UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT KELAS IV MELALUI MEDIA GARIS BILANGAN, DI SD KARANGGONDANG, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA, TAHUN AJARAN 2015/2016.

(1)

i

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT KELAS IV

MELALUI MEDIA GARIS BILANGAN DI SD KARANGGONDANG, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Nova Srimuliani NIM 11108249035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN DAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

Motto

“sesun gguhnya sesudah kesulitan itu ada

kem udahan ”

(Terjem ahan Q.s Al-In syirah : 6)

“Persamaan antara matematika dan kehidupan

adalah sama-sama butuh perhitungan”


(6)

vi

PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Keluarga Besarku, (terutama orang tua) yang senantiasa mendoakan serta memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Nusa bangsa dan agama 3. Almamaterku UNY


(7)

vii

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT KELAS IV

MELALUI MEDIA GARIS BILANGAN, DI SD KARANGGONDANG, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA, TAHUN AJARAN 2015/2016

Oleh : Nova Srimuliani

11108249035 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat kelas IV dengan menggunakan media garis bilangan di SD Karanggondang, Sewon, Bantul, Yogyakarta.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) model Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2015/2016 dalam dua siklus dan setiap siklus ada dua pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Karanggondang yang berjumlah 35 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada peningkatan hasil belajar Matematika kelas IV SD Karanggondang. Hasil belajar saat pratindakan, rata-rata skor adalah 43,82, pada rentang skor antara 0-100, untuk ketuntasan ada 33 atau 94% siswa belum tuntas, dan ada 2 siswa atau 6% yang sudah memenuhi kriteria. Hasil ini belum sepenuhnya memenuhi KKM yaitu KKM 75≥. Pada siklus I diproleh peningkatan hasil rata-rata skor 64,39 ketuntasan, ada 26 atau 74% siswa belum tuntas dan 9 atau 26% siswa yang tuntas, itu berarti ada kenaikan nilai rata-rata pra tindakan ke siklus I sebesar 20,57, sedangkan siklus II hasilnya mengalami kenaikan lagi yaitu rata-rata skor meningkat menjadi 85, ketuntasan, ada 8 atau 22,85% siswa yang belum tuntas dan masih ada 27 atau 77,14% siswa yang sudah tuntas. Dengan demikian ada kenaikan rata-rata dari siklus I ke siklus II sebesar 20,61. Selain itu keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran juga meningkat hal ini ditandai dengan meningkatnya keaktifan siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat.

Kata Kunci : Penjumlahan dan Pengurangan bilangan bulat, Garis Bilangan, siswa SD.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, perlindungan dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Kelas IV Melalui Media Garis Bilangan, di SD Karanggondang, Sewon, Bantul, Yogyakarta”.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi sebagai persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan. Tentu tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin berhasil disusun. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di kampus FIP Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan berbagai kemudahan.

3. Kajur PSD yang telah memberikan motivasi yang tiada henti. 4. Sekjur PSD yang telah memberikan motivasi serta pengarahan.

5. Bapak P. Sarjiman M.Pd, Dosen Pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, serta memberi masukan pada setiap masalah yang berhubungan dengan penelitian.

6. Terimakasih kepada pihak sekolah, guru SD Karanggondang yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

7. Bapak Heri Purnomo S.Pd yang telah membimbing, mengajarkan serta membantu dalam menjalankan proses penelitian.

8. Siswa kelas IV SD Karanggondang yang telah bersedia sebagai subjek dalam proses penelitian.

9. Kedua orang tua yang amat saya cintai Ayah dan Ibu yang setiap waktu mendoakan saya serta memberikan motivasi serta semangat.

10.Terimakasih kepada saudaraku tercinta abang Faisal, Risman, Suhendri AD, adek sibok Suherdi Aryon, kak Erlina, kak Eni Faurita yang senantiasa mendoakan serta memberi semangat dalam menyelesaian skripsi ini.

11.Terimakasih kepada Barral Muharram yang telah menyisihkan waktunya untuk membantu saya, dan sahabatku Silfina Nugrahwati dan Sari Murni yang selalu memberikan semangat serta dukungan yang tiada henti.

12.Terimakasih kepada teman-teman PPGT PGSD UNY yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(9)

ix

Penulis berharap skripsi ini memberikan sumbangan yang positif di bidang pendidikan dan pengajaran khususnya pengajaran Matematika.

Penulis,


(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR DIAGRAM ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 4

C.Pembatasan Masalah ... 4

D.Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Kajian Tentang Hasil Belajar ………... 7

1. Pengertian Belajar ... 7

2. Tujuan Belajar dan Pembelajaran ... 7

3. Siswa dan Tujuan Belajar ... 8

B.Karateristik Siswa di Kelas Tinggi ……… 9

C.Teori Belajar Matematika Untuk SD ... 10


(11)

xi

2. Peranan Matematika di SD …….. ... 12

3. Proses Pembelajaran Matematika ... 13

D.Media Pembelajaran ... 14

1. Peranan Media Pembelajaran ... 14

2. Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran ……... 15

3. Fungsi Media Pembelajaran ………... 16

4. Media Garis Bilangan ………... 17

5. Pengertian Garis Bilangan ……… 18

6. Tujuan Media Garis Bilangan ……… 18

7. Penggunaan media garis bilangan ……….. 18

E. Hakikat Bilangan ... 19

1. Pengertian Bilangan ... 19

2. Pengertian Bilangan Bulat ... 21

F. Operasi Pada Bilangan Bulat... 22

G.Kerangka Berfikir ... 23

H.Hipotesis ………... 24

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian... 25

B.Desain Penelitian... 26

C.Setting Penelitian... 29

D.Subyek dan Obyek Penelitian ……… 30

E. Teknik Pengumpulan Data... 30

F. Instrumen Penelitian... 32

G.Bentuk Kegiatan yang Akan di Laksanakan ... 35

H.Teknik Analisis Data ………. 35

I. Kriteria Keberhasilan ………. 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ………. 38

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……….. 38

2. Deskripsi Subjek Penelitian ……….. 40


(12)

xii

4. Deskripsi Hasil Penelitian ………. 42

B.Pembahasan ………... 70

C.Keterbatasan Penelitian ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 74

B.Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru... 33

Tabel 2. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 33

Tabel 3. Kisi-kisi Soal Pree Test Matematika Kelas IV ... 33

Tabel 4. Kisi-kisi Soal Post Test Matematika Kelas IV ... 34

Table 5. Jumlah Siswa Kelas IV ... 40

Table 6. Data Awal Pra Siklus ... 41

Table 7. Rincian Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 42

Table 8. Data Hasil Belajar Siswa siklus I ... 48

Tabel 9. Daftar Nilai Hasil Belajar Pra Siklus dan Siklus I ... 49

Tabel 10. Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 54

Table 11. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I ... 55

Table 12. Data Hasil Belajar Siswa siklus II ... 61

Tabel 13. Daftar Nilai Hasil Belajar Siklus I dengan Siklus II ... 62

Tabel 14. Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan II ... 66

Tabel 15. Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan II ... 67


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penelitian Tindakan Model Spiral Kemmis & Targgart ... 26

Gambar 2. Diagram Pencapaian KKM Pra siklus ………..…………. 42

Gambar 3. Siswa Mendengarkan Penjelasan Guru Siklus I………. 45

Gambar 4. Siswa Mengamati Media Garis Bilangan ………. 45

Gambar 5. Guru Memberi Contoh Soal Kepada Siswa ……….. 46

Gambar 6. Siswa Menjawab Soal ………. 46

Gambar 7. Siswa Melakukan Tanya Jawab ………. 47

Gambar 10. Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi ………. 47

Gambar 11. Diagram Pencapaian KKM Siklus I ………. 48

Gambar 12. Diagram Ketuntasan Pra Siklus dan Siklus I ………. 50

Gambar 13. Siswa Menjawab Pertanyaan Guru ……… 60

Gambar 14. Siswa Mencoba Menjawab Soal ……… 60

Gambar 18. Diagram Pencapaian KKM Siklus II ……… 62

Gambar 19. Diagram Peningkatan Jumlah Siswa yang Mencapai KKM …. 63


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. RPP Kelas IV … ... 79

Lampiran 2. Instrumen Lembar Observasi Guru ... 88

Lampiran 3. Instrumen Lembar Observasi Siswa... 90

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian ... 123


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian yang selalu terikat dengan kehidupan manusia dan menjadi acuan terhadap keberhasilan pembangunan nasional. Berhasil tidaknya pembangunan nasional tersebut sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang ada di suatu Negara. Sumber daya manusia yang berkualitas menjadi modal dasar dalam persaingan di era globalisasi sekarang ini. Hal ini dikarenakan beberapa hal antara lain jumlah penduduk semakin besar sehingga persaingan semakin ketat, berkurangnya sumber daya alam serta semakin majunya teknologi. Oleh karena itu dunia pendidikan dituntut mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan berprestasi.

Mutu pendidikan perlu ditingkatkan untuk mewujudkan manusia yang berkualitas tinggi. Salah satu kunci utama dalam peningkatan mutu pendidikan adalah guru. Guru secara langsung dapat menciptakan kondisi dan situasi belajar yang memungkinkan siswa mengembangkan diri yang mempersiapkan siswa untuk membangun masyarkat. Menurut Dani Koesuma A. (2009: 12), Guru berperan bukan hanya sebagai pelaku perubahan yang menggerakkan roda transformasi sosial dan ekonomi masyarakat. Lebih dari itu, guru bisa memiliki peranan utama sebagai pendidik karakter. Perkembangan kualitas setiap individu sangatlah dipengaruhi oleh guru.


(17)

2

Tujuan pembelajaran adalah untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas itu, dilihat dari segi pendidikan telah tercantum secara jelas dalam tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bertujuan untuk berkembangnya proses peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis.” Pada pengajaran diharapkan dapat membentuk manusia yang terampil dan mandiri.

