syukur yang berasal dari kata Rabbulngalamin, yang berarti Tuhan yang menguasai segala alam.
b. Peringatan hari lahir Nabi Besar Muhammad SAW pada tanggal 11 Mulud malam, bertempat di serambi Kagungan Dalem Masjid
Agung, dengan Bacaan riwayat Nabi oleh Abdi Dalem Kasultanan, para kerabat, pejabat, dan rakyat.
c. Pemberian sedekah ungkapan rasa syukur kehadlirat Illahi Ngarsa Dalem Sampean Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng
Sultan, berupa Hajad Dalem Gunungan dalam upacara Garebeg sebagai upacara puncak sekaten.
Kegiatan pendukung event tersebut adalah diselenggarakannya Pasar Malem Perayaan Sekaten selama 39
hari, event inilah yang menjadi daya tarik bagi masyarakat Jogja maupun luar Jogja. Selain itu ada tiga unsur penting dalam tradisi
sekaten Ngayogyakarto, yaitu Pasar malam sekaten, Upacara perayaan sekaten dan Garebek sekaten
b. Adat Nusantara 1. Adat Jawa
Dalam adat Jawa setidaknya ada empat upacara adat Jawa, antara lain:
a. Upacara Ruwatan
Ruwatan pensucian diri adalah satu upacara tradisional supaya orang terbebas dari segala macam kesialan hidup, nasib
jelek dan supaya selanjutnya bisa hidup selamat sejahtera dan bahagia.
b. Upacara Perkawinan Tradisional Jawa c. Upacara Tedak Siten
Tedak siten adalah suatu upacara dalam tradisi budaya Jawa yang dilakukan ketika anak pertama belajar jalan dan
dilaksanakan pada usia sekitar tujuh atau delapan bulan upacara Turun Tanah adalah salah satu upacara adat budaya
Jawa untuk anak yang berusia 8 bulan pitung lapan, di daerah lain di Indonesia juga dikenal upacara adat turun tanah ini
dengan istilah yang berbeda. Upacara ini mewujudkan rasa syukur karena pada usia ini si anak akan mulai mengenal alam
disekitarnya dan mulai belajar berjalan.
d. Upacara Tingkepan Atau Mitoni Upacara tingkepan disebut juga mitoni berasal dari kata
pitu yang artinya tujuh, sehingga upacara mitoni dilakukan pada saat usia kehamilan tujuh bulan, dan pada kehamilan
pertama.Dalam pelaksanaan upacara tingkepan, ibu yang sedang hamil tujuh bulan dimandikan dengan air kembang setaman,
disertai dengan doa-doa khusus.
2. Adat Melayu
Kehidupan orang melayu Riau selalu diwarnai dengan upacara adat sebagai warisan tradisi nenek moyang mereka.
Misalnya kelahiran anak hingga masuk usia dewasa.
Buku Pedoman Siswa Sejarah Kebudayaan Islam
a. Anak yang baru lahir jika bayi laki-laki segera diadzankan sedang bayi perempuan diiqomahkan. Khusus bayi perempuan
lidahnya ditetesi madu dengan menggunakan kain yang maksudnya agar anak tersebut memiliki kata-kata semanis
madu.
b. Beberapa hari setelah kelahiran diadakan aqiqoh sesuai ajaran Islam, bagi laki-laki disembelihkan 2 ekor kambing dan bagi
bayi perempuan 1 ekor kambing, selain diaqiqohi juga dilakukan pemotongan rambut sekaligus diberi nama.
c. Ketika bayi berusia 3 bulan diadakan upacara mengayun budak. Bagi bayi perempuan telinganya ditindik untuk dipasang
perhiasan. d. Pada usia 6 bulan diadakan upacara turun tanah mudun lemah
yaitu ketika bayi menjejakkan kakinya pertama kali di tanah. e. Pada usia 7 tahun orang tua mengantarkan ke Guru ngaji untuk
belajar Al Qur’an, bersila dan menari zapin. f. Khitanan bersunat jika sudah khatam ngajinya dengan
diadakan pesta perayaan yang dimeriahkan dengan kesenian gazal dan langgam.
3. Adat Minang
Menurut adat Minang, bahwa anak laki-laki yang akil baligh harus segera dikhitan dan belajar mengaji. Adapun bagi anak perempuan
yang masuk usia dewasa diadakan upacara merias rambut menata konde terutama ketika pertama kali mendapati haid.
4. Adat Bugis
Di Bugis ada jenis tarian adat yang disebut tari pergaulan yang dimainkan secara berkelompok baik laki-laki maupun perempuan
saja. Tari pergaulan ini disajikan dalam berbagai upacara seperti pernikahan, khitanan atau hajatan lainnya yang bertujuan
memeriahkan jalannya upacara.
5. Adat Madura
Madura memiliki kesenian adat seperti sandur yang berarti nyanyian ritual, meniru suara gamelan dengan mulut dan tata cara
bersenandung menghibur diri. Di Bangkalan, Sandur berarti pertunjukan teater komedi yang dahulu disebut slabadan yang
belakangan ini disebut sandur Madura. Tema cerita diangkat berkisar tentang konflik rumah tangga yang dipresentasikan dengan
kesahajaan, blak-blakan, lugas, dan komedi. Hal ini ada kemiripan dengan kesenian Jawa, seperti ketoprak, ludruk dan teater daerah.
6. Adat Sunda