Hubungan antara Asupan Piridoksin B

fungsi sel transmisi saraf, kontraksi otot, dan penggumpulan darah, mengatur kerja hormon, dan faktor pertumbuhan Almatsier, 2010. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,011 0,05, yang menunjukan bahwa Ho ditolak atau hipotesis penelitian diterima yaitu ada hubungan antara asupan kalsium dengan kejadian PMS. Artinya siswi yang memiliki konsumsi kalsium kurang berpeluang untuk mengalami PMS gejala sedang hingga berat. Hal ini sejalan dengan penelitian Nurmalasari 2013, Nurmiaty 2011, dan Kusumatutik 2013 yang menemukan bahwa kalsium berhubungan dengan PMS. Sebab kalsium memiliki peran dalam meringankan dan menekan resiko terjadinya gejala PMS. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tabel 5.12 pun ditemukan bahwa dari 105 orang yang memiliki asupan kalsium kurang, terdapat 37,1 yang mengalami PMS dengan gejala sedang hingga berat. Sedangkan dari 22 orang yang memiliki asupan kalsium cukup, hanya 9,1 yang mengalami gejala sedang hingga berat. Hal ini menunjukan bahwa cenderung siswi yang memiliki asupan kalsium kurang lebih banyak yang mengalami PMS gejala sedang hingga berat dibandingkan dengan siswi yang memiliki asupan kalsium cukup. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Thys-Jacobs 2000 diketahui bahwa kalsium merupakan salah satu mineral yang terbukti secara signifikan menghasilkan 50 pengurangan dari gejala PMS, seperti gangguan mood dan perilaku, kegelisahan, hidrasi, depresi, dan mual. Namun kalsium sangat bergantung pada hormon estrogen, karena estrogen mempengaruhi metabolisme kalsium dan penyerapan kalsium di dalam usus Thys-Jacobs, 2000. Perubahan kalsium di dalam tubuh hipokalsemia dan hiperkalsemia juga telah lama dikaitkan dengan banyak gejala PMS, seperti depresi dan kecemasan. Hal ini dikarenakan kalsium juga memiliki efek terhadap metabolisme dan regulasi serotonin Thys-Jacobs, 2000. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian khusus terhadap asupan kalsium pada siswi di SMA 112 Jakarta. Perhatian tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan asupan sumber kalsium, seperti susu dan hasilnya, minimal 1 gelashari. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil recall diketahui konsumsi susu dan hasilnya pada sebagian besar siswi SMA 112 Jakarta masih jarang, karena lebih cenderung mengonsumsi minuman ringan. Sehingga diperlukan pula pengurangan konsumsi minuman ringan, yang digantikan dengan konsumsi susu.

11. Hubungan antara Asupan Magnesium Mg dengan Kejadian

Sindrom Pramenstruasi pada Siswi SMA 112 Jakarta Tahun 2015 Magnesium atau Mg adalah kation nomor dua paling banyak setelah natrium di dalam cairan interselular dan banyak terlibat pada berbagai proses metabolisme Almatsier, 2010. magnesium memegang peranan penting dalam 300 jenis sistem enzim di dalam tubuh, karena magnesium bertindak di dalam semua sel jaringan lunak sebagai katalisator , termasuk metabolisme zat gizi makro Almatsier, 2010. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh pvalue = 0,183 0,05, yang menunjukan bahwa Ho diterima atau hipotesis penelitian ditolak yaitu tidak ada hubungan antara asupan magnesium dengan kejadian PMS. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nurmiaty 2011, Pujihastuti 2012, Septiani 2009, dan Kusumatutik 2013. Meskipun asupan magnesium tidak berhubungan dengan PMS, namun terlihat bahwa cenderung siswi yang memiliki asupan magnesium kurang, lebih banyak yang mengalami PMS. Hal ini terlihat dari tabel distribusi frekuensi tabel 5.13, dari 103 orang yang memiliki asupan magnesium kurang, terdapat 35,0 yang mengalami PMS dengan gejala sedang hingga berat. Sedangkan dari 24 orang yang memiliki asupan magnesium cukup, terdapat 20,8 yang mengalami gejala sedang hingga berat. Tidak adanya hubungan antara asupan magnesium dengan PMS dapat disebabkan adanya faktor hormonal yang lebih dominan, yaitu estrogen, karena hormon estrogen dapat mempengaruhi metabolisme dari magnesium Thys-Jacobs, 2000. Hal tersebut juga mungkin dapat dikarenakan siswi SMA 112 Jakarta masih memiliki cadangan magnesium yang cukup di dalam tubuh. Sehingga apabila asupan kurang, tubuh akan secara otomatis mengeluarkan cadangan tersebut, sehingga kadar di dalam darah tetap stabil. Di samping itu pada konsumsi magnesium yang rendah tubuh akan mengabsorpsi sebanyak 60 dari asupan magnesium, sedangkan pada konsumsi