Salah satu cara yang dapat dilakukan agar pendidikan dapat berjalan dengan baik maka seorang guru dituntut untuk dapat melaksanakan tugas pengelolaan kelas dengan baik, penguasaan materi, pemahaman berbagai karakteristik anak dan juga mau dan mampu untuk menggunakan berbagai media yang bermacam-macam dan bervariasi sehingga dapat menarik minat belajar dan timbul kegairaan belajar dalam diri peserta didik. Namun dalam kenyataanya dari hasil observasi yang telah dilakukan tidak semua guru menyadari akan pentingnya variasi dalam mengajar. Berdasarkan observasi pada waktu magang kebanyakan dari guru lebih dominan menggunakan metode ceramah dan kurang menggunakan media, terutama dalam pembelajaran matematika, maka siswa akan cepat merasa bosan dan malas dalam mengikuti pembelajaran. Tidak jarang siswa mengaku kesulitan dalam memahami materi pelajaran matematika, sehingga hasil belajarnya pun ikut


(18)

3

rendah. Hal ini ditunjukkan oleh hasil pretes. Pada hasil pretes yang menunjukan bahwa hanya 2 siswa yang sudah mencapai KKM dan 33 Siswa yang belum mencapai KKM (75≥) dengan nilai rata-rata 42,57.

Salah satu upaya untuk mengurangi kesulitan siswa dalam mempelajari matematika adalah dengan mengupayakan pelaksanaan pembelajaran secara efektif dan diiringi dengan penggunaan media yang bervariasi.

Proses belajar mengajar (PBM) memiliki unsur yang sangat penting yaitu metode mengajar yang tepat dan juga pemafaatan media pembelajaran yang tepat guna. Seorang guru harus berusaha agar materi pelajaran yang disampaikan oleh guru mudah terserap dan dipahami siswa. Selain itu guru juga dituntut untuk menjelaskan materi dalam waktu singkat tanpa mengurangi bobot materi yang disampaikan.

Berdasarkan hasil observasi pada SD Karanggondang masih ada beberapa kekurangan yang harus diperbaiki untuk menunjang prestasi siswa dalam proses belajar mata pelajaran matematika kelas IV, yaitu:

1) Kurangnya motivasi siswa untuk belajar matematika yang selanjutnya berimbas kepada

2) Prestasi siswa yang menurun karena pengaruh

3) Kurangnya media yang menarik minat siswa untuk belajar matematika. Melihat permasalahan tersebut, peneliti mencoba pada penelitian ini mengunakan media garis bilangan yang diharapkan dengan menggunakan media tersebut mampu meningkatkan tingkat pehaman siswa terhadap mata


(19)

4

pelajaran matematika kelas IV di SD Karanggondang yang selanjutkan siswa juga diharapkan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas maka, peneliti akan meningkatkan kemampuan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat siswa kelas IV SD Karanggondang dengan media garis bilangan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Matematika merupakan mata pelajaran yang termasuk sulit yang dirasakan oleh siswa

2. Guru lebih dominan menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran matematika

3. Guru belum menggunakan media/peraga dalam proses pembelajaran khususnya tentang bilangan bulat.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan maka peneliti menekankan batasan masalah pada media pembelajaran Garis Bilangan. Hal ini disebabkan peneliti melihat bahwa prestasi belajar siswa pada materi mata pelajaran matematika menurun karena kurangnya pemanfatan media yang baik. Maka batasan masalah yang diteliti adalah upaya meningkatkan prestasi belajar oprasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat melalui pemanfaatan media garis bilangan kelas IV di SD Karanggondang.


(20)

5 D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

Bagaimana cara meningkatkan kemampuan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat menggunakan media garis bilangan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat melalui media garis bilangan pada siswa SD kelas IV.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran bagi guru untuk lebih meningkatkan pengembangan media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Hasil tersebut selalu memberikan motivasi terhadap peserta didik agar mau terus menerus belajar dengan baik tanpa rasa bosan.

2. Bagi Peneliti

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bekal untuk mengajar di kemudian hari.


(21)

6 3. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat lebih meningkatkan kemampuan oprasi hitung penjumlahan dan pengurangan melalui garis bilangan secara optimal.


(22)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar

Belajar Merupakan Proses perubahan yang terjadi pada tingkah manusia sebagai hasil intraksi dengan lingkungannya. Menurut Slameto (Syaiful Bahri Djamara, 2002:13), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam intraksi dengan lingkungannya. Menurut Santrock dan Yussen (Sugihartono, dkk 2007: 12). Belajar sebagai perubahan yang relative permanen karena adanya pengalaman’’. Sedangkan menurut James O. Whitakker (Syaiful Bahri Djamara, 2002: 12), belajar merupakan proses tingkah laku yang diubah melalui latihan atau pengalaman.

Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas atau proses yag dilakukan oleh individu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang relative menetap ssebagai hasil dari intraksi dengan lingkungan atau melalui latihan.

2. Tujuan Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah, belajar merupakan hal yang kompleks, kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan dari guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses, siswa mengalami proses mental


(23)

8

dalam menghadapi bahan belajar. Bahan belajar tersebut berupa keadaan alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia dan bahan yang telah terhimpun dalam buku-buku pelajaran. Dari segi guru, proses belajar tersebut tampak sebagai prilaku belajar tentang sesuatu hal.

Dari segi guru, proses belajar tersebut dapat diamati secara tidak langsung. Artinya proses belajar yang merupakan proses internal siswa tidak dapat diamati, tetapi dapat dipahami oleh guru, proses belajar yang tersebut tampak lewat prilaku siswa mempelajari bahan belajar.

Tujuan intruksional khusus atau sasaran belajar siswa tersebut adalah sama. Semua siswa belajar bidang studi yang sama, tetapi dengan belajar bidang studi yang sama ternyata mereka memiliki tujuan belajar yang berbeda.

3. Siswa dan Tujuan Belajar

Siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dalam kegiatan tersebut siswa mengalami tindak mengajar, dan merespon dengan tindak belajar. Pada umumnya semula siswa belum menyadari pentingnya belajar. Berkat informasi guru tentang sasaran belajar, maka siswa mengetahui apa arti bahan belajar baginya. Siswa juga mengalami suatu proses belajar. Dalam proses belajar tersebut, siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan belajar. Kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, psikomotor yang dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi semakin rinci dan menguat. Adanya informasi tentang sasaran belajar, adanya penguatan-penguatan, adanya


(24)

9

evaluasi dan adanya belajar, menyebabkan siswa semakin sadar akan kemampuan dirinya. Hal ini akan memperkuat keinginan untuk semakin mandiri.

Siswa belajar didorong oleh keingintahuannya atau kebutuhannya dia belajar dengan penuh semangat, agar tujuan untuk belajar lanjut atau untuk mencari pekerjaan di kemudian hari dapat tercapai. Pristiwa ini dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar untuk memenuhi kebutuhan di kemudian hari sangat penting artinya bagi siswa.

B. Karakteristik Siswa di Kelas Tinggi

Syamsu Yusuf (2006: 24-25) Masa sekolah dasar sering di sebut sebagai masa intelektual atau masa keseharian bersekolah. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif, anak-anak lebih muda dididik dari pada masa sebelumnya dan sesudahnya. Masa ini di rincikan sebagai berikut.

Masa kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9,0 atau 10,0 sampai umur 12,0 atau 13,0 tahun beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini adalah.

a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari dan menimbulkan adanya kecendrungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

b. Amat realistis, ingin mengetahui, ingin belajar.

c. Menjelang masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus.


(25)

10

d. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak menumbuhkan guru atau orang-orang dewasa lain.

e. Pada masa ini anak memandang nilai rapor sebagai ukuran yang tepat.

f. Anak-anak pada usia ini gemar membetuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama.

C. Teori Belajar Matematika Untuk Sekolah Dasar

Menurut teori belajar William Brownell yang didasarkan atas keyakinan bahwa anak-anak pasti memahami apa yang sedang mereka pelajari jika belajar secara permanen atau secara terus menerus untuk waktu yang lama (Muchtar A. Karim, dkk, 1997: 18).

Sedangkan menurut Jean Piaget dalam buku (Muchtar A. Karim, dkk, 1997: 19). Yang meyakini bahwa perkembangan mental setiap pribadi melewati empat tahap, yaitu:

a) Tahap Sensorimotor (0-2). Pada tahap ini anak mengembangkan konsep padaa dasarnya melalui intraksi dengan dunia fisik.

b) Tahap praoprasional (2-7). Pada tahap ini anak sudah mulai menggunakan bahasa untuk menyatakan suatu ide, tetapi ide tersebut masih sangat tergantung pada persepsi.

c) Tahap oprasi konkret (7-12). Selama tahap ini anak mengembangkan konsep dengan menggunakan benda-benda konkret untuk menyelidiki hubungan dan model-model ide abstrak.


(26)

11

d) Tahap Oprasi formal (12-dewasa). Anak sudah mulai mampu berfikir secara abstrak menjadi dunia yang real.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli diatas bahwa teori belajar matematika adalah anak pasti memahami apa yang sedang mereka pelajari jika belajar secara terus menerus dan anak juga memiliki perkembangan mental pada setiap pribadi serta tumbuh kembangnya. 1. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Matematika di SD

Menurut Nurhadi (2004: 203), tujuan Matematika dalam kurikulum 2004 SD/MI adalah sebagai berikut:

1) Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksploraso, eksperimen, menunjukan kesamaan, perbedaan, konsisten dan enkonsistensi.

2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dangan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. 3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.

Menurut Asep Jihat (2008: 153), berdasarkan kurikulum matematika SD, fungsi matematika dalam berkomunikasi adalah sebagai wahana untuk:


(27)

12

a. Mengembangkan kemampuan dalam berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol.

b. Mengembangkan ketajaman dalam penalaran yang dapat memperjelas dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan beberapa tujuan dan fungsi matematika diatas dapat disimpulkan bahwa matematika di Sekolah Dasar hendaknya bukan hanya sekedar untuk dapat menghitung, tetapi hendaknya siswa juga dapat menghadapi permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

2. Peranan Matematika di Sekolah Dasar

Berdasarkan pengertian , hakikat pembelajaran matematika dan nilai-nilai yang terkandung dalam matematika, maka sekarang akan lebih difokuskan pada pendidikan matematika di sekolah dasar. Pemahaman terhadap peranan pengajaran matematika di Sekolah Dasar sangat membantu para guru untuk memberikan materi matematika pada siswanya secara professional sesuai dengan tujuannya.

