12
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Keterampilan Bercerita
a. Hakikat Bercerita
Tarigan menyatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi
atau kata-kata
untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan, pikiran, gagasan, dan
perasaan. Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan
sosiolinguistik demikian insentif sehingga dianggap sebagai alat manusia yang paling penting kontrol sosial. Menurut Mulgrave Tarigan, 1994: 15
berbicara adalah suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun dan dikembangkan sesuai kebutuhan-kebutuhan pendengar
atau penyimak. Sri Hastuti 1993: 69 Menyebutkan pengertian berbicara atau
berkomunikasi lisan sebagai suatu peristiwa menyampaikan maksud Ide, pikiran, isi hati seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa
lisan sehingga maksud tersebut bisa di pahami oleh orang lain. William B. Ragam Sri Hastuti, 1993: 69 mengemukakan bentuk ekspresi lisan atau
seni berbicara yaitu 1 cakapan informal; 2 diskusi dengan maksud dan tujuan tertentu; 3 menyampaikan berita, pengumuman, dan laporan; 4
memainkan drama; 5 khotbah; 6 bercerita; 7 cakap humor dan teka-
13 teki; 8 mengisi acara radio; 9 rapat organisasi; 10 menggunakan
telepon; dan11 memberikan pengarahan. Menurut Dadang S. Anshori dan Sumiyadi 1993: 3 berbicara
menggunakan wacana
lisan merupakan
suatu kegiatan
untuk mengungkapkan, pikiran, gagasan, perasaan, informasi dalam kegiatan
berkenalan, diskusi, bercerita, persentase
hasil penelitian, dan
mengomentari hasil puisi serata pementasan drama. Bercerita pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi
dengan mempergunakan suatu yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari satu sumber ke tempat
yang lain. Dalam berkomunikasi tentu ada pihak yang berperan sebagai penyampai maksud dan penerima. Agar komunikasi terjalin dengan baik,
maka kedua pihak juga harus bekerja sama dengan baik. Kerja sama yang baik itu dapat diciptakan dengan memperhatikan beberapa faktor, antara
lain 1 siapa yang diajak berkomunikasi; 2 Situasi; 3 tempat; 4 isi pembicaraan; dan 5 media atau metode yang digunakan Saleh Abbas,
2006: 83
Setiap keterampilan itu, berhubungan erat sekali dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara beraneka ragam. Dengan beraneka
keterampilan berbahasa, biasanya melalui suatu hubungan yang teratur: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian dan
berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum masuk sekolah. Keempat keterampilan
tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan, merupakan catur tunggal.
Selanjutnya, setiap keterampilan itu berhubungan erat pula dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa-bahasa seseorang
mencerminkan pikirannya. Semakin keterampilan seseorang berbahasa
14 semakin cera dan jelas pula jalan pikirannya. keterampilan hanya dapat di
peroleh dan dikuasai dengan lajan praktik dan banyak latihan. Melatih keterampilan berpikir Henry GunturTarigan, 1980; 1, 1963 :27.
Proses pembicara antara pembicara dengan pendengar akan berhasil ditandai dengan adanya interaksi antara keduanya. Seperti dijelaskan oleh
Haryadi dan Zamzani 1997: 54 bahwa berbicara merupakan suatu proses komunikasi sebab di dalamnya terdapat perpindahan pesan dari sumber ke
tempat yang lain. Berdasarkan para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa berbicara merupakan suatu kegiatan dalam membentuk
penyampaian maksud secara lisan, ide, pikiran, gagasan, serata perasaan seseorang kepada orang lain yang dilakukan dalam kegiatan berkenalan,
berdiskusi, bercerita, presentasi hasil penelitian, dan lain-lain. Keterampilan berbicara mempunyai kaitan yang erat dengan
keterampilan menyimak dan membaca. Keterampilan berbicara juga menunjang keterampilan menulis. Keempat aspek keterampilan berbahasa
tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu berusaha menyampaikan pesan atau ide dengan bahasa agar dapat di pahami oleh pendengar atau
pembacanya. Berdasarkan tujuan tersebut, kegiatan pembelajaran tersebut di
arahkan untuk meningkatkan keterampilan berbicara secara terpadu, fungsional, dan kontekstual. Menurut Haryati dan Zamzani 1997: 53
terpadu dimaksudkan agar dalam setiap materi yang diajarkan dikaitkan dengan usaha peningkatan keterampilan berbahasa menyimak, membaca,
15 dan menulis dan pengetahuan bahasa. Pembelajaran bersifat fungsional
dan kontekstual yaitu materi yang diajarkan berupa bahan pembelajaran yang bermakna seperti bercerita, berdialog, berpidato atau berceramah,
dan diskusi. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa bercerita
merupakan bagian dalam keterampilan berbicara atau berkomunikasi yang
bersifat fungsional dan kontekstual.
b. Tujuan Bercerita