memberikan salam, melakukan semutsih sepuluh menit bersi h-bersih pada akhir pelajaran, dan juga selalu berdoa Malaikat Tuhan setiap pukul 12.00 WIB.
Kegiatan-kegiatan yang sudah ditetapkan dan ditentukan dari sekolah adalah upaya-upaya untuk menerapkan nilai -nilai karakter dalam diri siswa.
Sebagai seorang guru harus memiliki tindakan untuk memberikan peringatan kepada siswa yang melanggar aturan akademik. Tindakan siswa yang
melanggar aturan akademik merupakan tindakan yang mencerminkan belum maksimalnya nilai-nilai karakter tertanam dalam diri siswa. Siswa SMP yang
masuk ke dalam tahap operasi formal karena rata -rata usia pada jenjang SMP adalah 13 tahun. Tahap ini ditandai oleh cara berpikir anak, dari yang konkret ke
yang abstrak. Menurut Ginsburg dan Opper Suparno, 2001: 88, anak pada tahap ini sudah mempunyai tingkat ekuilibrium yang tinggi. Artinya, p ola dan cara
berpikir anak menjadi lebih luwes, lebih maju, lebih efektif, dan efisien daripada periode sebelumnya. Siswa di SMP Kanisius Gayam Yogyakarta menyatakan
bahwa sebagian besar guru di sekolah te gas, khususnya guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Setiap siswa yang melakukan kesalahan, akan diberikan teguran
ringan dengan kata-kata. Guru bersikap bijak, selalu melihat seberapa besar kesalahan yang dilakukan oleh siswa sehingga guru dapat memberika n teguran
yang pantas. Guru tidak memberikan hukuman secara fisik, tetapi hukuman tersebut bisa mendidik dan membentuk pribadi siswa menjadi lebih baik. Sebagai
contoh, jika terdapat siswa yang tidak mengerjakan PR, siswa diberikan hukuman untuk mengerjakan PR dan diberikan batas waktu pengumpulan. Jika siswa tidak
mengumpulkan sesuai batas waktu, siswa tidak akan lulus dalam mata pelajaran
tersebut. Cara tersebut dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk bisa bertanggungjawab dalam setiap tugasnya. Sela in itu, jika terdapat siswa yang
terlambat masuk kelas, siswa akan diberikan hukuman yaitu tidak boleh mengikuti pelajaran di dalam kelas, hanya boleh di luar kelas tetapi tetap dalam
pengawasan guru dan harus mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru di luar kelas.
Berdasarkan psikologis siswa, jika siswa diberikan teguran, hukuman yang pantas dari guru, siswa merasa mendapat perhatian penuh dari pihak sekolah,
khususnya guru. Jika pihak sekolah memperhatikan secara penuh karakter siswa atau anak didiknya, itu berarti pihak sekolah ikut terlibat menanamkan sekaligus
mensukseskan pendidikan karakter. Guru melakukan evaluasi nilai -nilai karakter yang sudah maupun yang belum tertanam dalam diri siswa dengan cara
melakukan refleksi setiap akhir pelajaran secara singkat spontan dan juga refleksi tertulis waktu ditentukan oleh guru. Evaluasi tersebut dilakukan
bersama-sama bertujuan mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam pelajaran bahasa Indonesia dan terpenting lagi untuk mengetahui hal -hal apa saja yang
siswa dapatkan selama proses pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung. Pengukuran dilakukan tidak hanya dari segi kognitif, tetapi lebih pada sikap siswa
setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Pendidikan karakter yang belum diketahui secara de tail oleh siswa akan
mudah dipahami oleh siswa dengan mengaitkan bahan -bahan ajar dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Oleh sebab itu, guru seharusnya segera mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam pembelajaran bahasa Indonesia
melalui metode pembelajaran dan menyisipkan pendidikan karakter ke dalam bahan pembelajaran yang digunakan di dalam kelas. Dengan demikian, sekolah
akan benar-benar menjadi tempat penanaman nilai karakter ke dalam diri generasi muda sehingga tercipta masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika,
berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah pancasila Kemendiknas; 2011.
4.8 Pengembangan Produk A. Dasar Pengembangan Produk
Desain pembelajaran pendidikan karakter yang terintegra si dengan pembelajaran membaca bahasa Indonesia kelas VII semester 1 dan 2 disusun atas
dasar beberapa prinsip. Pertama, konsep dasar pendidikan psikologi kognitif dan konstruktivisme, yaitu siswa secara aktif mengkonstruksi sendiri pengetahuan
yang diperoleh melalui pengalamannya sendiri. Kedua, kurikulum yang berlaku saat ini. Ketiga, pedoman pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa di sekolah Kemendiknas, 2010. Keempat, data -data penelitian dari sekolah, yaitu berupa a persepsi siswa terhadap pendidikan karakter, b hasil
wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia, dan c hasil wawancara dengan siswa.