Objek-objek dalam matematika tidak hanya ada untuk dipahami dan dikaji saja, tetapi juga dapat digunakan sebagai alat untuk pemecahan masalah (Cahya Prihandoko, 2006: 18). Permasalahan dalam kehidupan sehari-hari banyak yang dapat diselesaikan dengan menggunakan matematika. Oleh karenanya seringkali untuk memberikan motivasi pada siswa untuk belajar matematika, guru memulai membuat


(28)

13 analog pada kehidupan sehari-hari. 3. Proses Pembelajaran Matematika

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai anak didik dalam kegiatan pengajaran dengan menggunakan sarana dan fasilitas pendidikan yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Adapun tujuan pembelajaran khususnya pelajaran matematika:

1) Melatih cara berfikir dan menalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperiment, menunjukan kesamaan, perbedaan, konsisten dan ikonsiten.

2) Mengembangkan aktivitas yang melibatkan imajinasi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran devirgen, original rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serba mencoba-coba. 3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikannya.


(29)

14 D. Media Pembelajaran

1. Peranan Media Pembelajaran

Menurut Bovee dalam buku Hujair AH Sanaky (2013: 3), media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan dapat digunakan untuk penyampaian pesan pembelajaran. Menurut Gagne dalam buku Hujair AH Sanaky (2013: 4), mengatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen atau sumber belajar dalam lingkungan pembelajaran yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar. Sedangkan Hadi Miarso dalam buku Hujair AH Sanaky (2013: 4), mengatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang fikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri pembelajar. Secara umum dapat dikatakan bahwa media adalah sarana atau alat bantu yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.

Dari pengertian di atas , dapat dikatakan bahwa subtansi dari media pembelajaran adalah: (1) bentuk saluran, yang digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi atau bahan pelajaran kepada penerima pesan atau pembelajar; (2) berbagai jenis komponen dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar; (3) bentuk alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar; (4) bentuk-bentuk komunikasi dan metode yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar, baik cetak maupun audio, visual, dan audio-visual; dan (5) sarana atau alat bantu pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara


(30)

15

dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efekvifitas dan efesiensi dalam mencapai tujuan pembelajaran.

2. Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran 1) Tujuan Media Pembelajaran

Tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran untuk: 1) mempermudah proses pembelajaran di kelas,

2) meningkatkan efisiensi proses pembelajaran ,

3) menjaga relevansi antara materi pembelajaran dengan tujuan belajar, dan

4) membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran. 2) Manfaat Media Pembelajaran

Menurut Sudjana dan Rivai, (2002: 2), ada beberapa manfaat media dalam proses belajar siswa, yaitu: (a) dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa karena pengajaran akan lebih menarik perhatian mereka, (b) makna bahan pengajaran akan lebih jelas sehingga dapat dipahami siswa dan memungkinkan siswa lebih banyak melakukan terjadinya penguasaan serta pencapaian tujun pembelajaran, (c) metode mengajar akan lebih bervariasi, (d) siswa lebih banyak melakukan aktivitas selama kegiatan pembelajaran, tidak hanya mendengarkan tetapi mengamati, mendemonstrasikan, melakukan langsung, dan memerankan.

Menurut pendapat Hamalik dalam Arsyad (2009: 15) bahwa manfaat media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat: (1) membangkitkan keinginan dan minat baru, (2) membangkitkan motivasi


(31)

16

dan ransangan kegiatan belajar, (3) bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Selanjutnya diungkapkan bahwa penggunaan media pada tahap oreantasi sangat memb aaeantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Adanya media pembelajaran juga dikatakan dapat: (1) dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa, (2) membantu meningkatkan pemahaman siswa, (3) menjadi kan data lebih menarik dan terpercaya, (4) memudahkan penafsiran data, dan (5) memadatkan informasi. Jadi dalam hal ini dikatakan bahwa manfaat media adalah sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa manfaat media adalah dapat membantu guru dalam proses pembelajaran dan dapat memudahkan guru dalam menyampaikan pembelajaran sehingga siswa lebih mudah memahami pembelajaran yang disampaikan.

3. Fungsi Media Pembelajaran

Media pembelajaran secara umum berfungsi sebagai berikut: (a) memperjelas penyajian pesan akan tidak bersifat verbalistis, (b) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya objek yang terlalu besar untuk dibawa ke kelas dapat diganti dengan realita, gambar, film bingkai, film, atau model, (c) meningkatkan kegairahan dalam belajar, memungkinkan interaksi langsung antara anak didik dengan lingkungan, dan mengatasi sikap pasif dan, (d) memberikan rangsangan yang sama,


(32)

17

dapat menyamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi sama siswa terhadap isi pelajaran (Sadiman, 2005: 17).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media mempunyai fungsi yang sangat baik dalam pendidikan, diantaranya: (a) memperjelas pesan yang disampaikan, (b) mengatasi pembatasan ruang dan waktu, (c) meningkatkan gairah dan menyamakan pengalaman

4. Media Garis Bilangan

Garis bilangan merupakan garis yang lurus ditandai dengan titik-titik dengan jarak yang sama (Depdikbud, 1983: 188).

Seperti contoh dibawah ini:

Media garis bilangan merupakan media yang disusun dengan angka bulat yang berbentuk sumbu X dan Y dengan titik pusat pada bilangan nol (0). Media Garis Bilangan sangat membantu peserta didik dalam menyelesaikan soal bentuk penjumlahan dan pengurangan. Penjumlahan merupakan penambahan bilangan dengan bilangan yang lain. Seperti contoh :

1 + 1 = 2

Sedangkan pengurangan merupakan pengurangan bilangan dengan bilangan yang lain. Seperti contoh :

4 – 3 = 1


(33)

18 5. Pengertian Garis bilangan

Garis merupakan penghubung antara dua titik A dan B dalam sebuah ruang (Depdikbud, 1983: 118)

6. Tujuan Media Garis Bilangan

Adapun Tujuan Media Garis Bilangan Sebagai Berikut :

a. Mempermudah perserta didik untuk menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat dalam mata pelajaran matematika kelas IV di SDN Karanggondang.

b. Mempermudah daya ingat peserta didik dalam proses belajar penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat mata pelajaran matematika kelas IV di SDN Karanggondang.

7. Penggunaan media garis bilangan

Menurut Karso (1998: 6.15) untuk menjelaskan sebagai pengerjaan hitung pada bilangan bulat, akan kita gunakan garis bilangan, karena dengan garis bilangan ini akan memudahkan anak dalam memahami penjumlahan dan pengurangan. Dalam penggunaan garis bilangan ini sebaiknya kita mengambil kapur atau spidol berwarn, sehingga warna untuk lambang bilangan pada garis bilangan dengan lambang bilangan yang menunjukan langkah-langkah pengerjaanya berbedah. (Nur Akhsin, 2006: 169) dalam penjumlahan ditunjukan dengan melangkah ke sebelah kanan atau maju dan langkah pada garis bilangan dengan arah panah ke kanan, sedangkan pengurangan dengan melangkah kesebelah kiri atau mundur dalam langkah garis bilangan dengan arah panah ke kiri.


(34)

19

8. Cara penggunaan media garis bilangan dalam pembelajaran 1) Mempersiapkan media garis bilangan

2) Memberi penjelasan dan pengarahan kepada siswa dalam menggunakan media garis bilangan

3) Menjelaskan kepada siswa bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan media garis bilangan

4) Menjelaskan kepada siswa tentang manfaat menggunakan media garis bilangan dalam pembelajaran sehingga menimbulkan semangat siswa untuk mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung

5) Memperaktikkan penggunaan media garis bilangan dalam pembelajaran operasi hitung penjumlahan dan pengurangan

E. Hakikat Bilangan 1. Pengertian Bilangan

Bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan dan pengukuran. Simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan tersebut sebagai angka atau lambang bilangan. Dalam matematika, konsep bilangan selama bertahun-tahun lamanya telah diperluas untuk meliputi bilangan nol, bilangan negatif, bilangan rasional, bilangan irasional, dan bilangan komleks. Bilangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bilangan negatif dan bilangan positif (bilangan bulat).

Adapun pengertian lain yang dikemukahkan oleh parah ahli mengenai bilangan adalah konsep matematika yang sangat penting untuk


(35)

20

dikuasai oleh anak, karena akan menjadi dasar bagi penguasaan konsep-konsep matematika selanjutnya pada jenjang pendidikan formal berikutnya. Bilangan adalah suatu obyek matematika yang sifatnya abstrak dan termasuk kedalam unsur yang tidak didefinisikan (underfined term).

Untuk menyatakan suatu bilangan dinotasikan dengan lambang bilangan yang disebut angka. Bilangan dengan angka dinyatakan konsep yang berbeda, bilangan berkenaan dengan nilai, sedangkan angka bukan nilai melainkan suatu notasi tertulis dari sebuah bilangan (sudayanti, 2006: 1)

Operasi bilangan diperkenalkan pada anak setelah anak memahami betul bilangan dan angka. Anak usia dini dapat memahami operasi bilangan dengan cara yang sangat sederhana (surdaryanti, 2006: 18). Menurut Slamet Suyanto (2005: 63), matematika bukan pelajaran ingatan melainkan mengembangakan kemampuan berfikir. Jika anak sudah mengenal bilangan dan memahami oprasi bilangan maka anak telah berfikir logis dan matematis, meskipun dengan cara yan sederhana.

a) Jenis Bilangan

Adapun jenis-jenis bilangan yang paling dikenal diantaranya adalah bilangan bulat {.... -2, -1, 0, 1, 2, ...} bilangan asli {1,2,3,...} keduanya sering digunakan untuk berhitung dalam aritmatika, sedangkan bilangan cacah adalah himpunan bilangan bulat yang bukan negatif, yaitu {0, 1, 2, 3....} dengan kata lain himpunan bilangan asli ditambah 0. Jadi bilangan cacah harus bertanda posistif, himpunan bilangan bulat dalam


(36)

21

buku-buku teks aljabar biasanya dinyatakan dengan lambang Z dan sedangkan semua himpunan asli biasanya dinyatakan dengan lambang N. Bilangan bulat terdiri dari bilangan cacah {0, 1, 2, 3, ...} dan negatifnya {-1, -2, -3,...}. Bilangan bulat dapat dituliskan tanpa komponen desimal atau pecahan.

