Implikasi Teori Psikologi Kognitif dan Konstruktivisme terhadap Proses Belajar Mengajar

bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan yang disingkat KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing -masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah koordinasi oleh setiap kelompok atau satuan 17 pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut BSNP, 2006a: 5. 1. berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, 2. beragam dan terpadu, 3. tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni , 4. relevan dengan kebutuhan kehidupan , 5. menyeluruh dan berkesinambungan , 6. belajar sepanjang hayat, 7. seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sehingga dapat menghasilkan sumber daya m anusia berkualitas. Hal tersebut dimungkinkan karena KTSP memberikan kesempatan lebih luas terhadap guru untuk berimprovisasi, terutama dalam pengembangan silabus yang lebih sesuai dengan kebutuhan asas relevansi. Salah satu mata pelajaran yang dikembangkan dalam KTSP adalah b ahasa Indonesia. Standar kompetensi pembelajaran bahasa Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa, bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai -nilai kemanusiannya. Standar kompetensi pembelajaran bahasa Indonesia dalam KTSP mencakup aspek kemampuan berbahasa dan bersastra yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan apresiasi sastra. Penelitian ini mengambil kompetensi dasar untuk pembelajaran m embaca yang diajarkan pada kelas VII semester I dan II. Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan penelitian ini sesuai dengan KTSP adalah sebagai berikut. Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Membaca Kelas VII Semester 1 StasS Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Dasar Membaca 3. Memahami ragam teks nonsastra dengan berbagai cara membaca. 3.1 Menemukan makna kata tertentu dalam kamus secara cepat dan tepat sesuai dengan konteks yang diinginkan melalui kegiatan membaca m emindai. 3.2 Menyimpulkan isi bacaan setelah membaca cepat 200 kata per menit. 3.3 Membacakan berbagai teks perangkat upacara dengan intonasi yang tepat . Membaca 7. Memahami isi berbagai teks bacaan sastra dengan membaca. 7.1 Menceritakan kembali cerita anak yang dibaca. 7.2 Mengomentari buku cerita yang dibaca . Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Membaca Kelas VII Semester II Standar Standar Kompetensi K Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar Membaca 11.1 Mengungkapkan hal -hal yang dapat diteladani

11. Memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca

intensif dan membaca memindai. dari buku biografi yang dibaca secara intensif. 11.2 Menemukan gagasan utama dalam teks yang dibaca. 11.3 Menemukan informasi secara cepat dari tabeldiagram yang dibaca. Membaca 15. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan buku cerita anak. 15.1 Membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinestik sesuai dengan isi puisi. 15.2 Menemukan realitas kehidupan anak yang terefleksi dalam buku cerita anak baik asli maupun terjemahan. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang sudah dipaparkan di atas, penelitian ini akan mengembangkan materi pembelajaran membaca pada semester 1 dengan dua standar kompetensi dan lim a kompetensi dasar. Sedangkan pada semester dua terdapat dua standar kompetensi dan lima kompetensi dasar. Pengembangan materi pembelajaran membaca akan dikhususkan lagi dengan mengintegrasikan materi pembelajaran membaca dengan pendidikan karakter. Nilai -nilai pendidikan karakter akan diintegrasikan pada materi membaca kelas VII semester I dan II. 2.8 Pendidikan Karakter 2.8.1 Pengertian Pendidikan Karakter Pembelajaran membaca, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar pada kelas VII Semester I dan II sudah dipaparkan secara terperinci. Pengembangan materi pembelajaran membaca untuk mencapai tujuan penelitian ini akan diintegrasikan dengan pendidikan karakter. Prof. Dr. Paul Suparno, S.J. 2012 mengembangkan penelitian pendidikan karakter menjadi sebuah buku yang berju dul “Sumbangan Pendidikan Fisika Terhadap Pembangunan Karakter Bangsa”. Dalam bukunya ini, beliau memaparkan tentang 1 Pendidikan karakter bangsa, 2 Hakekat pendidikan fisika, 3 Relasi antara pendidikan fisika dan pendidikan moral, 4 Sumbangan pendidikan fisika pada pembangunan karakter bangsa, 5 Bagaimana kurikulum pendidikan fisika disusun, 6 Guru fisika macam apa yang perlu disiapkan, dan 7 Pendekatan refleksif dalam pendidikan fisika. Pendidikan karakter Fakry Gaffar, 2010:1 via Kesuma dkk, 2011:5 adalah “Sebuah proses transformasi nilai -nilai sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Menurut konteks kajian P3, pendidikan karakter dalam setting sekolah sebagai “Pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah.” Menurut Kemendiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar 2011, pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil. Pendidikan karakter di sekolah adalah upaya yang terencana untuk memfasilitasi peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai -nilai karakter secara terintegrasi dalam proses pembelajaran semua mata pelajaran, kegiatan pembinaan kesiswaan, dan pengelolaan sekolah pada semua bidang urusan. Pranowo dalam makalahnya yang berjudul “Pengembangan Jiwa Kewirausahaan Sebagai Aspek Pendidikan Karakter Dalam Pembela jaran Bahasa Indonesia” 2012 mengemukakan pendidikan karakter watak pada hakikatnya adalah pengembangan afeksi. Pengembangan afeksi sendiri