para wali -yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh-menunjuknya.
Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu
terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuranpadasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha.
Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus.
Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah. Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat
bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil
mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang.
9. Sunan Kalijaga
Ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara
suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang
Petruk jadi Raja. Taman pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.
Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah
Adipati Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang sekarang Kotagede - Yogya. Sunan Kalijaga dimakamkan di
Kadilangu -selatan Demak.
2. Wayang Sebagai Simbol dan Media Dakwah
Masyarakat Indonesia dahulu memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang,
yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar. Pada mulanya sebelum Walisongo menggunakan media wayang, bentuk wayang menyerupai
relief atau arca yang ada di Candi Borobudur dan Prambanan. Pementasan wayang merupakan acara yang amat digemari masyarakat.
Masyarakat menonton pementasan wayang berbondong-bondong setiap kali dipentaskan.
Sebelum Walisongo menggunakan wayang sebagai media mereka, sempat terjadi perdebatan diantara mereka mengenai adanya unsur-unsur
yang bertentangan dengan aqidah, doktrin keesaan Tuhan dalam Islam. Selanjutnya para Wali melakukan berbagai penyesuaian agar lebih sesuai
dengan ajaran Islam. Bentuk wayangpun diubah yang awalnya berbentuk menyerupai manusia menjadi bentuk yang baru. Wajahnya miring, leher
dibuat memanjang, lengan memanjang sampai kaki dan bahannya terbuat dari kulit kerbau.
Dalam hal esensi yang disampaikan dalam cerita-ceritanya tentunya disisipkan unsur-unsur moral ke-Islaman. Dalam lakon Bima
Suci misalnya, Bima sebagai tokoh sentralnya diceritakan menyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Yang Esa itulah yang menciptakan
dunia dan segala isinya. Tak berhenti di situ, dengan keyakinannya itu
Buku Pedoman Siswa Sejarah Kebudayaan Islam
Bima mengajarkannya kepada saudaranya, Janaka. Lakon ini juga berisi ajaran-ajaran tentang menuntut ilmu, bersikap sabar, berlaku adil, dan
bertatakrama dengan sesama manusia.
Dalam sejarahnya, para Wali berperan besar dalam pengembangan pewayangan di Indonesia. Sunan Kali Jaga dan Raden Patah sangat
berjasa dalam mengembangkan Wayang. Bahkan para wali di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama Wayang
Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat
bekaitan satu sama lain yaitu “Mana yang Isi Wayang Wong dan Mana yang Kulit Wayang Kulit dan mana yang harus dicari Wayang Golek”.
Di samping menggunakan wayang sebagai media dakwahnya, para wali juga melakukan dakwahnya melalui berbagai bentuk akulturasi budaya
lainnya contohnya melalui penciptaan tembang-tembang keislaman berbahasa Jawa, gamelan, dan lakon Islami. Setelah penduduk tertarik,
mereka diajak membaca syahadat, diajari wudhu’, shalat, dan sebagainya. Sunan Kalijaga adalah salah satu Walisongo yang tekenal
dengan minatnya dalam berdakwah melalui budaya dan kesenian lokal.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menyebar luaskan Islam melalui bahasa-bahasa simbol, media, dan budaya merupakan salah satu
bentuk perjuangan yang cukup efektif.
Kegiatan a. Berkelompoklah 4-5 siswa dengan tertib dan semangat
b. Diskusikan hal-hal berikut dengan saling menghargai pendapat teman
No. Masalah
Hasil Diskusi
1. Siapakah para para pembawa Islam
di Jawa?
2. Mengapa kita perlu mengenal dan
memahami para pembawa Islam di Jawa?
3. Apa tujuan dan manfaat mengenal
dan memahami para pembawa Islam di Jawa?
4. Apa saja contoh karya besar para
pembawa Islam di Jawa?
5. Bagaimana cara para pembawa
Islam di Jawa dalam merubah kepercayaan animisme dan
Buku Pedoman Siswa Sejarah Kebudayaan Islam
Aktifitasku d.
dinamisme? 6.
Bagaimana pengaruh Walisongo terhadap perkembangan Islam di
Jawa?
a. Pajang hasil diskusimu pamerkan di atas meja b. Searah jarum jam tiap kelompok bergeser menilai hasil kelompok lain
dari segi ketepatan jawaban, banyaknya kelengkapan contoh, dan kejujuran pendapat tidak mencontek
c. Berilah penghargaan pada kelompok yang paling baik hasilnya.