Berdasarkan keempat prinsip di atas, peneliti beranggapan bahwa perlu disusun modul pembelajaran membaca bahasa Indonesia yang diintegrasikan
dengan pendidikan karakter. Pada bab II , peneliti telah mengemukakan bahwa pendidikan karakter yang diintegrasikan ke dalam pembelajaran membaca bahasa
Indonesia pada dasarnya harus mengacu pada siswa yang belajar. Artinya bahwa materi dalam buku teks yang dikembangkan harus memberikan peluang sebesar-
besarnya kepada siswa untuk belajar secara aktif dan mandiri dengan model pembelajaran yang ada. Penyusunan materi dan pembelajaran ini harus membantu
mengembangkan kompetensi kebahasaan siswa serta pada akhirnya diharapkan siswa dapat memetik nilai-nilai karakter yang terdapat dalam materi.
Nilai-nilai karakter yang harus dikembangkan dalam materi pembelajaran berbicara bahasa Indonesia adalah 1 religiusitas, 2 kejujuran, 3 toleransi, 4
disiplin, 5 kerja keras, 6 kreatif, 7 mandiri, 8 demokratis, 9 rasa ingin tahu, 10 semangat kebangsaan, 11 cinta tanah air, 12 menghargai prestasi,
13 bersahabat komunikatif, 14 cinta damai, 15 gemar membaca, 16 peduli lingkungan, 17 peduli sosial, dan 18 tanggung jawab. Indikator untuk masing-
masing nilai diperoleh dari hasil analisis persepsi siswa terhadap pendidikan karakter. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP. Dalam modul
yang merupakan produk dalam penelitian ini, nilai -nilai karakter masuk dalam tiap unit buku. Modul yang dihasilkan akan terdiri dari sepuluh unit. Masing -
masing unit akan memuat satu atau dua nilai karakter. Nilai karakter tiap unit akan disesuaikan dengan Standar Kompetens i dan Kompetensi Dasar membaca SMP
kelas VII semester 1 dan 2. Berdasarkan hasil jawaban siswa terhadap kusioner mengenai persepsi siswa
terhadap pendidikan karakter, peneliti dapat mengelompokkan 18 nilai karakter ke dalam 10 kelompok atau 10 unit yang nantinya akan masuk ke dalam modul.
Pembagian kelompok nilai-nilai tersebut mempertimbangkan kemiripan masing - masing nilai dan kedekatan hubungan antara nilai -nilai itu. Selain itu, peneliti juga
mempertimbangkan kecocokan nilai -nilai tersebut dengan kompetensi dasar SMP kelas VII semester 1 dan 2.
Pada unit 1, peneliti menggabungkan nilai peduli lingkungan dengan nilai rasa ingin tahu. Berdasarkan hasil kuesioner persepsi siswa, i ndikator nilai
karakter peduli lingkungan yang sudah ditentukan oleh peneliti adalah mengikuti kegiatan secara aktif yang berhubungan dengan peme liharaan lingkungan sekitar.
Sedangkan, indikator nilai karakter rasa ingin tahu adalah bertanya kepada teman atau guru tentang kesulitan yang dihadapi terhadapi suatu hal. Peneliti
mengelompokkan kedua nilai itu ke dalam KD 3.1 yaitu menemukan makna kata tertentu dalam kamus secara cepat dan tepat dengan konteks yang diinginkan
melalui kegiatan membaca memindai. Hubungan dari kedua nilai itu adalah ketika seseorang ingin aktif dalam usaha pemeliharaan lingkungan, maka ia harus
memiliki dasar untuk mengeta hui terhadap sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Jika seseorang tersebut tidak memahami dasar yang harus dilakukan
terhadap pemeliharaan lingkungan, ia dapat bertanya kepada teman atau guru yang mengerti akan hal itu. Selain itu, dasar penggabungan kedua nilai itu ke
dalam unit 1 adalah kecocokan kedua nilai itu dimasukkan ke dalam KD. Jika seseorang ingin mencari makna kata tertentu dalam kamus dan mengalami
kesulitan, langkah yang dilakukan oleh siswa adalah bertanya kepada teman atau guru. Topik bacaan yang cenderung dekat dengan dengan kehidupan siswa adalah
lingkungan sekitar. Jadi, berdasarkan pernyataan -pernyataan tersebut, peneliti mengelompokkan nilai karakter peduli lingkungan dan rasa ingin tahu ke dalam
unit 1.
Pada unit 2, peneliti meng elompokkan nilai karakter mandiri d an religius. Berdasarkan hasil kuesioner persepsi siswa, indikator nilai karakter mandiri yang
ditentukan oleh peneliti adalah 1 menemukan sendiri jawaban atas kesulitan yang dihadapi terhadap suatu hal; dan 2 mengerjak an sendiri tugas yang menjadi
tanggungjawabnya. Sedangkan, indikator nilai karakter religius adalah 1 memberikan bantuan kepada sesama sebagai wujud melaksanakan ajaran agama;
dan 2 memanfaatkan kekayaan alam dengan baik demi generasi yang akan datang. Hubungan kedua nilai itu adalah ketika seseorang ingin memberikan
bantuan kepada siapa saja dan ketika seseorang ingin memanfaatkan alam dengan baik, yang dilakukan adalah mencari cara sendiri bagaimana mewujudkan kedua
hal itu dan melakukan sendiri cara ya ng ditemukan dengan baik. Peneliti juga mengelompokkan kedua nilai tersebut ke dalam
unit 2 atas dasar kecocokan kedua nilai dengan kompetensi dasar 3.2 yaitu menyimpulkan isi bacaan setelah
membaca cepat 200 kata per menit . Peneliti beranggapan bahwa topik bacaan tentang nilai religius sangat cocok diterapkan dalam KD membaca cepat. Selain
itu, untuk menyimpulkan isi bacaan, cara mudah yang dilakukan adalah menemukan sendiri jawaban tersebut dan mengerjakan tugas itu dengan baik.
Jadi, dasar penggabungan kedua nilai untuk unit 2 adalah hu bungan kedua nilai dan kesesuaian nilai-nilai karakter tersebut ke dalam KD.
Pada unit 3, peneliti mengelompokkan nilai karakter tanggung jawab dan semangat kebangsaan. Berdasarkan hasil kuesioner persepsi siswa, peneliti
menentukan indikator nilai tanggung jawab adalah melakukan tugas yang menjadi tanggungjawabnya dengan baik. Sedangkan indikator nilai semangat kebangsaan
adalah 1 mengemukakan sikap, pendapat untuk tetap dapat m empertahankan nama baik bangsa; dan 2 tida k mengejek bangsa lain. Hubungan kedua nilai itu
adalah sebagai warga negara Indonesia, harus memiliki sikap bertanggungjawab untuk mempertahankan nama baik bangsa dan tidak mengejek bangsa lain. Selain
itu, peneliti juga mengelompokkan kedua nilai itu ke dalam unit 3 karena sesuai dengan KD 3.3 yaitu membacakan berbagai teks perangkat upacara dengan
intonasi yang tepat. Membacakan teks perangkat upacara adalah salah satu wujud tanggungjawab kita dalam mempertahankan nama baik bangsa.
Selanjutnya, pada unit 4 peneliti mengelompokka n nilai karakter gemar membaca dan kejujuran. Berdasarkan hasil kuesioner persepsi siswa, peneliti
menentukan indikator nilai gemar membaca adalah suka membaca buku, majalah, yang memberikan informasi positif untuk dirinya. Sedang kan, indikator nilai
kejujuran adalah 1 mengakui kesalahan yang diperbuat baik kesalahan kecil maupun besar untuk siap menerima sanksi; 2 menyerahkan baran g yang
ditemukan kepada pihak yang berwenang; dan 3 tidak menggunakan akal jahat terlebih untuk membantu sesama. Hubungan kedua nilai itu adalah biasanya
seseorang memiliki wawasan yang luas karena suka membaca. Dengan bekal informasi yang diperoleh dari membaca, seseorang dapat mengetahui perbuatan
yang baik dan tidak baik sehingga seseorang dapat be rbuat jujur terhadap apapun itu. Peneliti juga menggabungkan kedua nilai itu k e dalam unit 4 atas dasar
kesesuaian dengan KD 7.1 yaitu menceritakan kembali cerita anak yang dibaca. Bagi siswa, topik bacaan cerita anak yang sesuai dengan usia siswa SMP adal ah
bertema kejujuran. Siswa suka membaca buku dengan tema kejujuran sebagai pelajaran di hidupnya.
Pada unit 5, peneliti mengintegrasikan nilai karakter cinta damai ke dalam KD 7.2 yaitu mengomentari buku cerita yang dibaca. Berdasarkan hasil kuesioner
persepsi siswa, peneliti menentukan indikator nilai cinta damai adalah 1 melindungi teman dari kejahatan yang dilakukan oleh orang yang tidak
bertanggungjawa; dan 2 mengapresiasikan dalam bentuk karya sastra sikap atau tindakan yang memperlihatkan kedamaian. Dasar pengintegrasian nilai karakter
cinta damai ke dalam unit 5 adalah kesesuai an dengan KD yang ada. Bagi siswa, di usia remaja ini siswa harus memperoleh bekal untuk mengetahui akan
pentingnya cinta damai. Berdasarkan persepsi siswa 59,18 siswa menjawab untuk menggambarkan cinta damai dalam hidup sehari -hari adalah dengan
menapresiasikan melalui cerita pendek. Pada unit 6, peneliti mengelompokkan nilai karakter kerja keras dan
menghargai prestasi. Berdasarkan hasil kuesioner persepsi siswa, penelit i menentukan indikator nilai karakter kerja keras adalah 1 tidak menyerah dalam
berjuang untuk mencapai cita -citaimpian; 2 mengerjakan tugas selesai tepat waktu. Sedangkan, untuk indikator nilai karakter menghargai prestasi adalah 1
bangga terhadap hasil jerih payah orang tua; 2 menghargai hasil kerja keras sendiri. Hubungan kedua nilai itu adalah ketika seseorang mampu berjuang untuk
mencapai impian dan dapat mengerjakannya selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka seseorang akan menghargai ke rja keras diri sendiri dan juga
kerja keras orang tua yang ikut mendukung usahanya.