beberapa faktor yang penting. Antaranya, Parameswara telah mengambil kesempatan untuk menjalinkan hubungan baik dengan negara
Cina ketika
Laksamana Yin Ching
mengunjungi Melaka pada tahun 1402. Malah, salah seorang daripada sultan Melaka telah menikahi seorang putri dari
negara Cina yang bernama Putri Hang Li Po. Hubungan erat antara Melaka dengan Cina telah memberi banyak manfaat kepada Melaka.
Melaka mendapat perlindungan dari negara Tiongkok yang merupakan sebuah kuasa besar di dunia untuk mengelakkan serangan
Siam .
Malaka diserang pasukan Portugis
di bawah pimpinan Alfonso de
Albuquerque pada
10 Agustus 1511
dan berhasil direbut pada 24 Agustus
1511 . Sultan Mahmud Syah melarikan diri ke
Bintan dan mendirikan
ibukota baru di sana. Pada tahun 1526
Portugis membumihanguskan Bintan, dan Sultan kemudian melarikan diri ke
Kampar , tempat dia wafat
dua tahun kemudian. Putranya Muzaffar Syah kemudian menjadi sultan Perak
, sedangkan putranya yang lain Alauddin Riayat Syah II mendirikan kerajaan baru yaitu
Johor . Berikut nama-nama raja-raja Malaka, antara
lain:
1.
Parameswara 1402-1424
2.
Sultan Muhammad Syah 1424-1444
3.
Sultan Muzaffar Syah 1444-1459
4.
Sultan Mansur Syah 1459-1477
5.
Sultan Alauddin Riayat Syah 1477-1488
6.
Sultan Mahmud Syah 1488-1528
c.
Kesultanan Aceh abad ke-16
- 1903
Kesultanan Aceh Darussalam berdiri menjelang keruntuhan dari Samudera Pasai
yang pada tahun 1360
ditaklukkan oleh Majapahit
hingga kemundurannya di
abad ke-14 . Kesultanan Aceh terletak di utara pulau
Sumatera dengan ibu kota Kutaraja
Banda Aceh dengan sultan
pertamnya adalah Sultan Ali Mughayat Syah
yang dinobatkan pada pada Ahad, 1 Jumadil awal
913 H
atau pada tanggal 8 September
1507 . Dalam
sejarahnya yang panjang itu 1496
- 1903
, Aceh telah mengukir masa lampaunya dengan begitu megah dan menakjubkan, terutama karena
kemampuannya dalam mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, komitmennya dalam menentang imperialisme bangsa Eropa,
sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, hingga kemampuannya dalam menjalin
hubungan diplomatik dengan negara lain.
1. Sejarah Awal mula
Kesultanan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah
pada tahun
1496 . Diawal-awal masa pemerintahannya wilayah Kesultanan
Aceh berkembang hingga mencakup Daya
, Deli
, Pedir
, Pasai
, dan Aru
. Pada tahun
1528 , Ali Mughayat Syah digantikan oleh putera sulungnya
yang bernama Salahuddin
, yang kemudian berkuasa hingga tahun 1537
. Kemudian Salahuddin digantikan oleh
Sultan Alauddin Riayat Syah al- Kahar
yang berkuasa hingga tahun 1568
.
Buku Pedoman Siswa Sejarah Kebudayaan Islam
2. Masa kejayaan
Kesultanan Aceh mengalami masa keemasan pada masa kepemimpinan
Sultan Iskandar Muda 1607
- 1636
. Pada masa kepemimpinannya, Aceh telah berhasil memukul mundur kekuatan
Portugis dari selat Malaka. Kejadian ini
dilukiskan dalam La Grand Encyclopedie
bahwa pada tahun 1582, bangsa Aceh
sudah
meluaskan pengaruhnya
atas pulau-pulau Sunda
Sumatera, Jawa dan Borneo serta atas
sebagian
tanah Semenanjung Melayu.
Selain itu Aceh juga melakukan hubungan diplomatik dengan semua bangsa yang melayari
Lautan Hindia. Pada tahun 1586, kesultanan Aceh melakukan penyerangan terhadap Portugis di Melaka dengan armada yang terdiri
dari 500 buah kapal perang dan 60.000 tentara laut. Serangan ini dalam upaya memperluas dominasi Aceh atas
Selat Malaka dan semenanjung
Melayu. Walaupun Aceh telah berhasil mengepung Melaka dari segala penjuru, namun penyerangan ini gagal dikarenakan adanya
persekongkolan antara Portugis dengan kesultanan Pahang
. Dalam lapangan pembinaan kesusasteraan dan ilmu agama, Aceh
telah melahirkan beberapa ulama ternama, yang karangan mereka menjadi rujukan utama dalam bidang masing-masing, seperti
Hamzah Fansuri
dalam bukunya Tabyan Fi Marifati al-U Adyan, Syamsuddin
al-Sumatrani dalam bukunya Miraj al-Muhakikin al-Iman,
Nuruddin ar- Raniry
dalam bukunya Sirat al-Mustaqim, dan Syekh Abdul Rauf
Singkili dalam bukunya Miraj al-Tulabb Fi Fashil.
3. Kemunduran
Kemunduran Kesultanan Aceh bermula sejak kemangkatan Sultan Iskandar Tsani pada tahun 1641. Kemunduran Aceh disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya ialah makin menguatnya kekuasaan Belanda di pulau Sumatera dan Selat Malaka, ditandai dengan jatuhnya
wilayah Minangkabau, Siak, Deli dan Bengkulu kedalam pangkuan penjajahan Belanda. Faktor penting lainnya ialah adanya perebutan
kekuasaan diantara pewaris tahta kesultanan.
Traktat London yang ditandatangani pada 1824 telah memberi
kekuasaan kepada Belanda untuk menguasai segala kawasan BritishInggris di Sumatra sementara Belanda akan menyerahkan segala
kekuasaan perdagangan mereka di India dan juga berjanji tidak akan menandingi BritishInggris untuk menguasai Singapura.
Pada akhir Nopember 1871, lahirlah apa yang disebut dengan Traktat Sumatera
, dimana disebutkan dengan jelas Inggris wajib
Buku Pedoman Siswa Sejarah Kebudayaan Islam
Gbr. Masjid Raya Baiturrahman
Sumber http:id.wikipedia.orgwiki
berlepas diri dari segala unjuk perasaan terhadap perluasan kekuasaan Belanda di bagian manapun di Sumatera. Pembatasan-pembatasan
Traktat London 1824 mengenai Aceh dibatalkan. Sejak itu, usaha- usaha untuk menyerbu Aceh makin santer disuarakan, baik dari negeri
Belanda maupun Batavia. Setelah melakukan peperangan selama 40 tahun, Kesultanan Aceh akhirnya jatuh ke pangkuan kolonial Hindia-
Belanda. Sejak kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Aceh menyatakan bersedia bergabung ke dalam Republik indonesia atas
ajakan dan bujukan dari
Soekarno kepada pemimpin Aceh
Tengku Muhammad Daud Beureueh
saat itu
.
4. Gelar-Gelar yang Digunakan dalam Kerajaan Aceh