1. Coba cari keterkaitan antara para Walisongo 2. Apa saja karya para Walisongo?
3. Apa saja peran para Walisongo dalam mensyiarkan Islam? 4. Bagaimana cara para Walisongo dalam merubah prilaku bebas masyarakat
pada saat itu? 5. Bagaimana pengaruh dakwah para Walisongo terhadap pergaulan remaja?
Kegiatan a. Carilah kisah fenomena dalam masyarakat yang berkaitan dengan ketulusan
para Walisongo dalam mensyiarkan Islam di Jawa b. Ceritakan secara berantai di depan kelas semua anggota kelompok diberi
bagian untuk bercerita di depan kelas c. Sementara kelompok lain bercerita kelompok yang lain menilai dengan
panduan berikut
No. Hal yang dinilai
Skor
1. Ketepatan isi fenomena
2. Kepercayaan diri penampil
3 Keruntutan penyampaian
4 Ketaatan pada prosedur penceritaan yang telah disepakati
5. Kreativitas menyajikan
Buku Pedoman Siswa Sejarah Kebudayaan Islam
Analisaku
e.
Ceritaku f.
Refleksi Pemahamanku
g.
1. Sudahkah kita memahami ketulusan para Walisongo dalam mensyiarkan Islam?
2. Sudahkan kita memiliki ketulusan seperti ketulusannya para Walisongo dalam mensyiarkan Islam?
3. Sudahkan kita menjadi bagian dari orang-orang yang memiliki kepedulian dalam mensyiarkan Islam di Nusantara?
Kalian sudah belajar banyak tentang ketulusan para Walisongo di Nusantara Bacalah dengan saksama pernyataan berikut
Pilihlah SY jika kalian Sangat Yakin, Y= Yakin, KY= Kurang Yakin
No. Pernyataan
SY Y
KY
1. Saya yakin bahwa ketulusan para Walisongo
berbuah kebaikan yang banyak bagi masyarakat. 2.
Saya yakin bahwa dengan banyak berbuat kebaikan akan menjadi teladan bagi.
3. Saya yakin bahwa dengan selalu berprilaku
tulus akan dihormati dan dihargai orang lain
Perhatikan kasus berikut Tuliskan komentarmu terhadap kasus tersebut
No. Kasus
Komentar
1. Teman yang terbiasa bersikap tulus
akan banyak memiliki teman 2.
Teman yang terbiasa tulus akan berwibawa
3. Teman yang terbiasa tulus akan
dihargai orang lain 4.
Teman yang terbiasa tulus akan dihargai agama lain
Orang hebat adalah orang yang dapat melakukan apa yang dia ketahui. Sekarang saatnya kalian merancang kegiatan untuk dapat berlatih
mempraktikkan apa yang kalian pelajari dari ketulusan para pembawa Islam di Nusantara dalam kehidupan sehari-hari.
Buatlah rencana tindakan untuk meningkatkan dirimu. Rencana perilaku dimulai dari sekarang yang akan kalian lakukan.
Buku Pedoman Siswa Sejarah Kebudayaan Islam
Refleksi Perilakuku h.
Rencana Aksiku i.
No. Rencana Perilaku yang
akan saya lakukan Karakter harapan
Hasil melakukan
1. Di lingkungan rumah
Rajin shalat, membaca Al-Qur’an
dan membantu orang tua
2. Di lingkungan Madrasah
Taat dan hormat pada guru,
serta senang
mendengar nasehatnya 3.
Di masyarakat Banyak
memberi manfaat
4. Untuk negara
Penuh percaya diri, adil, bijaksana
5. Untuk agama
Ikhlas
Tugas Portopolio Buatlah skenario drama sederhana dengan tema: cara santun dan simpatik dalam
berdakwah di komunitas masyarakat yang beragam agamanya atau masyarakat yang masih kental dengan keyakinan animisme dan dinamisme
Buku Pedoman Siswa Sejarah Kebudayaan Islam
Akulah Penerus Walisongo
Masa kini Akulah Penerus
Walisongo Masa depan
6. Ibrah