2. Pengertian Bilangan Bulat

Bilangan bulat terdiri dari bilangan cacah {0, 1, 2, 3, ....} dan negatifnya (-1, -2, -3,...; -0 adalah sama dengan 0 sehingga tidak lagi dimasukkan secara terpisah). Bilangan bulat dapat dituliskan tanpa komponen desimal atau pecahan.

Bilangan bulat diciptakan dengan cara berikut. Untuk tiap bilangan cacah, misalnya, kita ciptakan dua simbul baru +3 dan -3. Simbul bilangan yang diawali dengan tanda plus mewakili bilngan positif. Misalnya +3 mewakili bilangan “positif 3”. Dan biasanya tanda plus ini dihilangkan dalam menyatakan bilangan positif, sehingga +3 juga berarti 3. Selanjutnya untuk menyatakan suatu bilangan positif hanya menulis simbolnya saja tanpa awalan tanda plus. Sedangkan simbol yang diawali dengan tanda minus mewakili bilanag negatif. Misalnya (-3) mewakili bilangan negatif 3. Perlu di perhatikan bahwa bilangan 0 adalah bukan bilangan positif dan bukan bilangan negatif, sehingga dalam menulis simbol bilangan nol tidak perlu membubuhi tanda plus atau tanda minus di depannya. Dengan demikian untuk masing-masing bilangan cacah positif yaitu 1,2,3,4,5,6,7.... berturut-turut ada bilangan negatif sebagai


(37)

22

pasangannya yaitu -1, -2, -3, -4, -5, -5, -6, -7,.... Bilangan terakhir ini disebut bilangan bulat negatif. Bilangan cacah maupun bilangan bulat negatif disebut bilangan bulat. Gabungan semua himpunan semua bilangan cacah dan himpunan semua bilangan bulat negatif disebut himpunan semua bilangan bulat. (Muchtar A. Karim, dkk 1997: 179)

Dengan kata lain, himpunan semua bilangan bulat terdiri dari: 1) Bilangan bulat positif atau bilangan asli, yaitu 1,2,3,4,5....

2) Bilangan bulat nol, yaitu 0 dan

3) Bilangan bulat negatif, yaitu: -1, -2, -3, -4 ,-5,.... F. Operasi Pada Bilangan Bulat

Seperti halnya pada bilangan cacah, ada empat macam operasi utama yang berlaku pada bilangan bulat. Operasi yang dimaksud adalah penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, keempat oprasi pada bilangan bulat ini sangat erat hubungannya dengan oprasi pada bilangan cacah. Oleh sebab itu peneliti hanya memfokuskan dua oprasi bilangan bulat saja yaitu penjumlahan dan pengurangan.

1) Operasi Penjumlahan

Operasi penjumlahan pada bilangan cacah pada dasarnya merupakan suatu aturan yang mengkaitkan suatu aturan yang mengkaitkan setiap pasang bilangan cacah dengan bilangan cacah yang lain. Apabilah a dan b bilangan cacah, maka jumlah dari kedua bilangan tersebut dilambangkan “ a + b” yang dibaca “a tambah b” atau “jumlah dari a dan b”.


(38)

23 2) Operasi Pengurangan

Operasi pengurangan pada dasarnya merupakan kebalikan dari operasi penjumlahan. Pada bilangan bulat apabila “a – b” adalah sebuah bilangan bulat x yang bersifat b + x = a. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa a – b = x jika dan hanya jika a= b + x. G. Kerangka Berfikir

Matematika adalah ilmu pasti yang memberikan bekal bagi siswa berupa ilmu pengetahuan dan pola penalaran matematika dengan tujuan agar mereka dapat mempergunakannya untuk memecahkan masalah sehari-hari sehingga mereka dapat hidup dalam dunia yang selalu berkembang. Tujuan tersebut hendaknya perlu dijadikan pegangan dalam pembelajaran matematika.

Pada kenyataannya, pembelajaran matematika yang berlangsung selama ini kurang memperhatikan sisi praktis dari pembelajaran matematika. Pembelajaran yang terjadi cenderung kurang mengaktifkan siswa karena siswa hanya dituangi berbagai macam rumus yang terkadang siswa sendiri tidak memahami bagaimana mengaplikasikan rumus tersebut untuk memecahkan masalah sehari-hari. Dalam kenyataannya masih banyak peserta didik yang tidak menyukai pelajaran matematika, karena peserta didik merasa bahwa pelajaran matematika itu merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan, hal ini dapat terjadi karenah proses pembelajaraan yang berlangsung guru hanya menggunakan metode ceramah saja, selain itu guru dalam memberikan pembelajaran


(39)

24

matematikapun tanpa menggunakan media pembelajaran, sehingga peserta didik merasa bosan dan jenuh dalam mengikuti pembelajaran matematika.

Salah satu cara yang dapat dilakukan agar pembelajaran matematika menjadi menarik dan tidak membosankan maka sebagai guru dituntut untuk dapat melaksanakan pengelolahan kelas dengan baik, penguasaan materi, pemahaman berbagai karakteristik anak dan juga mau dan mampu menggunakan berbagai macam-macam media, salah satunya media garis bilangan yang bertujuan untuk mempermudah peserta didik untuk menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat dalam mata pelajaran matematika khusunya pada materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat sehingga menarik minat belajar dan akan timbul kegairahan belajar yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika, dengan media garis bilangan yang didesain sedemikian rupa maka dapat menarik perhatian siswa untuk tetap fokus dalam mengikuti pembelajaran matematika serta mau memahami dan mengerjakan soal-soal yang ada.

H. Hipotesis

Penggunaan media garis bilangan dapat meningkatkan kemampuan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Karanggondang.


(40)

25 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan untuk membantu memecahkan masalah pembelajaran matematika di SD yaitu dengan penggunaan garis bilangan sebagai media pembelajaran untuk meningkatakan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan nilai hasil belajar 35 siswa masih rendah, maka dengan melihat hal tersebut, penelitian tindakan kelas ini dipilih peneliti dengan alasan ingin mengadakan perbaikan dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas dengan memberikan tindakan-tindakan untuk memperoleh peningkatan hasil belajar.

Melihat penjelasan di atas, dapat didefinisikan penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan dalam ruangan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran (Kasihani Kasbolah, 1998: 15). Penelitian tindakan kelas ini termasuk dalam penelitian tindakan kelas kolaborasi (classroom action research collaboration). Penelitian tindakan kolaborasi kelas maksudnya adalah peneliti dan guru kelas bekerja sama dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar matematika kelas IV SD Karanggondang.


(41)

26 B. Desain Penilitian

Tujuan utama dari Penelitian Tindakan Kelas yaitu untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Perbaikan tersebut dilaksanakan secara bertahap dan terus menerus selama penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model Kemmis dan Mc Targart (1988) yang dikenal dengan model spiral (Suharsimi Arikunto,2006). Model ini dapat dilihat melalui gambar sebagai berikut:

4 Keterangan:

1 Siklus I: 1. Perencanaan

3-2 2, 3. Tindakan dan Pengamatan

4. Refleksi

4

1 3,2

Gambar 1.

Penelitian Tindakan Model Spiral Kemmis & Targgart ( Suharsimi Arikunto, 2006: 93)


(42)

27

Rencana penelitian yang akan ditempuh dalam penelitian ini secara lebih rinci akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Tahap perencanaan

Pada tahap perencanaan dimulai dari mengajukan permohonan ijin kepada kepalah sekolah. Kemudian peneliti bekerja sama dengan guru kelas melakukan penemuan masalah dan kemudian merancang tindakan yang dilakukan, seperti:

a) Menemukan masalah penelitian yang ada dilapangan dengan melakukan diskusi dengan guru siswa melalui observasi di dalam kelas.

b) Merencanakan langkah-langkah pembelajaran (menyusun RPP), sesuai dengan prinsip media garis bilangan. RPP ini berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. c) Penyiapan Lembar Kerja Siswa (LKS), lebar observasi, dan

menyusun soal tes. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Dalam pelaksanaan tindakan ini sebagai pelaksana adalah guru dan peneliti sebagai pengamat. Pelaksana melaksanakan pembelajaran berdasarkan skenario dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disiapkan oleh peneliti. Tindakan ini dilakukan dengan menggunakan paduan perencanaan yang telah dibuat dan dalam pelaksanaannya bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan. Selama proses


(43)

28

pembelajaran peneliti dibantu oleh seorang pengamat untuk mengamati siswa dan guru di kelas.

Setelah pembelajaran dilaksanakan, evaluasi hasil belajar siswa tentang oprasi bilangan bulat dengan menggunakan media garis bilangan diselenggarakan pula kegiatan tersebut sesuai dengan yang telah disiapkan oleh peneliti pada saat melakukan perencanaan.

c. Pengamatan/observasi

Kegiatan pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran. Hal yang dicatat dalam kegiatan pengamatan ini antara lain proses tindakan yang disengaja, situasi tempat dan tindakan, dan kendala yang dihadapi. Semua hal tersebut dicatat dalam kegiatan pengamatan/observasi yang terencana secara fleksibel dan transparan. Untuk mengetahui proses pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan skenario yang telah disusun bersama, perlu dilakukan evalusi yang bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercapaian sasaran pembelajaran yang diharapkan.

d. Refleksi

Refleksi merupakan bagian akhir dari siklus yang sangat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses hasil pembelajaran yang terjadi yang dilakukan dengan: (a) ketika tindakan sedang dilakukan, (b) ketika tindakan dilakukan, dan (c) memikirkan tindakan yang dilakukan.


(44)

29

Kegiatan yang dilakukan pada saat refleksi adalah melakukan analisis dan mengevaluasi atau mendiskusikan data yang diperoleh. Data yang telah dikumpulkan dalam observasi harus secepatnya dianalisis atau diinterprestasikan (diberi makna) sehingga dapat segera diberi tindakan yang sesuai untuk mencapai tujuan. Jika interprestasi data tersebut belum mencapai tujuan yang diharapkan maka, peneliti dan observer melakukan langkah-langkah perbaikan untuk diterapkan pada siklus selanjutnya demi tercapainya hasil belajar siswa secara maksimal. Sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2009: 19) menjelaskan bahwa kegiatan refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dikakukan. Kegiatan ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan. Kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rencana tindakan.

Dari jabaran siklus di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian siklus adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari : (1) perencanaan

(planning), (2) pelaksanaan/tindakan (action), (3) pengamatan/observasi

(observing), dan (4) refleksi (reflecting). Siklus kedua akan dilaksanakan dengan tahap yang sama apabila siklus pertama belum mencapai indikator keberhasilan/tujuan yang telah diterapkan begitu seterusnya.


(45)

30 C. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas 1V SD Karanggondang tahun ajaran 2015/2016, yang akan berlangsung selama dua bulan yaitu bulan Maret-Mei dalam mata pelajaran matematika, khusus materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

D. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas IV SDN Karanggondang, yang berjumlah 35 siswa, yang terdiri dari 17 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah hasil belajar Matematika menggunakan media garis bilangan bagi siswa kelas IV SD Karanggondang, Sewon, Bantul, Yogyakarta.

E. Tehnik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama alam penelitian, karena bertujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi data yang ditetapkan (Sugiyono, 2008 : 308).

Adapun penjelasan tentang metode pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut:


(46)

31

Observasi adalah suatu metode yang dilakukan dengan cara mengadakan suatu pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis (Suharsimi Arikunto, 2008: 30). Dalam Penelitian Tindakan Kelas, observasi menjadi hal yang sangat penting dalam pengumpulan data karena observasi sebagai proses pengamatan langsung. Kegiatan observasi dilakukan untuk mengamati semua yang terjadi di dalam kelas saat terjadi tindakan dengan mencatat hal-hal yang terjadi secara teliti mulai dari hal yang kecil. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi guru dan siswa.

2. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterapilan, pengetahuan, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2006: 198). Tes dapat digunakan untuk menguji sejauh mana siswa mengalami perubahan hasil belajar sebelum dan sesudah mengambil tindakan. Adapun tes yang digunakan pada penelitian ini adalah pre test yang dilaksanakan sebelum menggunakan post tes dan post tes yang dilakukan pada akhir siklus.

(1) Pre test

Tujuan diadakan pre test adalah untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan. Pre test berfungsi untuk menilai sejauh mana peserta didik telah menguasai kemampuan yang tercantum dalam tujuan


(47)

32

instruksional, sebelum mengikuti program pengajaran yang telah dipersiapkan oleh guru.

(2) Post test

Post test diberikan materi pengajaran selesai diberikan, dengan maksud untuk mengetahui tingkat pengawasan peserta didik terhadap materi yang baru saja diberikan. Fungsi dari post test adalah untuk menilai kemampuan anak mengenai materi yang telah diberikan.

3. Dokumentasi

Menurut (Suharsimi Arikunto, 2006: 206) teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, agenda dan sebagainya. Tehnik dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh selama observasi dan memberikan gambaran secara konkret mengenai partisipasi siswa selama proses pembelajaran. Dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian beserta pengambilan foto saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

F. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen untuk mengumpulkan data yang valid. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran menggunakan media garis bilangan, pada penelitian ini


(48)

33

peneliti berkolaborasi dengan guru kelas sebagai pengamat terhadap perilaku dan kegiatan siswa selama proses pembelajaran. Terhadap dua lembar observasi dalam penelitian ini yaitu, observasi guru dan siswa. Lembar observasi guru berisi tentang penggunaan media garis bilangan pada pembelajaran, sedangkan lembar observasi siswa berisi tentang keaktifan siswa dalam pembelajaran.

Tabel 1.

Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru

Tabel 2.

Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Indikator Nomor Butir Jumlah

Butir 1. Penerimaan siswa terhadap materi

pembelajaran

1, 2, 3, 4, 5 5 2. Penanggapan siswa terhadap

materi pembelajaran

6, 7, 8, 9, 10 5

Jumlah 10 10

No Indikator Nomor Butir Jumlah Butir

1. Kesederhanaan 1, 2, 3 3

2. Keterpaduan 4, 5 2

3. Penekanan 6, 7, 8,

9,10,11,12

7

4. Keseimbangan 13, 14, 15 3


(49)

34 Tabel 3.

Kisi-kisi Soal Pre Test Matematika Kelas IV Semester II No Kompetensi

Dasar

Materi Pokok Indikator No.

Soal 1 1.1.Menjumlah

kan bilangan bulat Operasi hitung bilangan bulat 1. Menjumlahkan bilangan positif dan positif

1, 2

2. Menjumlahkan bilangan bulat negatif dan negatif

3, 4

3. Menjumlahkan bilangan bulat positif dan negatif

5, 6, 7

4. Menjumlahkan bilangan negatif dan positif 8,9, 10 1.2.Mengurangk an bilangan bulat 5. Mengurangkan bilangan bulat 11,12 6. Mengurangkan bilangan bulat negatif dan negatif

13,14

7. Mengurangkan bilangan bulat positif dan negatif

15,16, 17 8. Mengurangkan

bilangan negatif dan positif

18,19, 20

Tabel 4.

Kisi-kisi Soal Post Test Matematika Kelas IV Semester II No Kompetensi

Dasar

Materi Pokok

Indikator No.

Soal 1 1.3.Menjumlah

kan bilangan bulat Operasi hitung bilangan bulat 1. Menjumlahkan bilangan positif dan positif

1, 2

2. Menjumlahkan bilangan bulat negatif dan negatif

3, 4

3. Menjumlahkan bilangan bulat positif dan negatif


(50)

35

4. Menjumlahkan bilangan negatif dan positif

8, 9, 10

1.4.Mengurang kan bilangan bulat 5. Mengurangkan bilangan bulat 11,12 6. Mengurangkan bilangan bulat negatif dan negatif

13,14

7. Mengurangkan bilangan bulat positif dan negatif

15,16, 17 8. Mengurangkan

bilangan negatif dan positif

18,19,20

1. Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan untuk memberikan gambaran secara konkret mengenai aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran dan untuk memperkuat data yang diperoleh. Dokumentasi tersebut berupa daftar nama siswa, nilai semester siswa, hasil kerja siswa berupa LKS, RPP, dan foto-foto mengenai aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh dari observasi tes.

G. Bentuk Kegiatan Yang Akan Dilaksanakan

Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakan media garis bilangan dalam operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat. Maksudnya adalah untuk lebih memperdalam materi tentang konsep bilangan bulat serta operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat.


(51)

36 H. Teknik Analisis Data

(Suharsimi Arikunto, 2006: 131-132) mengatakan bahwa dalam penelitian tindakan kelas ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan peneliti yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis deskripsi kualitatif melalui lembar observasi dan deskripsi kuantitatif melalui tes hasil belajar. Berikut rumus penjabarannya:

1. Untuk menganalisis data hasil observasi dilakukan menggunakan skala dengan cara pemberian skor atau rating scale ( sugiyono, 2012: 141-144). Pemberian skor dapat dilihat sebagai berikut:

1 = Kurang 2 = Sedang 3 = Baik

4 = Sangat Baik

Penilaian observasi dilakukan secara klasikal yaitu dengan mencari rata-rata skor yang diperoleh siswa setiap item. Jumlah skor maksimum untuk seluruh siswa dalam 1 item adalah 25 x 4 =100 dan skor terendah 25 x 1 = 25. Pembelajaran menggunakan media garis bilangan ini dikatakan berhasil jika skor yang dicapai oleh keseluruhan siswa pada masing-masing item 25 x 2=50 atau mempunyai rata-rata sebesar 2.

Rumusan yang digunakan adalah:

M=

∑ ��


(52)

37 Keterangan:

M = Skor rata-rata 1 item fx = Jumlah skor dalam 1 item N = Banyaknya siswa

2. Data yang dikumpulkan melalui tes dihitung skor masing-masing dan dari skor ditentukan nilai siswa menggunakan rumus sebagai berikut :

Prosentase = ∑ ����������������������

∑ �����ℎ�����

100 %

Setelah diketahui masing-masing, data dianalisis untuk mencari nilai rata-rata kelas dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Mx = ∑ �

Keterangan: Mx = Mean

∑ � = Jumlah seluruh nilai siswa N = Jumlah siswa


(53)

38 I. Kriteria Keberhasilan

Pedoman kriteria keberhasilan siswa yang digunakan adalah pedoman kriteria keberhasilan pembelajaran Matematika pada kelas IV SD Karanggondang, kecamatan Sewon, kabupaten Bantul, Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. Indikator keberhasilan yaitu jika minimal 75% yang mengikuti proses pembelajaran memperoleh nilai KKM ≥ 75.


(54)

39 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SD Karanggondang yang terletak di kecamatan Sewon, kabupaten Bantul, Daerah Istimewah Yogyakarta. Adapun sarana prasarana yang ada di sekolah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kondisi Fisik

Pada saat ini SD Karanggondang memiliki 6 ruangan kelas untuk siswa-siswa dari kelas I sampai dengan kelas VI. Fasilitas yang dimiliki oleh SD Karanggondang yaitu ruangan kepalah sekolah, ruang kantor guru, perpustakaan, ruang computer, ruang karawitan, UKS, dapur, gudang, musholah, dan kamar mandi. Secara umum kondisi bangunan SD Karanggondang masih sangat baik, kokoh, dan terawat. Fasilitas yang lain yang dimiliki oleh SD karanggondang menyangkut proses pembelajaran seperti gambar pahlawan, gambar presiden, wakil presiden, gambar lambang Garuda Pancasila , Peta, Globe, alat peraga IPA, alat peraga Penjaskes dan sebagian alat peraga pembelajaran Matematika.

2. Kondisi Non Fisik

Kondisi non fisik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah SDM (Sumber Daya Manusia), baik itu tenaga kerja maupun peserta didik.


(55)

40

Dalam proses belajar mengajar, pendidik merupakan faktor yang mempengaruhi dalam keberhasilan siswa.

a. Kondisi Guru

SD Karanggondang memiliki 6 kelas, dengan personil seperti berikut ini, seorang kepalah sekolah, seorang guru olaraga, seorang guru agama dan seorang penjaga sekolah. Guru berstatus PNS ada 8 orang sedangkan berstatus guru honorer ada 5 orang. Guru di SD Karanggondang sebagian besar sudah menempuh pendidikan S1.

b. Kondisi Siswa

Jumlah siswa SD Karanggondang sebanyak 210 siswa. Siswa di SD ini tidak hanya berasal dari kelurahan setempat saja, akan tetapi banyak siswa yang berasal dari desa dan kelurahan lain. Mata pencaharian orang tua siswa juga sangat beragam di antaranya PNS, petani, buruh dan wiraswasta. Keadaan ekonomi keluarga siswa juga sangat beragam. c. Kondisi Lingkungan

Lingkungan sekolah mendukung untuk proses pembelajaran. Letak SD Karanggondang beradah di tengah-tengah pemukiman masyarakat dan strategis serta dapat menampung siswa dari arah manapun. SD Karanggondang juga terletak di tengah-tengah masyarakat yang agamis sehingga mudah untuk mengarahkan siswa bertingkah laku sesuai dengan norma-norma yang berlaku. SD Karanggondang memiliki basis siswa dari desa yang beragam, sehingga memungkinkan untuk mengembangkan arus siswa dari desa yang beragam pula. Sekolah yang berlokasi di


(56)

tengah-41

tengah pemukiman penduduk ini berada di lingkungan yang nyaman dan berkondusif untuk proses pembelajaran serta memiliki kondisi udara yang cukup bersih. Akses untuk menuju sekolah ini cukup mudah dan dapat dijangkau dengan kendaraan.

2. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Karanggondang tahun ajaran 2015-2016 yang berjumlah 35 siswa dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 5.

Jumlah siswa kelas IV SD Karanggondang TA 2015-2016

No Jenis Kelamin F Persentase

1. Laki-laki 15 43%

2. Perempuan 20 57%

Jumlah 35 100%

Berdasarkan observasi di kelas, terlihat bahwa sebagian siswa terutama siswa laki-laki sering ramai membuat kegaduhan dan tidak fokus pada proses pembelajaran. Menurut peneliti siswa kelas IV memiliki kemampuan akademik yang beragam. Ada yang memiliki kemampuan akademik tinggi, sedang, dan rendah. Sebagian besar siswa kelas IV memiliki kemampuan akademik sedang dan kelas tersebut yang menghadapi masalah penjumlahan dan pengurangan operasi hitung bilangan bulat.


(57)

42

Berdasarkan hal tersebut, siswa kelas IV dipilih subyek penelitian karena sesuai dengan permasalahan dan cocok dengan pembelajaran menggunakan media garis bilangan.

3. Deskripsi Data Awal Siswa Pra Siklus

Data awal siswa pra siklus di peroleh dari pretes yang dilaksanakan pada tanggal 16 Februari 2015. Data tersebut nantinya digunakan sebagai patokan awal sebelum dilakukan tindakan. Hasil yang diperoleh dari pretes adalah sebanyak 2 siswa yang lulus dari 35 siswa, hal ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Berdasarkan hasil tes tersebut maka perlu diadakan suatu tindakan untuk mengatasi permasalahan di atas. Adapun data awal sebelum tindakan adalah sebagai berikut :

Tabel 6.

Data Awal Pra Siklus

Jumlah siswa Persentase Rata-rata skor Tuntas

KKM

Belum Tuntas KKM

Tuntas KKM

Belum tuntas KKM

2 33 6% 94% 43,82

Berdasarkan tabel diatas dapat dijabarkan sebagai berikut, dari 35 siswa, sebanyak 2 siswa atau 6% sudah tuntas atau mencapai KKM. Sebanyak 33 siswa atau 94% belum tuntas atau belum mencapai KKM. Rata-rata skor sebesar 42,57. Untuk memperjelas pemaparan tabel tersebut, dapat dilihat dalam diagram berikut ini :


(58)

43

Gambar 2.

Diagram Pencapaian KKM Pra siklus

4. Deskripsi Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan kelas. Peneliti menggunakan model Kemmis Dan Mc Taggart (Suharsimi Arikunto, 2006: 93) yang dikenal dengan model spiral. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Siklus 1 terdiri dari 2 pertemuan, dimana setiap siklus diadakan evaluasi untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Siklus 2 terdiri dari 2 pertemuan sama seperti siklus 1. Untuk lebih jelasnya rincian pelaksanaan penelitian terdapat pada tabel berikut.

Tabel 7.

Rincian Waktu Pelaksanaan Penelitian di kelas IV semester I SD Karanggondang tahun ajaran 2015/2016

No Hari/Tanggal Kegiatan Materi

1. Senin, 19 Maret 2015

Kegiatan belajar Mengajar

Operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

2. Kamis, 23 Maret 2015

Kegiatan belajar Mengajar

Operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. 0% 20% 40% 60% 80% 100% Pra siklus tuntas belum tuntas


(59)

44 3. Senin, 20 April

2015

Kegiatan belajar Mengajar

Operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

4. Kamis, 23 April 2015

Kegiatan belajar Mengajar

Operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

Adapun proses penelitian adalah sebagai berikut : 1. Siklus I

a. Kegiatan Pembelajaran 1 dan 2

Kegiatan pembelajaran ini materinya adalah tentang Operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

1. Perencanaan

a) Peneliti dan guru sebagai kolaborator menyiapkan materi yang akan disampaikan kepada siswa.

b) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

c) Peneliti menyusun lembar obsservasi pembelajaran yang akan dilaksanakan. Lembar observasi ada 2 macam yaitu lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi aktivitas guru. Lembar observasi ini digunakan untuk membandingkan aktivitas yang dilakukan siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan yang ada pada lembar observasi.

d) Menyusun dan menyiapkan LKS dan soal evaluasi untuk siswa. Soal akan di berikan pada setiap akhir siklus. Soal evaluasi disusun oleh peneliti dengan pertimbangan guru kelas dan penguji validitas (ekspert judgment) soal.


(60)

45

e) Mempersiapkan media garis bilangan sesuai dengan materi yang diajarkan.

f) Mempersiapkan kamera yang akan digunakan untuk mendokumentasikan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Pelaksanaan tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan ini antara lain : a) Kegiatan awal

1. Siswa berdoa bersama

2. Siswa dikondisikan untuk siap melakukan pembelajaran. 3. Melakukan apersepsi; menanyakan sejauh mana siswa

mengetahui tentang operasi hitung, khususnya penjumlahan dan pengurangan.

b) Kegiatan inti

Siswa mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru sebagai pengantar pembelajaran. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.


(61)

46

Gamabar 2.

Siswa mendengarkan penjelasan dari guru terkait materi yang di ajarkan.

Dengan penjelasan dari guru siswa dapat memahami cara penjumlahan dua bialangan positif, dua bilangan negatif dan bilanagn positif dan negatif mengggunakan penjelasan dari guru.

Gambar 3.

Siswa mengamati media garis bilangan.

Setelah guru menjelaskan materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan , guru melanjutkan dengan memperlihatkan media garis bilangan sebagai alat peraga yang digunakan pada materi yang akan dipelajari.


(62)

47 Gambar 4.

Guru memberi contoh soal kepada siswa.

Setelah guru menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan media garis bilangan, guru melanjutkan dengan memberi contoh soal kepada siswa. Contoh soalnya seperti berikut : -21 – (- 16) = -5

Gambar 5.

Siswa menjawab soal dengan menggunakan media garis bilangan. Guru memberikan latihan kepada siswa dengan menulis beberapa contoh soal di papan tulis dan di kerjakan oleh siswa menggunakan media garis bilangan.


(63)

48 Gambar 6.

Siswa melakukan tanya jawab.

Siswa melakukan intraksi tanya jawab bersama guru seputar materi pelajaran yang telah dibahas.

Gambar 7.

Siswa mengerjakan soal evaluasi.

Setelah guru menjelaskan tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat kepada siswa, dilanjutkan dengan tanya jawab tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif dan negatif ataupun negatif dengan negatif antara siswa dan guru. Setelah selesai siswa dilanjutkan dengan mengerjakan soal evaluasi.


(64)

49 a) Kegiatan akhir

Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan yang melibatkan bilangan negatif dan bilangan positif yang telah disampaikan kepada siswa. Pembelajaran ditutup dengan berdoa bersama.

Dari pengerjaan soal evaluasi di proleh nilai siklus I. Adapun rincian dari nilai-nilai tersebut adalah seperti berikut :

Tabel 8.

Data Hasil Belajar Siswa Siklus I

Jumlah siswa Persentase Rata-Rata skor Tuntas Belum

tuntas

Tuntas Belum tuntas

9 26 26% 74% 60,71

Berdasarkan tabel diatas dapat dijabarkan sebagai berikut, dari 35 siswa sebanyak 9 siswa atau 26% sudah tuntas atau mencapai KKM. Sebanyak 26 siswa atau 74% belum tuntas mencapai KKM. Rata-rata skor sebesar 60,71. Untuk memperjelas pemaparan tabel tersebut, dapat dilihat dalam diagram berikut ini :


(65)

50

Gambar 8.

Diagram pencapaian KKM Siklus I

Tabel 9.

