Faktor Intralinguistik Faktor Ekstralinguistik

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Dairi bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi meliputi faktor intralinguistik dan faktor ekstralinguistik.

4.9.1 Faktor Intralinguistik

Faktor intralinguistik yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi adalah sebagai berikut. 1. Alih kode Alih kode adalah peristiwa pergantian bahasa. Holmes 2001:34-45 mengatakan bahwa alih kode adalah gejala peralihan penggunaan bahasa. Alih kode ini terjadi karena adanya kontak bahasa. Melalui penelitian yang sudah dilakukan, alih kode sering terjadi ketika masyarakat Pakpak Dairi berkomunikasi dengan teman-teman sesuku dan dihadiri pihak ketiga atau saat mereka berkomunikasi dengan orang-orang yang tidak sesuku dengan mereka dan mereka tidak bisa menggunakan bahasa Pakpak Dairi, mereka akan beralih kode sesuai dengan bahasa yang dikuasai oleh partisipan. 2. Campur Kode Campur kode terjadi karena adanya peristiwa kontak bahasa. Berdasarkan penelitian, kelompok dewasa maupun kelompok orang tua memasukkan unsur- unsur bahasa lain dalam berkomunikasi. Bahasa-bahasa yang mereka campur seperti bahasa Indonesia dan bahasa Batak Toba. Universitas Sumatera Utara

