Kong Hu Cu Konfusianisme

keluarga, penghormatan anak kepada orang tua memegang peranan kunci, karena itu dikembangkan konsep kesalehan sang anak. Kewajiban para anak kepada orang tua merupakan sumber seluruh kebajikan. Perwujudan materi secara real menjadi tuntutan mitos rasa bakti anak kepada orang tua. Namun, dalam perkembangannya, ungkapan rasa bakti ini tidak hanya dalam bentuk materi, tetapi dapat berubah pada segala upaya untuk dapat memperoleh sesuatu yang memiliki nilai tinggi, seperti dalam bentuk keinginan untuk mencapai sesuatu yang terbaik menge nai cita-cita, pekerjaan, pemilikan suatu benda, status sosial, dan sebagainya. Dengan berjalannya waktu, ajaran-ajaran Konfusius yang membentuk sifat dan perilaku manusia Cina banyak mendapat bias tanpa lagi mengetahui makna nilai primernya. Seperti ajaran bakti kepada orang tua, akan melahirkan manusia Cina yang rajin bekerja, dalam kasus-kasus tertentu menjadi workaholic atau materialistis, sehingga mereka menjadi kaya.

c. Budhisme Budha

Menurut Hariyono 1993, tema pokok ajaran Budha adalah bagaimana menghindarkan penderitaan umat manusia di dunia. Ajaran Budha meyakini bahwa roda kehidupan ada di tangan “mara” yang merupakan akar kejahatan. Untuk itu, manusia harus membebaskan diri dari kejahatan, yang juga berarti membebaskan diri dari penderitaan, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dengan cara melakukan tindakan yang benar, yaitu mencari pengetahuan, kehendak yang benar, perkataan yang benar, perilaku yang baik, ucapan yang benar, pikiran yang benar dan renungan yang benar. Agama adalah bagian yang tidak terpisahkan dari tradisi budaya masyarakat Cina. Paham Tao banyak dihubungkan dengan nasib manusia, yaitu manusia sebagai individu dalam hubungannya dengan alam semesta, sedangkan paham Budha dikaitkan dengan hubungan manusia sebagai individu dengan keadaan masa depan, yaitu Nirwana dan alam semesta Husodo, 1985. Kong Hu Cu mengajarkan hubungan antar manusia yang memupuk sikap orang Cina untuk mencintai keluarga dan dunia. Kemudian ajaran Konghucu bercampur dengan spiritisme tradisional menghasilkan budaya kekeluargaan yang kuat dimana keluarga menjadi basis pelestarian tradisi dan budaya. Budhisme yang masuk tidak bertentangan dengan ajaran Taoisme maupun Konfusionisme sehingga mudah diterima oleh orang Cina dan mencampuradukkan ketiga ajaran tersebut menjadi satu. Dari latar belakang tradisi dan agama itu dapat melihat mengapa orang-orang Cina mewarisi tradisi budaya kekeluargaan yang kuat, disamping sifat-sifat jalan tengah yang dipraktekkan.

3. Orientasi Nilai Budaya Etnis Cina

Berbicara mengenai nilai berbudaya, akan digunakan kerangka kajian C. Kluckhon dan F. Kluckhon dalam Koentjaraningrat, 2000, yang membagi nilai budaya dalam lima kategori yaitu: hakekat hidup, hakekat kerja, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI