipun cuti melahirkan di Indonesia rata-rata hanya 3 bulan. ASI eksklusif tetap dapat diberikan oleh ibu bekerja dengan cara memerah ASInya sebelum bekerja. Kemudian ASI itu disimpan dalam lemari es/freezer supaya bisa tahan lebih lama (IDAI, 2010).
(59)
2.1.4.3.2 Cara Memerah ASI
Ada 2 cara untuk memerah ASI yaitu dengan tangan dan dengan alat pompa.Sebaiknya semua ibu tahu dan mencoba serta memilih metode memerah ASI yang paling sesuai dengan dirinya.
A. Memerah ASI dengan tangan
Menurut IDAI (2010), cara memerah ASI dengan tangan ialah sebagai berikut : 1. Cuci tangan sebelum memerah ASI
2. Sediakan mangkuk bersih bermulut lebar dan letakkan mangkok di dekat payudara
3. Letakkan ibu jari di atas areola sedangkan jari lain di bawah areola 4. Tekan ke arah dada
5. Tekan dengan sedikit mengurut kearah puting sampai ASI memancar keluar dan tertampung dalam mangkuk
6. Ubah posisi jari ke jam 3 dan jam 9, dan mulai lagi memerah 7. Jangan sampai terasa sakit
8. Perah satu payudara selama 3-5 menit, kemudian beralih ke payudara lainnya 9. Demikian seterusnya sampai payudara terasa kosong (20-30 menit).
B. Memerah ASI dengan pompa listrik
Menurut IDAI (2010), cara memerah ASI dengan pompa listrik ialah sebagai berikut :
1. Cuci bersih kedua tangan
2. Bersihkan payudara dengan kain yang lembab. Jangan gunakan sabun atau alcohol. Perah sedikit ASI untuk dioleskan pada puting dan areola
(60)
3. Duduk dengan nyaman dan santai. Jika perlu, gunakan pijakan kaki 4. Pijat payudara sebelum memompa
5. Pegang corong pompa susu antara telunjuk dan jari tengah serta tekan dengan lembut, tetapi kuat di atas puting. Sementara itu, sangga payudara sedikit dengan tangan yang sama
6. Nyalakan pompa susu dan mulailah dengan tingkat isapan minimal
7. Coba dengan tingkat isapan yang berbeda-beda. Pilih tingkat isapan yang bekerja terbaik dan nyaman.
2.1.4.3.3 Wadah Penyimpanan ASI
Wadah yang dianjurkan untuk menyimpan ASI adalah yang keras, terbuat dari kaca atau plastik keras sehingga dapat menyimpan ASI untuk jangka waktu yang lama. Kantung plastik khusus sebagai wadah penyimpanan ASI dapat dipergunakan untuk jangka pendek yaitu kurang dari 72 jam. Penggunaan kantung plastik untuk jangka waktu yang lama tidak dianjurkan karena plastik tersebut dapat tumpah, bocor, terkontaminasi dan beberapa komponen ASI dapat menempel pada kantung plastik tersebut sehingga nilai gizi ASI berkurang. Selain itu wadah penyimpanan ASI sebaiknya kedap udara (IDAI, 2010).
2.1.4.3.4 Cara Menyimpan ASI
Menurut IDAI (2010), cara menyimpan ASI perah ialah sebagai berikut : 1. Simpan ASI perah dalam wadah khusus. Satu bungkus atau satu botol untuk
ukuran sekali minum agar ASI tidak terbuang jika tidak habis. 2. Beri kode tanggal dan jam pemerahan sebelum disimpan di freezer.
(1)
201
8.
Dukungan Teman Kerja
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Dukungan Teman Kerja * Praktik Pemberian ASI Eksklusif
78 100.0% 0 .0% 78 100.0%
Dukungan Teman Kerja * Praktik Pemberian ASI Eksklusif Crosstabulation Praktik Pemberian ASI
Eksklusif
Total
Tidak Ya
Dukungan Teman Kerja
Kurang Mendukung Count 28 5 33
Expected Count 27.9 5.1 33.0
% of Total 35.9% 6.4% 42.3%
Mendukung Count 38 7 45
Expected Count 38.1 6.9 45.0
% of Total 48.7% 9.0% 57.7%
Total Count 66 12 78
Expected Count 66.0 12.0 78.0
% of Total 84.6% 15.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .002a 1 .961
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .002 1 .961
Fisher's Exact Test 1.000 .610
Linear-by-Linear Association .002 1 .961
N of Valid Casesb 78
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.08. b. Computed only for a 2x2 tabel
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Dukungan Teman Kerja (Kurang
Mendukung / Mendukung) 1.032 .296 3.590
For cohort Praktik Pemberian ASI Eksklusif = Tidak 1.005 .830 1.216
For cohort Praktik Pemberian ASI Eksklusif = Ya .974 .339 2.800
(2)
202
9.
Peran Pengasuh Bayi
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Peran Pengasuh Bayi * Praktik Pemberian ASI Eksklusif
78 100.0% 0 .0% 78 100.0%
Peran Pengasuh Bayi * Praktik Pemberian ASI Eksklusif Crosstabulation Praktik Pemberian ASI Eksklusif
Total
Tidak Ya
Peran Pengasuh Bayi Kurang Count 35 2 37
Expected Count 31.3 5.7 37.0
% of Total 44.9% 2.6% 47.4%
Sedang + Baik Count 31 10 41
Expected Count 34.7 6.3 41.0
% of Total 39.7% 12.8% 52.6%
Total Count 66 12 78
Expected Count 66.0 12.0 78.0
% of Total 84.6% 15.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 5.385a 1 .020
Continuity Correctionb 4.025 1 .045
Likelihood Ratio 5.859 1 .015
Fisher's Exact Test .027 .020
Linear-by-Linear Association 5.316 1 .021
N of Valid Casesb 78
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.69. b. Computed only for a 2x2 tabel
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Peran Pengasuh Bayi (Kurang / Sedang + Baik) 5.645 1.147 27.773
For cohort Praktik Pemberian ASI Eksklusif = Tidak 1.251 1.034 1.513
For cohort Praktik Pemberian ASI Eksklusif = Ya .222 .052 .946
(3)
203
Lampiran 21. Fasilitas Ruang Laktasi di PT. Apac Inti Corpora
No
Keterangan
Keterangan
1.
Jumlah konselor
-
2.
Jumlah penanggung jawab ruang ASI
1
3.
Luas ruang asi
3,5 x 5 meter
4.
Pintu yang bisa di kunci
√
5.
Lantai (semen/keramik/dll)
√
(keramik)
6.
Ventilasi
√
7.
Tenang/tidak bising
√
8.
Bebas potensi bahaya
√
9.
Penerangan
√
(baik)
10.
Wastafel
√
11.
Kulkas
√
12.
Cooler bag
√
13.
Gel pendingin
-
14.
Sterilizer botol
√
15.
Meja tulis
√
16.
Kursi sandaran
√
17.
Konseling kit (model payudara, boneka)
-
18.
Media KIE
√
19.
Lemari penyimpan alat
√
20.
Dispenser panas dingin
-
21.
Alat cuci botol
√
22.
Tempat sampah dan penutup
√
23.
AC
√
24.
Kain pembatas
-
25.
Waslap
√
26.
Tisu
√
27.
Bantal
√
28.
Sabun cuci tangan
√
29.
Tempat tidur bayi
-
30.
Buku catatan
√
31.
Laci buku
√
32.
Sofa
-
33.
Papan ruangan
√
34.
Staf manajemen
√
(1 orang)
(4)
204
Lampiran 22. Dokumentasi
Klinik PT. Apac Inti Corpora
Media KIE di Klinik PT. Apac Inti Corpora
(5)
205
Fasilitas Ruang Laktasi di PT. Apac
Inti Corpora
(6)