4.9.2 Faktor Ekstralinguistik

Beberapa faktor ekstralinguistik yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi adalah sebagai berikut. 1. Identitas Berdasarkan pengakuan para responden kelompok remaja, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua pada angket, mereka mengaku bahwa bahasa daerah bahasa Pakpak Dairi merupakan lambang kepribadian identitas, namun pengakuan mereka tidak menyertai perilaku bahasa mereka, khususnya pada kelompok remaja lihat lampiran data observasi. Keadaan inilah salah satunya yang membuat penggunaan bahasa Pakpak Dairi tidak bertahan di berbagai ranah. Sedangkan pengakuan kelompok dewasa dan kelompok orang tua yang mengatakan bahwa bahasa daerah merupakan lambang identitas, pengakuan mereka menyertai perilaku bahasa mereka, yakni dengan tetap menggunakan bahasa Pakpak Dairi pada interlokutor tertentu lihat lampiran data observasi. Sehingga pada interlokutor tertentu, penggunaan bahasa Pakpak Dairi masih bertahan. 2. Kepercayaan Diri Berdasarkan pengakuan pada angket, kelompok dewasa dan orang tua secara menyeluruh memiliki rasa kepercayaan diri terhadap bahasa daerah mereka. Hal itu ditunjukkan dengan penggunaan bahasa daerah bahasa Pakpak Dairi pada interlokutor dan ranah tertentu. Masyarakat Pakpak Dairi akan menggunakan bahasa Pakpak Dairi ketika mereka berbicara dengan sesama suku Pakpak Dairi. Sebaliknya, kelompok remaja juga mengaku bahwa mereka juga Universitas Sumatera Utara memiliki kepercayaan diri terhadap bahasa Pakpak Dairi, namun pengakuan mereka tidak menyertai perilaku bahasa mereka. 3. Kesetiaan Berdasarkan pengakuan pada angket, kelompok remaja mengaku sangat setujusetuju bahwa bahasa daerah merupakan lambang kesetiaan, tetapi pengakuan mereka tidak menyertai perilaku bahasa mereka. Hal itu terlihat ketika kelompok remaja berinteraksi. Mereka cenderung menggunakan bahasa Indonesia lihat lampiran data observasi. Selanjutnya, pengakuan kelompok dewasa dan kelompok orang tua, menyertai perilaku bahasa mereka, yakni dengan menggunakan bahasa Pakpak Dairi pada interlokutor tertentu lihat lampiran data observasi. 4. Kebanggaan Budaya Penutur masyarakat Pakpak Dairi memiliki kebanggaan budaya yang tinggi, khususnya pada kelompok dewasa dan kelompok orang tua. Kebanggaan budaya itu terlihat ketika mereka masih menggunakan bahasa Pakpak Dairi pada interlokutor tertentu. Jendra 2010:145 mengatakan bahwa kelompok minoritas dapat mempertahankan bahasanya jika mereka mempertimbangkan bahwa bahasa itu memiliki hubungan erat dengan budayanya. Kesetiaan penutur membawa kebanggaan tersendiri dalam penggunaan bahasa daerahnya. 5. Migrasi Migrasi terjadi pada masyarakat multilingual. Migrasi dapat menyebabkan fenomena kebahasaan, seperti pemertahanan bahasa, pergeseran bahasa, dan Universitas Sumatera Utara kepunahan bahasa. Masuknya suku Batak Toba dan suku lain di Kabupaten Dairi, membuat pemertahanan bahasa Pakpak Dairi melemah. Keadaan ini sangat berpengaruh sekali terutama pada kelompok remaja. Kelompok remaja cenderung mengikuti perubahan yang ada di lingkungan masyarakat, sehingga penggunaan bahasa Pakpak Dairi sudah tidak bertahan di ranah apapun, baik ranah rumah, ranah luar rumah, ranah gereja, dan ranah sekolah. 6. Konsentrasi Tempat tinggal Masyarakat Pakpak Dairi cenderung akan mempertahankan bahasa daerah mereka jika mereka bertempat tinggal terpisah. Sebaliknya, mereka akan menggeser penggunaan bahasa daerah mereka jika mereka tinggal dengan berbagai suku. Misal, masyarakat yang tinggal di Tiga Lingga cenderung menggunakan bahasa Karo dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hal ini disebabkan lingkungan tempat tinggal mereka mayoritas bersuku Karo. Keadaan ini yang dapat mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi. 7. Jumlah Penutur Jumlah penutur dalam penelitian ini adalah jumlah masyarakat Pakpak Dairi. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 bahwa jumlah penutur masyarakat Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi sekitar 12,20. Dengan kata lain, bahwa masyarakat Pakpak Dairi merupakan masyarakat minoritas. Tentunya akan sulit bagi mereka untuk menghadapi tantangan dan ancaman yang datang dari luar apabila mereka tidak memiliki sikap bahasa yang positif. Hal itu terlihat jelas pada kelompok remaja yang selalu menggunakan bahasa Indonesia di berbagai ranah, seperti ranah rumah, ranah luar rumah, ranah gereja dan ranah sekolah. Universitas Sumatera Utara Sedangkan kelompok dewasa dan orang tua masih menggunakan bahasa Pakpak Dairi pada interlokutor tertentu. 8. Agama Masyarakat Pakpak Dairi yang beragama Islam cenderung mempertahankan bahasa daerah mereka dalam berkomunikasi walaupun mereka melakukan perkawinan silang. Mereka tetap menggunakan bahasa Pakpak Dairi dalam berkomunikasi. Sebaliknya, masyarakat Pakpak Dairi yang beragama Kristen cenderung memilih bahasa yang akan mereka gunakan. Misal, jika orang Pakpak Dairi menikah dengan suku Batak Toba, mereka cenderung memilih bahasa Indonesia untuk digunakan dalam berkomunikasi di ranah rumah. 9. Mengikuti Ibadah di luar GKPPD Mengikuti ibadah di luar GKPPD merupakan faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi. Hal ini disebabkan bahasa pengantar yang digunakan di luar gereja GKPPD adalah bahasa daerah lain. Misal, jika mengikuti ibadah di HKBP maka bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Batak Toba. Apabila mengikuti ibadah di luar GKPPD, dapat mengakibatkan rendahnya tingkat pemertahanan bahasa Pakpak Dairi. Kebiasaan mengikuti ibadah di luar GKPPD dapat juga mengakibatkan pencampuran bahasa daerah lain ketika mereka berkomunikasi. 10. Umur Umur merupakan faktor sosial yang mempengaruhi pemertahanan bahasa di Kabupaten Dairi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok remaja sudah Universitas Sumatera Utara menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi, baik dengan ayahibu, kakakadik, teman-teman sesuku dan lainya. Selanjutnya, kelompok dewasa dan kelompok orang tua masih menggunakan bahasa Pakpak Dairi pada interlokutor tertentu seperti ayahibu, suamiistri, kakakadik, abangadik, dan teman-teman sesuku. 11. Interlokutor lawan bicara Interlokutor adalah orang yang terlibat dalam komunikasi. Seorang penutur yang baik apabila dia mau mengetahui lawan bicaranya sebelum bertutur Hymes dalam Jendra, 2010:72. Dalam hal ini, penutur bahasa Pakpak Dairi cenderung beralih kode ketika mereka berbicara dengan interlokutor yang tidak sesuku dengan mereka. Selanjutnya, mereka juga akan beralih kode ketika mereka berbicara dengan orang sesuku dengan mereka danyang dihadiri oleh pihak ketiga. Dalam hal ini, pihak ketiga adalah suku lain. 12. Ranah Ranah adalah tempat terjadinya percakapan, merupakan kombinasi partisipan, topik, dan tempat misal keluarga, pendidikan, tempat kerja, keagamaan, dll. Penggunaan bahasa dapat meningkat ketika ranah menjadi tidak jelas dan tempat dan hubungan peran tidak bergabungberkombinasi dalam hal yang diharapkan Romaine, 2000:45. Dalam penelitian ini ranah yang diteliti untuk kelompok remaja adalah ranah rumah, ranah luar rumah, ranah gereja, dan ranah sekolah. Selanjutnya, ranah yang diteliti untuk kelompok dewasa dan kelompok orang tua adalah ranah rumah, ranah luar rumah, ranah gereja, dan ranah pekerjaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Pakpak Universitas Sumatera Utara Dairi pada kelompok remaja sudah tidak bertahan di ranah apapun, sedangkan penggunaan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok dewasa dan orang tua hanya bertahan pada ranah gereja. 13. Pekerjaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa. Hal ini disebabkan mereka menggunakan bahasa nasional ketika mereka berkomunikasi. Ketika mereka memiliki pekerjaan atau profesi sebagai guru, mereka akan menggunakan bahasa nasional bahasa Indonesia ketika mereka mengajar dengan siswanya. Tetapi mereka akan menggunakan bahasa Batak Toba dan bahasa Indonesia ketika mereka berbicara dengan rekan kerjanya dalam situasi tidak formal. 14. Perkawinan Campuran Melalui penelitian yang sudah dilakukan, ditemukan bahwa perkawinan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pemertahanan bahasa di Kabupaten Dairi. Masyarakat Pakpak Dairi yang melakukan perkawinan campuran atau perkawinan tidak sesuku cenderung beralih bahasa. Dalam hal ini mereka akan memilih bahasa apa yang akan mereka gunakan dalam kehidupan mereka sehari-hari, khususnya rumah. Pilihan bahasa ini menyebabkan rendahnya tingkat pemertahanan bahasa. 15. Kebiasaan Menghubungi Famili di Kampung Halaman Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, kebiasaan menghubungi famili di kampung halaman merupakan faktor yang mempengaruhi pemertahanan Universitas Sumatera Utara bahasa. Seringnya berkomunikasi dengan famili di kampung dapat mempertahankan penggunaan bahasa Pakpak Dairi.

4.10 Upaya Mempertahankan Bahasa Pakpak Dairi