Percakapan di atas adalah percakapan antara suku Pakpak Dairi dan suku Batak Toba. Ibu Banurea bersuku Pakpak Dairi dan Nurhayati S. bersuku Batak
Toba. Percakapan di atas menunjukkan bahwa Ibu Banurea telah menggunakan bahasa Indonesia karena dia sudah mengetahui bahwa lawan bicara tidak dapat
menggunakan bahasa Pakpak Dairi.
4.4.2.3 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Orang tua di Ranah Luar Rumah
Dari angket yang sudah disebarkan diperoleh hasil penggunaan bahasa pada kelompok orang tua di ranah luar rumah pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.14 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Orang tua di Ranah Luar Rumah
No Penggunaan Bahasa
Persentase 1
2 3
4 Bahasa Pakpak Dairi
Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia
Bahasa daerah lain 46,97
33,33 19,70
- Persentase dihitung dari jumlah frekuensi pada tiap kategori dibagi jumlah
seluruh frekuensi pada tiap kategori dan hubungan peran Tabel 4.14 di atas menunjukkan bahwa kelompok orang tua menggunakan
bahasa Pakpak Dairi 46,97, bahasa batak Toba 33,33, dan bahasa Indonesia 19,70 di ranah luar rumah.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Sumarsono 2004:225 “Skalabilitas masih dianggap sahih jika mencapai paling sedikit 85”. Dengan
kata lain bahwa penggunaan bahasa itu dikatakan bertahan jika tingkat pemertahanannya mencapai ≥85. Jika dikaitkan dengan teori, menunjukkan
bahwa penggunaan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok orang tua sudah tidak bertahan di ranah luar rumah.
Universitas Sumatera Utara
Melalui observasi yang dilakukan di lapangan, diperoleh beberapa tuturan di ranah luar rumah. Berikut tuturan yang diperoleh dari lapangan.
Data 21
Ibu 1 : Idike nari kè namberu? [Mana dari kalian bibi]
„Darimana kalian bibi‟ Ibu 2 : Baru balik ia jum nai.
[Baru kembali saya ladang dari] „Saya baru pulang dari ladang‟
Percakapan di atas adalah percakapan antara sesuku suku Pakpak Dairi di ranah luar rumah. Percakapan di atas menunjukkan bahwa kelompok orang tua
menggunakan bahasa Pakpak Dairi jika mereka berkomunikasi dengan orang yang sesuku dengan mereka.
Data 22
Pedagang : Lima ribu sada. Lima ribu sada.
[Lima ribu satu] [Lima ribu satu] „Harganya lima ribu‟ „Harganya lima ribu‟
Pembeli 1 : Sadike ngo en namberu?
[Berapa nya ini bibi] „Berapa harganya ini bibi‟
Pedagang : Lima ribu sada.
[Lima ribu satu] „Harganya lima ribu‟
Pembeli 2 : Sadia argana?
[Berapa harganya] „Berapa harganya‟
Universitas Sumatera Utara
Pedagang : Molo on sapuluh ribu.
[Kalau ini sepuluh ribu] „Harganya ini sepuluh ribu‟
Pembeli 2 : Dang dapot lima ribu?
[Tidak dapat lima ribu] „Tidak dapat lima ribu‟
Pedangang : Dang dapot. On do dapot lima ribu.
[Tidak dapat] [Ini lah dapat lima ribu] „Tidak dapat. Ini baru dapat lima ribu‟
Percakapan di atas terjadi di pasar Sidikalang. Percakapan di atas menunjukkan bahwa telah terjadi alih kode. Pedagang menggunakan bahasa Batak
Toba ketika pedagang mengetahui bahwa „pembeli 2‟ bersuku Batak Toba.
4.4.3 Penggunaan Bahasa Pakpak Dairi di Ranah Keagamaan