Daftar Nilai Hasil Belajar Pra siklus dan Siklus I Rata-rata skor

Kelas

Ketuntasan Persentase

Pra Siklus

Siklus I

Pra Siklus Siklus I Prasiklus Siklus I

T BT T BT T BT T BT

42,57 60,71 2 33 9 26 6% 94% 26% 74% Keterangan :

T : Tuntas BT : Belum Tuntas

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa antara nilai siswa pada pra siklus yang belum di kenai tindakan dengan siklus I dengan yang sudah dikenai tindakan mengalami kenaikan. Skor rata-rata pada pra siklus 42,57. sedangkan pada siklus I mencapai 60,71. Persentase ketuntasan siswa yang sudah mencapai KKM dari seluruh siswa juga mengalami kenaikan, pada prasiklus 6%, sedangkan pada siklus I mencapai 26%. Dengan demikian yang belum mencapai KKM 74%. Sehubungan dengan yang ditetapkan sebagai kreteria

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% Sikulus I Tuntas Belum Tuntas


(66)

51

keberhasilan penelitian adalah bahwa siswa tuntas adalah 75% maka pe53rlu dilanjutkan ke siklus ke II. Untuk memperjelas pemaparan tabel di atas, dapat dilihat dalam diagram berikut ini :

Gambar 9.

Diagram ketuntasan pra siklus dan siklus I

b. Hasil Observasi siklus I

Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti menunjukan bahwa pembelajaran Matematika pada siklus I berjalan dengan baik meskipun hasil belajar yang diperoleh belum semua siswa mencapai nilai KKM. Sehingga perlu dilanjutkan pada siklus selanjutnya. Observasi ini dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran pada materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

1) Aktivitas Guru

Observasi aktivitas guru dilakukan dalam dua pertemuan, yaitu pertemuan I dan pertemuan II. Hasil observasi pada setiap pertemuan tersebut adalah sebagai berikut :

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Pra Siklus Siklus 1

Tuntas


(67)

52 Pertemuan I

kegiatan yang diamati meliputi seluruh aspek yang ada pada lembar observasi. Aspek tersebut meliputi 4 aspek yaitu, kelayakan yang terdiri dari 3 indikator, keterpaduan yang terdiri dari 2 indikator, penekanan yang terdiri dari 7 indikator, dan keseimbangan terdiri dari 3 indikator.

Pada akvitas aspek kelayakan guru pada indikator pertama mendapatkan skor 3 yang berarti baik, sebab guru menyajikan media cukup menarik perhatian siswa, pada indikator kedua guru mendapatkan skor 1 berarti kurang, hal ini disebabkan ukuran media yang disajikan kurang besar sehingga tidak terlihat secara jelas dari belakang, untuk indikator ketiga mendapatkan skor 2 yang berarti sedang karena guru dalam menampilkan media masi sedang dikarenakan belum terbiasa.

Aktivitas berikutnya keterpaduan, pada indikator pertama guru mendapatkan skor 2 yang berarti sedang, karena guru menyajikan media garis bilangan masih sedang terkait dengan materi pembelajaran. Pada indikator kedua guru mendapat skor 3 yang berarti baik hal ini disebabkan guru dalam menyajikan bilangan bulat telah sesuai dengan materi pembelajaran.

Pada Aktivitas berikutnya adalah penekatan indikator pertama guru mendapatkan skor 3 yang berarti baik, sebab guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeluarkan pendapat sebagai penekanan materi. Pada indikator kedua guru mendapatkan skor 3 yaitu berarti baik, sebab guru dalam proses pembelajaran sudah menggunakan media garis bilangan. Pada indikator ketiga guru mendapatkan skor 2 yang berarti kurang


(68)

53

sebab guru masih kurang memberi kesempatan siswa untuk mengeluarkan pendapat. Pada indikator keempat guru mendapatkan skor 3 yang berarti baik dimana guru telah memperagakan media garis bilangan dalam penjumlahan bilangan bulat positif dan negatif, pada indikator kelima guru mendapatkan skor 3 yang berarti baik karena guru juga telah memperagakan media dalam pengurangan bilangan bulat positif dan negatif, pada indikator selanjutnya yaitu indikator ketuju guru mendapatkan skor 2 yang berarti sedang karena dalam pemanfaatan media guru belum terlalu memanfaatkannya secara afektif dan efesien, selanjutnya indikator kesembilan guru mendapatkan skor 2 yang berarti sedang karena guru masih sedang dalam memberikan tes.

Aktivitas terakhir keseimbangan, pada indikator pertama guru mendapatkan skor 2 yang berarti sedang, karena guru dalam menampilkan media juga masih sedang dengan materi pembelajaran. Pada indikator kedua guru mendapat skor 2 yang berarti sedang, karena guru dalam menampilkan media maih sedang, Pada indikator ketiga guru mendapatkan skor 2 berarti sedang, karena belum sepenuhnya melibatkan siswa dalam memperagakan pemanfaatan media dalam proses pembelajaran.

Pertemuan ke II

Hasil observasi pada siklus I pada pertemuan ke 2 menunjukan adanya peningkatan aktivitas guru dalam mengajar, sesuai dengan aspek yang ada pada lembar observasi. Jika disajikan dalam tabel maka hasil observasi tersebut adalah sebagai berikut :


(69)

54 Tabel 10.

Perbandingan hasil observasi aktivitas guru pada siklus I pada pertemuan 1 dan pertemuan 2.

No Tahap Jumlah skor observasi

Persentase Aktivitas Mengajar

Kategori

1. Siklus I Pertemuan 1

35 58,33% Baik

2. Siklus I Pertemuan 2

43 71,66% Baik

Setelah dilakukan tindakan kedua, aktivitas guru mendapatkan skor 35 atau 58,33% dalam pembelajaran pada siklus 1 pertemuan 2 sudah lebih baik, jika dibandingkan dengan pertemuan 1, yang baru mendapatkan skor 43 atau 71,66%.

2) Aktivitas Siswa

Observasi aktivitas siswa siklus 1 dilakukan dalam dua pertemuan, yaitu pertemuan 1 dan pertemuan 2. Pada pertemuan 1 saat saat guru menjelaskan materi pembelajaran mengggunakan media garis bilangan sisiwa mendapat persentase 61% yang berarti baik sebab siswa sangat antusias pada saat guru menjelaskan materi, tetapi ada beberapa siswa yang belum memperhatikan guru saat menjelaskan materi dikarenakan masih ribut sendiri.

Pada indikator selanjutnya siswa dikategorikan baik karena siswa sudah tertarik dengan media yang ditampilkan oleh guru pada saat proses pembelajaran yang mencapai persentase 70%. Pada indikator selanjutnya siswa dikategorikan baik, karena persentase mencapai 57%. Karena sudah lebih dari 50% siswa telah menyimak materi pembelajaran yang diberikan oleh guru, namun demikian guru belum terlalu memberikan penekanan serta


(70)

55

pengawasan penting pada saat pelajaran berlangsung. Hal tersebut disebabkan masih ada sebagian siswa yang asyik bermain sendiri.

Pada indikator selanjutnya siswa dikategorikan baik dengan persentase mencapai 71%, karena siswa sudah mengerti maksud media yang di peragakan oleh guru. Dan indikator selanjutnya lagi siswa dikategorikan baik juga, persentasenya mencapai 68%. Hal tersebut menunjukan bahwa siswa dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru. Namun ada beberapa siswa mengalami hambatan, disebabkan tingkat pemahaman siswa rendah dan siswa susah mengaitkan materi.

Pada indikator selanjutnya, yaitu tanya jawab, siswa dikategorikan sedang, sebab persentasenya mencapai 45%. Dalam kegiatan tanya jawab sebagian besar siswa belum aktif bertanya, disebabkan siswa masih belum berani untuk berbicara.

Pada indikator “mengajukan pendapat”, siswa dikategorikan sedang dan persentasenya mencapai 39%. Hal ini disebabkan siswa banyak yang masih pendiam dan kurang diberi kesempatan oleh guru untuk menjawab. Siswa merasa canggung untuk berpendapat karena tidak berani berbicara dan belum terbiasa untuk berpendapat.

Pada indikator “bekerja sama”, siswa dikategorikan sedang dengan persentase mencapai 44% karena siswa belum terbiasa untuk bekerja sama dengan teman. Hal tersebut disebabkan siswa masih berebut tugas dalam kegiatan diskusi.


(71)

56

Pada indikator “menghargai pendapat” siswa dikategorikan sedang dengan persentase mencapai 47%, karena siswa belum mampu mennghargai pendapat teman.

Pada indikator terakhir (kedisiplinan) siswa dikategorikan baik dengan persentase mencapai 76% karena siswa sudah disiplin dalam mengerjakan tugas-tugas dari guru, namun demikian masih ada beberapa siswa yang mengalami hambatan.

Pertemuan II

Hasil observasi pada pertemuan 2 menunjukan adanya peningkatan aktivitas siswa dalam belajar dibanding dengan observasi pada pertemuan 1, sesuai aspek yang ada dalam instrumen penelitian. Hasil observasi tersebut menyatakan banyak hal yang menarik. Suasana aktivitas siswa dalam pembelajaran terasa berbeda antara sebelumnya dan setelah menggunakan media garis biangan. Penjelasan tentang data lengkap pertemuan 1 dan pertemuan 2 akan dilampirkan halaman.... Jika disajikan dalam tabel maka hasil observasi tersebut adalah sebagai berikut .

Tabel 11.

Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada siklus I pertemuan 1 dengan Siklus I Pertemuan 2

No Indikator yang diamati Hasil silus I

Pertemuan I Pertemuan II 1. Memperhatikan penjelasan dari guru

dengan antusias.

61% 79%

2. Gambar yang ditampilkan guru menarik perhatian siswa.

70% 92%

3. Menyimak penjelasan guru melalui bantuan media garis bilangan.


(72)

57

4. Media yang di paparkan mudah dimengerti

71% 87%

5. Memahami materi yaang disampaikan oleh guru.

68% 88%

6. Melakukan tanya jawab dengan aktif. 45% 60% 7. Siswa aktif dalam mengajukan

pendapat.

39% 57%

8. Bekerja sama dengan teman satu kelompok.

44% 63%

9. Menghargai pendapat teman. 47% 67% 10. Mengerjakan tugas-tugas dari guru

dengan disiplin

76% 83%

Berdasarkan data tabel observasi pada pembelajaran siklus I pertemuan 2 diperoleh beberapa hal, yaitu pada siklus I pertemuan 2 indikator pertama, siswa mendapatkan persentase 79%, sehingga lebih baik dibandingkan siklus I pertemuan 1. Pada indikator pertama, pertemuan pertama siklus I, didapat persentase 61%, sedangkan untuk indikator pertama pertemuan kedua siklus I sudah didapat 79%. Demikian pula indikator-indikator selanjutnya juga mengalami peningkatan persentase.

c. Refleksi Siklus I

Refleksi siklus I dilakukan untuk membahas ha-hal yang menjadi hambatan pada siklus I. Kendala-kendala yang terjadi pada siklus I dipaparkan sebagai berikut :

a) Media yang disajikan ukurannya masih terlalu kecil, sehingga siswa yang berada di belakang masih kesulitan untuk melihat lebih jelas. b) Keaktifan siswa dalam pembelajaraan masih belum optimal . hal ini

terlihat masih sedikit siswa yang berani bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru.


(73)

58

c) Guru belum maksimal menggunakan media ketika proses pembelajaran, sehingga ada beberapa siswa yang belum memahami materi.

d) Guru belum memberikan reward bagi siswa yang berprestasi. B. Siklus II

a. Kegiatan Pembelajaran 1 dan 2

Kegiatan pembelajaran ini materinya adalah tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

1. Perencanaan

Rencana tindakan pada siklus II ini hampir sama dengan perencanaan pada siklus I. Pelaksanaan siklus II akan dilakukan dengan memperhatikan hasil refleksi sebelumnya. Kendala-kendala yang dihadapi pada pelaksanaan siklus I diupayakan untuk diantisipasi. Berdasarkan refleksi pada siklus I maka pada tahap perencanaan tindakan siklus II, peneliti merancang tindakan yang akan dilaksanakan, meliputi :

a) Peneliti dan guru sebagai kolaborator menyiapkan materi yang akan disampaikan kepada siswa.

b) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) .

c) Peneliti menyusun lembar observasi pembelajaran yang akan dilaksanakan. Lembar observasi ada 2 macam yaitu lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi aktivitas guru. Lembar observasi ini digunakan untuk membandingkan


(74)

59

aktivitas yang dilakukan siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan yang ada pada lembar observasi.

d) Menyusun dan menyiapkan LKS dan soal evaluasi untuk siswa. Soal akan di berikan pada setiap akhir siklus. Soal evaluasi disusun oleh peneliti dengan persetujuan guru kelas dan penguji validitas (ekspert judgment) soal.

e) Mempersiapkan media garis bilangan sesuai dengan materi yang diajarkan dengan memperbesar ukurannya.

f) Mempersiapkan kamera yang akan digunakan untuk mendokumentasikan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

g) Mengaktifkan siswa secara maksimal terutama mereka yang belum berani bertanya dan menjawab pertanyaan, dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya, menjawab pertanyaan yang diajukan guru dan memberikan motivasi. h) Guru harus lebih memaksimalkan penggunaan media ketika

proses pembelajaraan sehingga siswa dapat lebih memahami materi, sebab pada siklus pertama media belum dimanfaatkan secara maksimal.

i) Memberikan reward bagi siswa yang berprestasi dan memang pantas diberi reward.


(75)

60

Tahap melakukan tindakan antara lain : a) Kegiatan awal

1. Siswa berdoa bersama.

2. Siswa dikondisikan untuk siap melakukan pembelajaran dengan meminta siswa memperhatikan guru dan tidak berbicara sendiri.

3. Melakukan apersepsi dengan memperlihatkan media garis bilangan yang lebih besar kepada siswa “ anak-anak masih ingatkah dengan media ini dan media apakah ini? “. Siswa menjawab: “media garis bilangan”, Beberapa siswa menanggapi pertanyaan guru.

b) Kegiatan inti

siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi pembelajaran dengan menampilkan media garis bilangan yang berkaitan dengan materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif dan negatif. Dengan diselingi tanya jawab dengan siswa, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawabnya.


(76)

61

Gambar 10.

Siswa menjawab pertanyaan guru dengan mencontohkannya kedepan kelas. Dengan Tanya jawab siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, sehingga materi yang sampaikan dapat dipahamami, dan siswa dapat dengan mencobahnya langsung ke papan tulis.

Gambar 11.

Siswa mencoba menjawab soal yang ada di papan tulis.

Selain beberapa siswa yang di minta oleh guru menjawab contoh soal di depan, siswa yang lainnya juga mencoba mencari jawaban di bukunya masing-masing dan mencocokkan jawabannya dengan jawaban temannya yang maju kedepan.


(77)

62 a) Kegiatan Akhir

Kegiatan penutup dilakukan dengan pelaksaan evaluasi yang dilakukan oleh siswa dengan pengawasan guru untuk mengukur sejauh mana ketercapaian pembelajaran yang telah dilakukan secara individual.

Setelah siswa selesai mengerjakan soal evaluasi, dilaksanakanlah refleksi dan guru menyampaikan pesan moral kepada siswa, agar materi pembelajaran lebih bermakna dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Dari penjelasan pengerjaan soal evaluasi diperoleh nilai siklus II, seperti berikut ini :

Tabel 12.

Data Hasil Belajar Siswa Siklus II

Jumlah siswa Persentase Rata-Rata skor Tuntas Belum

tuntas

Tuntas Belum tuntas

27 8 77% 23% 82,57

Berdasarkan tabel diatas dapat dijabarkan sebagai berikut, dari 35 siswa sebanyak 27 siswa atau 77% sudah tuntas atau mencapai KKM. Sebanyak 8 siswa atau 23% belum tuntas atau belum mencapai KKM, dan rata-rata skor sebanyak 82,57. Untuk memperjelas pemaparan tabel di atas dapat dilihat pada diagram berikut ini :


(78)

63

Gambar 12.

Diagram Pencapaian KKM Siklus II

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 13.

Daftar Nilai Hasil Belajar Siklus I dengan Siklus II. Rata-rata

skor

Ketuntasan Persentase

I II

Siklus I SikluS II Siklus I Siklus II

T BT T BT T BT T BT

60,71 82,57 9 26 27 8 26% 74% 77% 23% Keterangan :

T : Tuntas

BT : Belum Tuntas

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus I hal ini dapat dibuktikan pada rata-rata skor meningkat, pada siklus I hanya 9 orang siswa yang tuntas dan sebanyak 26 orang siswa belum tuntas, sedangkan di siklus ke II sebanyak 27 orang siswa yang tuntas dan 8 orang siswa yang belum tuntas. Untuk memperjelas tabel di atas dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Siklus II

Tuntas


(79)

64 Gambar 13.

Diagram peningkatan jumlah siswa yang telah mencapai KKM

b.Hasil Observasi Siklus II

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa pada pelajaran Matematika dengan menggunakan media garis bilangan pada siklus II secara umum sudah berjalan dengan baik dan mengalami peningkatan dari pada pertemuan sebelumnya.

1) Aktivitas Guru

Observasi aktivitas guru siklus II dilakukan dalam dua pertemuan, yaitu pertemuaan I dan 2. Hasil observasi pada setiap pertemuan tersebut adalah sebagai berikut :

Pertemuan I

kegiatan yang diamati meliputi seluruh aspek yang ada pada lembar observasi. Aspek tersebut meliputi 4 aspek yaitu, kesederhanaan yang terdiri dari 3 indikator, keterpaduan yang terdiri dari 2 indikator, penekanan yang terdiri dari 7 indikator, dan keseimbangan terdiri dari 3 indikator.

Pada akvitas aspek kelayakan guru pada indikator pertama mendapatkan skor 3 yang berarti sangat baik, sebab guru telah menyajikan media cukup

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%

Siklus I Siklus II

Tuntas


(1)

123

Perbandingan Nilan Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

No Nama Nilai Ketuntasan Nilai Ketuntasan Nilai Ketuntasan Pra

Siklus

T BT Siklus I

T BT Siklus II

T BT

1 S S 50 √ 80 √ 70 √

2 A B D 35 √ 60 √ 95 √

3 A M P 35 √ 50 √ 95 √

4 D R 40 √ 75 √ 95 √

5 R E F 25 √ 65 √ 95 √

6 A N 40 √ 70 √ 85 √

7 A T 40 √ 70 √ 95 √

8 A G 20 √ 45 √ 60 √

9 A M 60 √ 70 √ 85 √

10 D H 35 √ 60 √ 100 √

11 D L 35 √ 55 √ 80 √

12 F R H 0 √ 0 √ 70 √

13 D R R 25 √ 50 √ 70 √

14 D M P 60 √ 85 √ 80 √

15 D R F 50 √ 85 √ 95 √

16 F D N 20 √ 75 √ 0 √

17 FHN 50 √ 55 √ 75 √

18 G W 35 √ 60 √ 60 √

19 H H P 45 √ 55 √ 100 √

20 K D P 50 √ 65 √ 90 √

21 L R 50 √ 55 √ 100 √

22 M I H 60 √ 90 √ 85 √

23 M DW 35 √ 90 √ 65 √

24 M H R 90 √ 80 √ 85 √

25 N R 55 √ 50 √ 95 √

26 N D S 80 √ 0 √ 95 √

27 N S S 70 √ 70 √ 90 √

28 N P R 20 √ 60 √ 100 √

29 R F K 20 √ 50 √ 95 √

30 R A D 35 √ 60 √ 75 √

31 R S P 50 √ 0 √ 95 √

32 S A 60 √ 70 √ 95 √

33 S N R 60 √ 100 √ 100 √

34 F F 35 √ 45 √ 75 √

35 P M 20 √ 60 √ 45 √

Jumlah 1490 2 33 2125 9 26 2890 27 8


(2)

124

LAMPIRAN 5


(3)

(4)

(5)

(6)