sebagai sesuatu yang luhur bagi eksistensi manusia, maka etos kerjanya akan mendalam, orang akan bekerja keras dan berusaha mencapai hasil terbaik.
Begitu pula sebaliknya, apalagi kalau sama sekali tidak ada pandangan dan sikap terhadap kerja, maka etos kerja itu dengan sendirinya kurang mendalam,
orang tidak akan bersungguh-sungguh dalam bekerja. Hal serupa juga diungkapkan Rahardjo 1992 bahwa secara sederhana etos kerja dapat
diartikan sebagai suatu pola sikap, yang sudah mendasar, yang sudah mendarah daging, yang mempengaruhi perilaku secara konsisten, dan terus
menerus. Di dalam situasi pembangunan ekonomi seperti sekarang, maka apa yang disebut etos kerja mengandung konotasi yang positif, tidak ada yang
negatif. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas mengenai etos kerja, dapat
disimpulkan bahwa etos kerja adalah cara pandang, sikap dan nilai yang dimiliki seseorang, kelompok atau bangsa terhadap kerja secara positif yang
ditunjukkan dalam bentuk verbal dan perilaku.
2. Indikator Etos Kerja
Cherrington dalam Nugroho, 1998 menyatakan ada tiga indikator dalam etos kerja, yaitu :
a. Kerja sebagai kewajiban moral
Konsep kerja sebagai kewajiban moral menurut Cherrington dalam Prihananti, 2000 didasarkan pada perasaan bahwa orang itu harus
bekerja dan memberikan layanan kepada masyarakat atau orang lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lebih lanjut Anoraga dan Suyati 1995 menjelaskan bahwa bekerja adalah kewajiban dan dambaan bagi setiap orang untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan kehidupan sepanjang masa. Menurut Anoraga dan Widiyanti 1990 dalam pandangan modern
dalam melihat kerja menyatakan bahwa moral dari pekerjaan dan pegawai tidak mempunyai kaitan langsung dengan kondisi fisik atau material dari
pekerjaan. Pekerjaan yang betapapun berat, berbahaya, akan dilaksanakan dengan senang hati oleh satu tim kerja yang memiliki solidaritas kelompok
yang kokoh dan moral tinggi. Dengan demikian, kerja merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari kehidupan manusia, maka selama manusia hidup ia harus bekerja. Kerja merupakan bagian paling dasar dari kehidupan manusia yang dapat
memberikan status dari masyarakat, juga mengikat individu lain, sehingga mampu memberi isi dan makna dari kehidupan manusia yang
bersangkutan. Kerja sebagai kewajiban moral menurut berbagai agama sesuai
dengan ajaran pada masing- masing agama. Dalam Kristen Protestan dengan Etika Protestantisme, yang mengajarkan bahwa kekayaan yang
diperoleh usahawan adalah tanda bahwa usaha kerja seseorang berkenaan di hati Tuhan sehingga kekayaan itu tidak lain ialah bentuk pahala dari
Tuhan Kartodirdjo, 1994. Menurutnya, di sini terlihat jelas kerja orang mempunyai nilai moral tinggi. Pada agama Islam, bekerja merupakan
upaya untuk mengaktualisasikan diri sebagai hamba Allah dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI