Kondisi Pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi di Ranah Sekolah Kondisi Pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi di Ranah Pekerjaan

tidak bertahan di ranah gerejamesjid disebabkan oleh konsentrasi tempat tinggal, migrasi, jumlah penutur, sekolah, dan pemerolehan bahasa pertama diduga mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi. Sedangkan kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok dewasa dan kelompok orang tua tidak bertahan disebabkan interlokutor, alih kode dan campur kode.

5.2.1.4 Kondisi Pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi di Ranah Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok remaja di ranah sekolah sudah tidak bertahan. Tingkat pemertahanan bahasa Pakpak Dairi sangat rendah lihat tabel 4.18. Mereka cenderung menggunakan bahasa Indonesia ketika mereka berinteraksi dengan teman-teman sesuku lihat lampiran data observasi, data 38 , tidak sesuku lihat lampiran data observasi, data 36 dan data 37 ataupun dengan guru yang sesuku dengan mereka lihat lampiran data observasi, data 35. Hal ini disebabkan bahasa pengantar yang digunakan di sekolah adalah bahasa Indonesia. Kebiasaan menggunakan bahasa Indonesia juga akan mempengaruhi pemertahanan bahasa Fishman, 1968:76. Keadaan itu disebabkan banyaknya siswa yang tidak sesuku dengan mereka yang membuat mereka harus menggunakan bahasa nasional ketika mereka berkomunikasi dengan yang lain. Sumarsono 1990 dalam disertasi „Pemertahanan bahasa Melayu Loloan‟ mengatakan bahwa pemertahanan bahasa Melayu Loloan terhadap bahasa Indonesia lemah, meskipun lokalnya tidak di dalam kelas. Hal itu terjadi di sekolah seperti Tsanawiyah Putri, Tsanawiyah Putra-Putri, Aliyah dan PGA, dan sekolah-sekolah non –Islam SMP Swastika Karya, SMP Negeri 1, SMA Ngurah Universitas Sumatera Utara Rai, SMA PGRI. Hal itu terjadi karena pada sekolah-sekolah tersebut terdapat anak-anak non-Loloan, yang berturut-turut jumlahnya makin banyak. Namun, pemertahanan bahasa Melayu Loloan terjadi hanya di SD Islam yang seluruh muridnya warga Loloan atau Islam non-Loloan yang sudah menguasai bahasa Melayu Loloan, interaksi antara murid-murid dan murid-guru di luar kelas masih didominasi oleh bahasa Melayu Loloan. Dapat disimpulkan bahwa jumlah penutur sangat mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi di sekolah.

5.2.1.5 Kondisi Pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi di Ranah Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian, kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok dewasa dan kelompok orang tua sudah tidak bertahan di ranah pekerjaan. Hal itu disebabkan oleh banyaknya penutur yang bersuku lain di tempat mereka bekerja, seperti di SMK Negeri 1 Sitinjo, BPS Kabupaten Dairi dan lain sebagainya, sehingga menyebabkan mereka harus memilih bahasa yang mereka gunakan. Sumarsono 2004:201-204 mengatakan bahwa ada tiga jenis pilihan bahasa yang dikenal dalam kajian sosiolinguistik, yakni alih kode, campur kode dan variasi bahasa yang sama variation within the same language. Alih kode, campur kode, dan variasi bahasa dalam bahasa yang sama variation within the same language merupakan pilihan bahasa yang dapat menimbulkan pergeseran dan kepunahan. Dari tiga pilihan bahasa tersebut, alih kode mempunyai konsekuensi yang paling besar. Alih kode ditemukan dalam tuturan masyarakat Pakpak Dairi kelompok dewasa dan kelompok orang tua. Universitas Sumatera Utara Kelompok dewasa dan orang tua cenderung menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Batak Toba ketika mereka berkomunikasi dengan rekan kerjanya lihat lampiran data observasi, data 39, data 40, dan data 43. Tetapi penutur Pakpak Dairi akan menggunakan bahasa Pakpak Dairi dengan teman sesukunya lihat lampiran data observasi, data 41, data 44 dan data 45. Dapat disimpulkan bahwa kelompok dewasa dan orang tua sudah memilih bahasa Indonesia dan bahasa Batak Toba ketika mereka berbicara dengan penutur bukan Pakpak Dairi. Sejalan dengan uraian di atas, Sumarsono 1990 dalam disertasi „Pemertahanan Bahasa Melayu Loloan‟ mengatakan bahwa faktor interlokutor menentukan pemertahanan bahasa Melayu Loloan di ranah transaksi. Penutur Loloan akan menggunakan bahasa Melayu Loloan jika penutur Loloan jelas-jelas mengenali lawan bicaranya sebagai orang Loloan. Jika interlokutor dikenali sebagai orang Bali, sebagian penutur golongan tua menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Melayu Loloan. Sebaliknya, penutur golongan muda pada umumnya menggunakan bahasa Indonesia. Para penutur muda juga menggunakan bahasa Indonesia kalau berurusan dengan pegawai di kantor-kantor pemerintah, termasuk kantor lurah yang sebagian besar pegawainya orang Loloan. Dapat disimpulkan bahwa kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi tidak bertahan di ranah pekerjaan disebabkan alih kode dan interlokutor. Universitas Sumatera Utara

5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi