penyakit syaraf sehingga tahta beralih ke putra sulung Mas Jolang yang bernama
Mas Rangsang .
2. Sultan Agung
Sesudah naik tahta Mas Rangsang bergelar Sultan Agung Hanyokrokusumo atau lebih dikenal dengan sebutan
Sultan Agung .
Pada masanya Mataram berekspansi untuk mencari pengaruh di Jawa. Wilayah Mataram mencakup Pulau Jawa dan Madura kira-kira
gabungan Jawa Tengah
, DIY
, dan Jawa Timur
sekarang. Ia memindahkan lokasi kraton ke
Kerta Jw. kertå, maka muncul
sebutan pula Mataram Kerta. Akibat terjadi gesekan dalam penguasaan perdagangan antara
Mataram dengan
VOC yang berpusat
di Batavia
, Mataram lalu berkoalisi dengan Kesultanan Banten
dan Kesultanan Cirebon
dan terlibat dalam beberapa peperangan antara Mataram melawan VOC. Setelah wafat dimakamkan di
Imogiri , ia
digantikan oleh putranya yang bergelar Amangkurat
Amangkurat I.
3. Terpecahnya Mataram
Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke
Pleret 1647,
tidak jauh dari Kerta. Selain itu, ia tidak lagi menggunakan gelar sultan, melainkan sunan dari Susuhunan atau Yang Dipertuan.
Pemerintahan Amangkurat I kurang stabil karena banyak ketidakpuasan dan pemberontakan. Pada masanya, terjadi pemberontakan besar yang
dipimpin oleh
Trunajaya dan memaksa Amangkurat bersekutu dengan
VOC. Ia wafat di Tegalarum
1677 ketika mengungsi sehingga dijuluki Sunan Tegalarum. Penggantinya, Amangkurat II Amangkurat Amral,
sangat patuh pada VOC sehingga kalangan istana banyak yang tidak puas dan pemberontakan terus terjadi. Pada masanya, kraton
dipindahkan lagi ke
Kartasura 1680, sekitar 5km sebelah barat Pajang
karena kraton yang lama dianggap telah tercemar. Pengganti Amangkurat II berturut-turut adalah Amangkurat III
1703-1708, Pakubuwana I 1704-1719, Amangkurat IV 1719-1726, Pakubuwana II 1726-1749. VOC tidak menyukai Amangkurat III
karena menentang VOC sehingga VOC mengangkat Pakubuwana I Puger sebagai raja. Akibatnya Mataram memiliki dua raja dan ini
menyebabkan perpecahan internal. Amangkurat III memberontak dan menjadi king in exile hingga tertangkap di
Batavia lalu dibuang ke
Ceylon .
Kekacauan politik baru dapat diselesaikan pada masa Pakubuwana III setelah pembagian wilayah Mataram menjadi dua yaitu
Kesultanan Ngayogyakarta dan
Kasunanan Surakarta tanggal
13 Februari
1755 . Pembagian wilayah ini tertuang dalam
Perjanjian Giyanti
nama diambil dari lokasi penandatanganan, di sebelah timur kota
Karanganyar , Jawa Tengah. Berakhirlah era Mataram sebagai satu
kesatuan politik dan wilayah. Walaupun demikian sebagian masyarakat Jawa beranggapan bahwa
Kesultanan Yogyakarta dan
Kasunanan Surakarta
adalah ahli waris dari Kesultanan Mataram.
4. Peristiwa Penting
1558 :
Ki Ageng Pemanahan dihadiahi wilayah
Mataram oleh
Sultan Pajang Adiwijaya atas jasanya
Buku Pedoman Siswa Sejarah Kebudayaan Islam
mengalahkan Arya Penangsang
. 1577
: Ki Ageng Pemanahan membangun istananya di Pasargede atau Kotagede.
1584 : Ki Ageng Pemanahan meninggal. Sultan Pajang
mengangkat Sutawijaya
, putra Ki Ageng Pemanahan sebagai penguasa baru di Mataram,
bergelar Ngabehi Loring Pasar karena rumahnya di utara pasar.
1587 : Pasukan
Kesultanan Pajang yang akan menyerbu
Mataram porak-poranda diterjang badai letusan Gunung Merapi
. Sutawijaya dan pasukannya selamat.
1588 : Mataram menjadi kerajaan dengan
Sutawijaya sebagai
Sultan , bergelar Senapati Ingalaga Sayidin
Panatagama artinya Panglima
Perang dan
Ulama Pengatur Kehidupan Beragama.
1601 :
Panembahan Senopati wafat dan digantikan
putranya, Mas Jolang
yang bergelar Panembahan Hanyakrawati dan kemudian dikenal sebagai
Panembahan Seda ing Krapyak karena wafat saat berburu jawa: krapyak.
1613 : Mas Jolang wafat, kemudian digantikan oleh
putranya Pangeran Aryo Martoputro
. Karena sering sakit, kemudian digantikan oleh kakaknya
Raden Mas Rangsang
. Gelar pertama yang digunakan adalah Panembahan Hanyakrakusuma atau Prabu
Pandita Hanyakrakusuma. Setelah Menaklukkan Madura beliau menggunakan gelar Susuhunan
Hanyakrakusuma. Terakhir setelah 1640-an beliau menggunakan gelar bergelar Sultan Agung
Senapati Ingalaga Abdurrahman
1645 :
Sultan Agung wafat dan digantikan putranya
Susuhunan Amangkurat I
. 1645
- 1677
: Pertentangan dan perpecahan dalam keluarga kerajaan Mataram, yang dimanfaatkan oleh
VOC .
1677 : Trunajaya merangsek menuju Ibukota Pleret.
Susuhunan Amangkurat I mangkat. Putra Mahkota dilantik menjadi Susuhunan Amangkurat II di
pengasingan. Pangeran Puger yang diserahi tanggung jawab atas ibukota Pleret mulai
memerintah dengan gelar Susuhunan Ing Ngalaga.
Buku Pedoman Siswa Sejarah Kebudayaan Islam
2. Kerajaan Islam di Sumatera, Malaka dan Aceh