Pembagian Etnis Cina Etnis Cina

menggunakan bahasa setempat. Dalam hal ini mereka telah mengalami proses akulturasi dengan kebudayaan dimana mereka dilahirkan dan dibesarkan. Seorang peranakan biasanya, tapi tidak selalu, dilahirkan dari perkawinan campuran dengan orang pribumi Tan, 1981. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembagian tersebut lebih didasarkan pada derajat penyesuaian dan akulturasi terhadap kebudayaan Indonesia, dan derajat akulturasi itu juga tergantung kepada jumlah generasi yang telah menetap. Lebih lanjut Vasanty 1979 menambahkan bahwa proses akulturasi sangat kurang di tempat-tempat di Indonesia seperti halnya di Kalimantan Barat dan Sumatra Timur. Hal ini dipertegas Skinner 1981 yang menyatakan bahwa sangat sedikit hal yang bisa orang Tionghoa temui pada kebudayaan penduduk pribumi Kalimantan. Walaupun banyak di antara orang Tionghoa di Kalimantan Barat dan Sumatra Timur itu mungkin sudah banyak juga yang lahir di Indonesia, tetapi mereka masih akan disebut orang Tionghoa totok oleh orang Indonesia Vasanty, 1979. Untuk di Kalimantan barat, salah satu yang memperkuat hal tersebut adalah penggunaan bahasa Cina sebagai bahasa pergaulan bagi masyarakat etnis Cina di daerah tersebut. Dengan demikian, etnis Cina yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah etnis Cina yang termasuk dalam golongan Cina totok, karena mereka masih berorientasi pada kebudayaan Cina dan tidak merupakan hasil perkawinan campuran dengan orang pribumi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Ajaran-ajaran Yang Mempengaruhi Etnis Cina

Telah disebutkan sebelumnya bahwa segala sepak terjang, perilaku, sikap dan tindakan manusia berakar pada pengaruh tradisi dan nilai- nilai budaya yang masih atau pernah mengaturnya. Oleh karena itu, pada bagian ini akan dibahas bagian dari budaya yang merupakan pedoman bagi seluruh etnis Cina di Indonesia. Dalam pembahasan tentang budaya Cina ini, tidak akan dibedakan antara budaya totok atau peranakan, melainkan akan diambil nilai yang rata-rata dianut dan menjadi pedoman hidupnya. Hal ini dikarenakan meskipun berbeda, keduanya memiliki akar yang sama dan dibedakan dengan kultur yang lain. Hariyono 1993 berpendapat bahwa kebudayaan dan kehidupan suatu masyarakat banyak dipengaruhi oleh sistem kepercayaannya. Husodo 1985 berpendapat bahwa ajaran-ajaran yang banyak memberikan pengaruh pada perkembangan dasar berpikir, pendangan hidup, dan filsafat orang-orang Cina adalah Budhisme, Taoisme, dan Konfusionisme. Menurut Hariyono 1993, diantara ketiga kepercayaan tersebut, ajaran Konfusianisme atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kong Hu Cu diyakini paling berpengaruh dan mendarah daging dalam kehidupan orang Cina sehari- hari. Ajaran ini juga diduga menyumbangkan kekhasan kultur Cina dan banyak mempengaruhi pola pikir orang Cina. a. Tao Taoisme Menurut Hidajat 1977, Taoisme merupakan ajaran pertama bagi orang Cina, yang merupakan suatu spekulasi filsafat. Dalam ajaran Taoisme, tempat individu tidak begitu penting jika dibandingkan kepentingan keluarga, dan keluarga merupakan struktur dasar sosial. Kewajiban seseorang bukan langsung untuk dirinya sendiri dan bukan untuk bangsa atau negara, tetapi hanya diperuntukkan bagi keluarga besarnya. Keluarga merupakan tempat perlindungan dari segala pengaruh luar dan hubungan kekeluargaan terjalin sangat erat serta dekat, menyebabkan pengaruh dari luar sulit sekali mempengaruhi tata kehidupan orang Cina. Oleh karena itu menurut Husodo 1985 bangsa Cina selalu menjaga kemurnian rasnya dan menutup diri dari pengaruh ras lain. Lebih lanjut Husodo menjelaskan bahwa rasa kesatuan dalam keluarga ini merupakan modal utama dalam perjuangan hidup dimana mereka berada. Menurut Hariyono 1993 ajaran Taoisme banyak mempengaruhi orang Cina mengenai hidup sederhana, Jalan Tengah hubungan keseimbangan yang mengatasi dua dikotomi yang berjauhan dan penyesuaian diri dengan lingkungan sehingga manusia dapat hidup di manapun dia berada.

b. Kong Hu Cu Konfusianisme

Hariyono 1993 mengungkapkan pada dasarnya Konfusius mengajarkan moralitas yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Selain moralitas individu, moralitas keluarga merupakan ajaran yang cukup mencolok pada ajaran Konfusianisme. Keluarga memang merupakan lembaga yang penting dalam pandangan Konfusius, karena keluarga merupakan satuan dasar masyarakat yang terpenting. Selanjutnya dalam