Menentukan Jenis Cerita Keterampilan Bercerita

30 adalah buku, kemudian gambar, papan panel, boneka, film bisu. Semua alat peraga membutuhkan keterampilan tersendiri yang memungkinkan alat peraga itu optimal. 2 Bercerita dengan alat peraga akan lebih mengoptimalkan seluruh anggota tubuh, mimik muka, ekspresi, suara, dan lain-lain. Anak dalam bercerita tanpa alat peraga membutuhkan pancingan dari guru mampu mengemukakan gagasan dengan kata-kata yang dirangkai sendiri tanpa bantahan alat peraga.

g. Menentukan Jenis Cerita

Sebelum bercerita, terlebih dahulu seseorang tersebut memilih atau menentukan jenis cerita apa yang sesuai dengan objek pendengar. Menurut Sudamardji, dkk. 2010: 23-26 pemilihan jenis cerita ditentukan beberapa aspek, yaitu sebagai berikut. a Tingkat usia pendengar 1 Tingkat usia 3-5 tahun: biasanya usia 3-5 tahun tidak menyukai cerita tentang penyiksaan yang menakutkan. 2 Tingkat usia 5-9 tahun: menyukai tema imajinasi bebas. 3 Tingkat usia lebih dari 9 tahun: menyukai tema petualangan keteladanan, dan kepahlawanan. b Jumlah pendengar 1 kurang dari 10 anak: dengan story leading 2 antara 11-50 anak: dengan alat peraga kecil boneka, wayang, dan lain-lain. 31 3 Antara 50-100 anak: dengan alat peraga besar kostum 4 Lebih dara 100 anak: tanpa alat peraga namun dituntut totalitas c Tingkat Heterogenitas pendengar Pendengar cerita yang sifatnya heterogen maka hendaklah memilih cerita yang sesuai untuk pendengar. Usia yang bervariasi, dari usia play group sampai SD kelas VI tentunya akan menuntut cerita yang berbeda apa bila dibandingkan dengan usia yang relatif setara. d Tujuan penyampaian Materi Cerita adalah suatu kegiatan pendidikan yang fleksibel, dapat digunakan untuk segala macam tema yang akan disampaikan, guru dapat menyesuaikan dengan tema mata pelajaran pada hari itu. e Suasana Acara Suasana acara sangat menentukan jenis cerita yang akan disampaikan. Dengan adanya suasana acara yang baik, akan membantu seseorang dalam menceritakan kembali isi dari cerita. f Situasi dan kondisi pendengar Anak-anak yang merasa penat dan jenuh dapat diberi cerita-cerita ringan yang penuh canda. Cerita serius yang sarat dengan pesan sebaliknya yang diberikan kepada saat anak-anak dalam keadaan fresh. Nurbina Dhieni, dkk. 2005: 6.3 menambahkan dapat menikmati sebuah cerita. Semenjak anak mengerti tentang peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan setelah memorinya mampu merekam beberapa kabar 32 berita. Masa tersebut terjadi pada usia 4-6 tahun yang di tandai oleh berbagai kemampuan Depdiknas, 2000: 5 yaitu sebagai berikut. a. Mampu menggunakan kata ganti saya dan berkomunikasi. b. Memiliki berbagai perbedaan kata kerja, kata keadaan, kata tanya, dan kata sambung. c. Menunjukkan pengertian dan pengetahuan tentang sesuatu. d. Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan dan tindakan dengan menggunakan kalimat sederhana. e. Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini, meningkatkan keterampilan bercerita siswa dapat dilakukan dengan bantuan alat peraga. Hal tersebut berdasarkan jumlah pendengar dalam kelas V SD N Golo Yogyakarta 27 siswa. Dalam hal ini, dengan jumlah siswa antara 11-16 anak, sehingga dalam bercerita dapat alat peraga kecil seperti gambar, boneka, wayang, dan lain-lain. Pemilihan sumber cerita didasarkan pada tingkat heterogenitas pendengar, yaitu guru menentukan sumber cerita yang sesuai dengan usia anak kelas V SD.

h. Faktor-faktor Pokok Cerita