Kerja sebagai kewajiban moral

Lebih lanjut Anoraga dan Suyati 1995 menjelaskan bahwa bekerja adalah kewajiban dan dambaan bagi setiap orang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan sepanjang masa. Menurut Anoraga dan Widiyanti 1990 dalam pandangan modern dalam melihat kerja menyatakan bahwa moral dari pekerjaan dan pegawai tidak mempunyai kaitan langsung dengan kondisi fisik atau material dari pekerjaan. Pekerjaan yang betapapun berat, berbahaya, akan dilaksanakan dengan senang hati oleh satu tim kerja yang memiliki solidaritas kelompok yang kokoh dan moral tinggi. Dengan demikian, kerja merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, maka selama manusia hidup ia harus bekerja. Kerja merupakan bagian paling dasar dari kehidupan manusia yang dapat memberikan status dari masyarakat, juga mengikat individu lain, sehingga mampu memberi isi dan makna dari kehidupan manusia yang bersangkutan. Kerja sebagai kewajiban moral menurut berbagai agama sesuai dengan ajaran pada masing- masing agama. Dalam Kristen Protestan dengan Etika Protestantisme, yang mengajarkan bahwa kekayaan yang diperoleh usahawan adalah tanda bahwa usaha kerja seseorang berkenaan di hati Tuhan sehingga kekayaan itu tidak lain ialah bentuk pahala dari Tuhan Kartodirdjo, 1994. Menurutnya, di sini terlihat jelas kerja orang mempunyai nilai moral tinggi. Pada agama Islam, bekerja merupakan upaya untuk mengaktualisasikan diri sebagai hamba Allah dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menempatkan diri sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik atau dapat juga dikatakan bahwa hanya dengan bekerja manusia memanusiakan dirinya Tasmara, 1994. Dalam tradisi Buddhisme dan Hinduisme, kerja adalah sebuah panggilan suci, kewajiban suci, tugas sakral untuk mengerjakan sesuatu atau disebut dengan dharma Sinamo, 1992. Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kerja sebagai kewajiban moral adalah menganggap kerja sebagai hal yang penting dalam kehidupan manusia. Bekerja tidak hanya dimaksudkan untuk mencari kekayaan ekonomis semata-mata, akan tetapi juga membuat hidup berguna bagi diri sendiri dan orang lain serta berhubungan dengan Tuhan. Oleh karena itu, meskipun kekayaan ekonomis dan materi telah terpenuhi, orang akan tetap bekerja.

b. Disiplin kerja tinggi

Gani seperti dikutip oleh Prihananti 2000 menyatakan etos kerja sangat erat dengan disiplin kerja bahkan sangat identik. Disiplin yang tinggi merupakan salah satu hal yang harus dimiliki untuk dapat memantapkan suatu etos kerja Manullang, 1997. Kedisiplinan adalah sikap batin, sebuah kebebasan untuk melakukan sesuatu yang dinilainya tepat dan benar Harsanto, 1997. Ismael 1989 menyatakan bahwa disiplin merupakan ekspresi kedewasaan, suatu sikap tanggung jawab terhadap tingkah laku sendiri. Disiplin yang sesuai bagi seorang dewasa berlandaskan pada kesadaran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI diri sendiri, dan bukan suatu paksaan dari luar. Setiap bentuk paksaan dari luar hanya dapat berlangsung untuk sementara waktu saja. Selanjutnya, untuk dapat berdisiplin diri, seseorang perlu menyediakan diri untuk bertanggung jawab dalam suatu tugas atau pekerjaan. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, disiplin adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan baik yang tertulis atau tidak Nitisemito, 1982. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa disip lin kerja merupakan salah satu hal penting dalam etos kerja, yang diwujudkan dengan sikap dan tingkah laku yang penuh tanggung jawab dalam suatu tugas dan pekerjaan, atas kesadaran diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang dianggap tepat dan benar sesuai dengan peraturan baik tertulis atau tidak, sebagai ekspresi dari kedewasaan.

c. Bangga akan hasil karyanya

Indikator ketiga ini terkait dengan perasaan bangga. Perasaan biasanya didefinisikan sebagai gejala psikis yang bersifat subyektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal, dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf Suryabrata, 1982. Perasaan bersifat subyektif, yang artinya banyak dipengaruhi oleh keadaan diri seseorang, sehingga apa yang dirasakan oleh seseorang belum tentu sama dengan apa yang dirasakan orang lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI