Penggunaan Bahasa pada kelompok Orang tua di Ranah Rumah

Anak sudah memasukkan bahasa Batak Toba dan bahasa Indonesia dalam tuturannya, yakni kata „tu‟ dan kata „bapak‟.

4.4.1.3 Penggunaan Bahasa pada kelompok Orang tua di Ranah Rumah

Dari angket yang sudah disebarkan, diperoleh hasil penggunaan bahasa pada kelompok orang tua di ranah rumah pada tabel di bawah ini. Tabel 4.11 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Orang tua di Ranah Rumah No Penggunaan Bahasa Persentase 1 2 3 4 Bahasa Pakpak Dairi Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia Bahasa daerah lain 82,2 8,3 9,5 - Persentase dihitung dari jumlah frekuensi pada tiap kategori dibagi jumlah seluruh frekuensi pada tiap kategori dan hubungan peran Tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa kelompok orang tua menggunakan bahasa bahasa Pakpak Dairi 82,2, bahasa Batak Toba 8,3, dan bahasa Indonesia 9,5 di ranah rumah. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Sumarsono 2004:225 “Skalabilitas masih dianggap sahih jika mencapai paling sedikit 85”. Dengan kata lain bahwa penggunaan bahasa itu dikatakan bertahan jika tingkat pemertahanannya mencapai ≥85. Jika dikaitkan dengan teori, menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok orang tua sudah tidak bertahan dan mulai bergeser di ranah rumah . Melalui observasi yang dilakukan di lapangan, diperoleh tuturan di ranah rumah rumah. Berikut tuturan yang diperoleh dari lapangan. Universitas Sumatera Utara Data 10 Ibu : Nang. [Nak] „Nak‟ Anak : Kade mak? [Apa ibu] „Ada apa ibu?‟ Ibu : Ulang lupa mertasak da [Jangan lupa masak ya] „Jangan lupa masak ya‟ Anak : Uè. [Ya] „Ya‟ Data 11 Anak : Mi juma ngo kita mak? [Ke ladang nya kita ibu] „Kita pergi ke ladang ibu‟ Ibu : Ue, merkade kita i sapo komkom? [Iya, ngapain kita di rumah tidak bekerja] „Iya, ngapain kita hanya di rumah‟ Anak : Jam piga kita laus? [Jam berapa kita pergi] „Jam berapa kita pergi‟ Ibu : Bereskan mo jo sapo èn asa laus kita. [Bereskan lah dulu rumah ini supaya pergi kita] „Bereskanlah dulu rumah ini supaya kita pergi‟ Universitas Sumatera Utara Percakapan di atas adalah percakapan antara ibu dan anak di ranah rumah. Percakapan di atas menunjukkan bahwa ibu menggunakan bahasa Pakpak Dairi saat berkomunikasi dengan anaknya dan sebaliknya anak menggunakan bahasa Pakpak Dairi ketika mereka berkomunikasi dengan ibunya. Data 12 Orang tua 1 : Merkade ko? [Membuat apa Anda} „Apa yang Anda lakukan‟ Orang tua 2 : Mertasak. Ngekut ngo kakak? [Masak] [Ikut kakak] „Masak. Kakak ikut‟ Orang tua 1 : Oda, i sapo ia. Leja nina ia. [Tidak, di rumah dia] [Lelah kata dia] „Tidak, dia di rumah‟ „Dia berkata dia lelah‟ Data 13 Orang tua 1 : Jam piga laos tu luar? [Jam berapa pergi ke luar] „Jam berapa dia pergi ke luar‟ Orang tua 2 : Jam lima. [Jam lima] „Jam lima‟ Percakapan di atas data 12 dan data 13 adalah percakapan antara sesuku suku Pakpak Dairi yang terjadi di ranah rumah. Percakapan di atas menunjukkan bahwa kelompok orang tua menggunakan bahasa Pakpak Dairi ketika mereka berkomunikasi dengan teman-teman sesuku di ranah rumah. Percakapan di atas data 12 menunjukkan bahwa „orang tua 2‟ sudah mencampur bahasa Indonesia Universitas Sumatera Utara saat dia berkomunikas i dengan „orang tua 1‟, yakni kata „kakak‟. Hal serupa juga terjadi pada data 13. Orang tua 1 sudah memasukkan atau mencampur bahasa Batak Toba ketika dia berkomunikasi dengan orang tua 2, yakni kata „tu‟. Data 14 Orang tua 1 : Ise kalak èn? [Siapa mereka ini] „Siapa mereka ini‟ Orang tua 2 : Denganna si Siska. [Kawannya si Siska] „Kawannya si Siska] Orang tua 1 : Boru kade ke ito? sambil bersalaman [Boru apa kamu adik] „Boru apa kamu adik‟ Nurhayati S. : Boru Sitorus tulang. [Boru Sitorus paman] „Boru Sitorus paman‟ Orang tua 2 : Nang, ambil dulu dagingnya yar dimasak. Nurhayati S. : Yang mana mak tua? Orang tua 2 : Mangkok kecil. Percakapan di atas merupakan percakapan antara sesuku suku Pakpak Dairi dan dihadiri pihak ketiga suku lain. Percakapan di atas menunjukkan bahwa sudah terjadi campur kode dan alih kode. Peristiwa campur kode ketika „orang tua 1‟ memasukkan bahasa Batak Toba di dalam tuturannya, yakni kata „ito‟. Alih kode itu terjadi ketika „orang tua 2‟ berbicara dengan „Nurhayati S‟. Orang tua 2 menggunakan bahasa Indonesia karena dia mengetahui bahwa lawan bicaranya tidak bisa menggunakan bahasa Pakpak Dairi. Universitas Sumatera Utara

4.4.2 Penggunaan Bahasa Pakpak Dairi di Ranah Luar Rumah