Faktor Intralinguistik Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi

5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor intralinguistik dan ekstralinguistik.

5.3.1 Faktor Intralinguistik

Faktor intralinguistik adalah faktor yang berasal dari dalam bahasa. Beberapa faktor intralinguistik yang dapat mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi adalah sebagai berikut. 1. Alih Kode Berdasarkan hasil penelitian, alih kode merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi. Alih kode terjadi ketika penutur beralih ke bahasa lain, dapat berupa kata, frase, dan kalimat Holmes, 2001:34-44; Chaer, 204:106-118. Sumarsono 2004:201-204 mengatakan bahwa ada tiga jenis pilihan bahasa yang dikenal dalam kajian sosiolinguistik, yakni alih kode, campur kode dan variasi bahasa yang sama variation within the same language. Alih kode, campur kode, dan variasi bahasa dalam bahasa yang sama variation within the same language merupakan pilihan bahasa yang dapat menimbulkan pergeseran dan kepunahan Sumarsono, 2004:201-204; Romaine, 2000:44-67. Dari tiga pilihan bahasa tersebut, alih kode mempunyai konsekuensi yang paling besar. Alih kode ditemukan dapat mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi di dalam penelitian ini. Hal ini terlihat dengan kondisi pemertahanan bahasa Universitas Sumatera Utara Pakpak Dairi di ranah rumah, ranah luar rumah, dan ranah pekerjaan sudah tidak bertahan seperti yang sudah dijelaskan di bab sebelumnya. Alih kode sering terjadi ketika masyarakat Pakpak Dairi berkomunikasi dengan teman-teman sesuku dan dihadiri pihak ketiga atau saat mereka berkomunikasi dengan orang- orang yang tidak sesuku dan yang tidak bisa menggunakan bahasa Pakpak Dairi, mereka akan beralih kode sesuai dengan bahasa yang dikuasai oleh partisipan. lihat lampiran data observasi, data 6, data 14, data 20, data 22, data 28, data 32, dan data 33 Sejalan dengan uraian di atas, Sumarsono 1990 dalam disertasi „Pemertahanan Bahasa Melayu Loloan‟ mengatakan bahwa alih kode juga terjadi di ranah rumah dan ranah ketetanggaan. Alih kode itu terjadi ketika guyup Loloan berkomunikasi dengan warga bukan guyup Loloan, guyup Loloan akan menggunakan bahasa Indonesia. Tetapi guyup Loloan masih menggunakan bahasa Melayu Loloan jika mereka berinteraksi antara anggota keluarga di ranah rumah. Dapat disimpulkan bahwa alih kode merupakan faktor intralinguistik yang dapat mempengaruhi pemertahanan bahasa pakpak Dairi. 2. Campur Kode Campur kode terjadi ketika penutur memasukkan unsur-unsur bahasa lain dalam tuturannya, dapat berupa bunyi, kata, dan frasa Holmes, 2001:34-44; Chaer, 2004:114-118. Campur kode merupakan pilihan bahasa yang dilakukan penutur. Sumarsono 2004:201-204 mengatakan bahwa ada tiga jenis pilihan bahasa yang dikenal dalam kajian sosiolinguistik, yakni alih kode, campur kode Universitas Sumatera Utara dan variasi bahasa yang sama variation within the same language. Alih kode, campur kode, dan variasi bahasa dalam bahasa yang sama variation within the same language merupakan pilihan bahasa yang dapat menimbulkan pergeseran dan kepunahan Romaine, 2000:44-67; Sumarsono, 2004:201-204. Dari tiga pilihan bahasa tersebut, alih kode mempunyai konsekuensi yang paling besar. Campur kode ditemukan di dalam penelitian ini dan membuat pemertahanan bahasa Pakpak Dairi tidak bertahan di ranah rumah dan ranah luar rumah lihat lampiran data observasi, data 7, data 8, data 9 data 12, data 13, dan data 14. Melalui observasi yang dilakukan, campur kode juga terjadi di ranah gereja, namun tidak memberikan pengaruh yang signifikan lihat lampiran data observasi, data 28 dan data 33 sehingga penggunaan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok dewasa dan orang tua masih bertahan lihat tabel 4.16 dan tabel 4.17. Campur kode merupakan pencampuran unsur-unsur bahasa lain ketika melakukan komunikasi dengan masyarakat tutur lainnya. Campur kode merupakan faktor intralinguistik kedua di Kabupaten Dairi. Campur kode terjadi ketika penutur masyarakat Dairi memasukkan unsur-unsur bahasa lain, seperti bahasa Indonesia dan bahasa batak Toba.

5.3.2 Faktor Ekstralinguistik