a. Anak yang baru lahir jika bayi laki-laki segera diadzankan sedang bayi perempuan diiqomahkan. Khusus bayi perempuan
lidahnya ditetesi madu dengan menggunakan kain yang maksudnya agar anak tersebut memiliki kata-kata semanis
madu.
b. Beberapa hari setelah kelahiran diadakan aqiqoh sesuai ajaran Islam, bagi laki-laki disembelihkan 2 ekor kambing dan bagi
bayi perempuan 1 ekor kambing, selain diaqiqohi juga dilakukan pemotongan rambut sekaligus diberi nama.
c. Ketika bayi berusia 3 bulan diadakan upacara mengayun budak. Bagi bayi perempuan telinganya ditindik untuk dipasang
perhiasan. d. Pada usia 6 bulan diadakan upacara turun tanah mudun lemah
yaitu ketika bayi menjejakkan kakinya pertama kali di tanah. e. Pada usia 7 tahun orang tua mengantarkan ke Guru ngaji untuk
belajar Al Qur’an, bersila dan menari zapin. f. Khitanan bersunat jika sudah khatam ngajinya dengan
diadakan pesta perayaan yang dimeriahkan dengan kesenian gazal dan langgam.
3. Adat Minang
Menurut adat Minang, bahwa anak laki-laki yang akil baligh harus segera dikhitan dan belajar mengaji. Adapun bagi anak perempuan
yang masuk usia dewasa diadakan upacara merias rambut menata konde terutama ketika pertama kali mendapati haid.
4. Adat Bugis
Di Bugis ada jenis tarian adat yang disebut tari pergaulan yang dimainkan secara berkelompok baik laki-laki maupun perempuan
saja. Tari pergaulan ini disajikan dalam berbagai upacara seperti pernikahan, khitanan atau hajatan lainnya yang bertujuan
memeriahkan jalannya upacara.
5. Adat Madura
Madura memiliki kesenian adat seperti sandur yang berarti nyanyian ritual, meniru suara gamelan dengan mulut dan tata cara
bersenandung menghibur diri. Di Bangkalan, Sandur berarti pertunjukan teater komedi yang dahulu disebut slabadan yang
belakangan ini disebut sandur Madura. Tema cerita diangkat berkisar tentang konflik rumah tangga yang dipresentasikan dengan
kesahajaan, blak-blakan, lugas, dan komedi. Hal ini ada kemiripan dengan kesenian Jawa, seperti ketoprak, ludruk dan teater daerah.
6. Adat Sunda
Perjumpaan Islam dengan budaya Sunda telah melahirkan beberapa hal sebagai berikut :
a. Pertumbuhan kehidupan masyarakat Islam dengan adat, tradisi,
budaya yang mengadaptasi unsur tradisi lama dengan ajaran Islam melalui pola budaya yang kompleks dan beragam telah
melahirkan pemikiran, adat-istiadat, dan upacara ritual yang harmoni antara Islam dan budaya Sunda.
Buku Pedoman Siswa Sejarah Kebudayaan Islam
b. Berkembangnya arsitektur baik sakral maupun profan biasa, misalnya masjid bale nyungcung, keraton, dan alun-alun telah
mengadaptasi rancang bangun dan ornamen lokal termasuk pra Islam ke dalam rancang bangun arsitektur Islam.
c. Berkembangnya seni lukis kaca dan seni pahat yang menghasilkan karya-karya kaligrafi Islam yang khas, kesenian
genjring dan rebana yang berasal dari budaya Arab, dan berbagai pertunjukkan tradisional bernafaskan Islam dengan
mudah merasuki kesenian orang Sunda yang seringkali muncul dalam pentas seni dan pesta-pesta perkawinan.
d. Pertumbuhan penulisan naskah-naskah keagamaan dan pemikiran keislaman di pesantren-pesantren telah melahirkan
karya-karya sastra dalam bentuk wawacan, serat suluk, dan barzanji yang sebagian naskahnya tersimpan di keraton-keraton
Cirebon, museum, dan di kalangan masyarakat Sunda.
e. Berbagai upacara ritual dan tradisi daur hidup seperti upacara tujuh bulanan, upacara kelahiran, kematian, hingga perkawinan
yang semula berasal dari tradisi lama diwarnai budaya Islam dengan pembacaan barzanji, marhabaan, shalawat, dan tahlil.
Karena itulah, tidak bisa dimungkiri bahwa perjumpaan Islam dengan budaya dan komunitas masyarakat di wilayah Sunda
telah melahirkan tiga aspek religiusitas yang berbeda. 1. terkungkungnya satu wilayah religius yang khas dan terpisah
dari komunitas Muslim Sunda di Kanekes Baduy yang melanggengkan ajaran Sunda Wiwitan;
2. lahirnya tradisi, budaya, dan religi baru yang mencampurbaurkan antara ajaran Islam dengan tradisi
sebelumnya seperti yang dikembangkan dalam Ajaran Jawa Sunda di Cigugur Kuningan dan aliran kebatinan Perjalanan
di Ciparay Kabupaten Bandung;
3. terciptanya kehidupan harmoni dan ritus keagamaan yang berasal dari Islam dengan tradisi yang telah ada dan satu
sama lain saling melengkapi.
3. Perbedaan seni budaya lokal dari tradisi Islam dan yang bukan dari tradisi Islam